Tahun 2023, Inflasi Kota Malang Diprediksi Lebih Rendah dari Tahun 2022

TIMESINDONESIA, MALANG – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Desember 2022 mengalami inflasi sekitar 0,58 persen. Dengan demikian, selama tahun 2022 inflasi Kota Malang tercatat sekitar 6,45 persen lebih rendah dari inflasi Provinsi Jawa Timur sekitar 6,52 persen.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, Samsun Hadi mengatakan, secara spasial inflasi Kota Malang menempati urutan ketiga tertinggi di Jawa Timur setelah Jember dan Surabaya di tahun 2022 lalu.
Advertisement
"Inflasi periode Desember 2022 didorong oleh kenaikan harga yang terjadi di berbagai kelompok pengeluaran dengan andil terbesar berasal dari kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,45 persen," ujar Samsun, Jumat (6/1/2023).
Berdasarkan komoditasnya, lanjut Samsun, inflasi didorong oleh kenaikan harga beras 0,06 persen, telur ayam ras 0,06 persen, tomat 0,05 persen, cabai rawit 0,04 persen dan perhiasan emas 0,04 persen.
"Kenaikan beras ini terjadi mulai tingkat penggilingan maupun tingkat konsumen seiring menipisnya pasokan dan menurunnya panen serta produksi," ungkapnya.
Untuk kenaikan harga telur ayam ras, dipicu oleh kenaikan biaya produksi akibat dampak penguatan dolar AS yang meningkatkan biaya bahan baku produksi.
"Untuk harga tomat dan cabai rawit naik seiring menipisnya pasokan akibat berkurangnya hasil panen, karena curah hujan tinggi. Kalau harga perhiasan emas, itu mengikuti indeks emas dunia yang terpantau menguat. Jadi kenaikan harga emas karena Tiongkok sebagai konsumen terbesar emas mengumumkan kebijakan pelonggaran," bebernya.
Untuk kenaikan harga moda transportasi umum, seperti tiket angkutan darat dan udara dikarenakan meningkatnya permintaan pada momen libur natal dan tahun baru (nataru) lalu.
"Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga pada beberapa komoditas, seperti pisang -0,02 persen, buah naga -0,01 persen, cabai merah -0,01 persen, baru bata -0,01 persen dan sabun cair -0,01 persen," tuturnya.
"Kenaikan itu seiring melimpahnya stok di tengah masih berlangsungnya musim panen," imbuhnya.
Dengan itu, diprediksi inflasi tahun 2023 ini bakal lebih rendah dibandingkan tahun 2022 kemarin. Namun, tentunya perlu dicermati seiring masih adanya tantangan seperti tingginya harga pangan dan energi dunia akibat cuaca ekstrem maupun berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina yang dapat mempengaruhi ke tingkat inflasi.
"Sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan koordinasi TPIP-TPID untuk menjaga level inflasi berada dalam rentan sasaran 3,0 persen tambah 1 persen," pungkasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sholihin Nur |