
TIMESINDONESIA, BATU – Wajah petani Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu terlihat optimis saat lahan usaha tani mereka seluas 1,5 hektare ditanami tanaman kopi jenis Arabika.
Mereka optimistis kopi varietas Yellow Caturra dan Cobra ini akan mendatangkan keuntungan lebih ketimbang saat mereka menanam sayuran dan jahe.
Advertisement
Lebih dari itu, para petani ini berharap tanaman kopi ini bisa menguatkan tanah agar tidak longsor menimpa rumah mereka yang ada di bawahnya.
"Kopi memang kita belum pernah menanam, tapi kita yakin bisa mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan, kita optimis karena pasti ada pendampingan baik dari yayasan maupun dari pemerintah," ujar Ketua Kelompok Tani Mulyo Rejeki, Anang Sugiarto.
Sebelum menanam kopi, para petani menanam sayur dan jahe. Dimana dilahan seluas 1,5 hektar dalam satu musim panen, mereka bisa menghasilkan kurang lebih 5 kwintal jahe.
"Tapi harga jahe dan sayuran naik turun, tergantung pasar," ujar Nanang. Mereka menyadari dengan menanam sayur dan jahe, tanah yang mereka tanami pun tidak ada penguatnya sama sekali.
Akibatnya tahun yang lalu mereka harus meninggalkan rumah mereka lantaran tertimpa tanah longsor. Mereka yakin dengan menanam tanaman kopi bisa merehabilitasi tanah yang rusak.
Semangat para petani ini dikemas dalam sebuah Gerakan Menanam Kopi. Menurut Pj Wali Kota Batu, Aries Agung Paewai SSTP MM adalah sebuah gerakan yang bagus.
Mengingat 60 persen lahan di Kota Batu merupakan kawasan hutan dan jika tidak dikelola dengan baik akan merugikan masa depan.
"Saya sangat bergembira karena ini adalah langkah yang sangat baik. Pertama dengan gerakan menanam kopi, akan menjaga lingkungan kita, karena 60 persen adalah kawasan hutan. Jika tidak dikelola dan dijaga dengan baik, anak cucu kita akan tinggal dimana dengan lahan yang kritis," ujar Aries Agung.
Selain itu harga kopi yang bagus dan stabil bisa menambah pendapatan petani. Menurutnya gerakan ini harus dibarengi dengan pendampingan mulai menanam, memelihara, panen, pasca panen dan juga pemasaran.
Pendampingan ini sangat penting, sehingga petani yang menerima bantuan 1700 bibit dapat menghasilkan produksi seperti yang diharapkan.
Dalam gerakan ini Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu bersinergi dengan Yayasan Cinta Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Sebanyak 1.700 polybag benih kopi Arabica varietas Columbia Brazil atau sering disebut dengan Cobra diberikan kepada petani.
Selain itu diberikan juga paket saprodi berupa pupuk organik cair, PGPR dan Organeem yang disediakan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu guna menunjang hasil produksi kopi.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu juga ikut berkolaborasi menyediakan 1.500 paket pupuk padat hasil olahan dari TPA binaan di Desa Tlekung.
Bantuan benih kopi beserta sarana produksi yang diberikan pada KT. Mulyo Rejeki Desa Gunungsari akan ditanam pada lahan seluas kurang lebih 15.000 m2 milik para anggota kelompok.
Sementara itu Ketua Yayasan Yasita Emas, Abu Bakar mengatakan bahwa gerakan menanam kopi ini dilaksanakan ditempat yang tepat.
Dimana seluruh potensi yang ada di Dusun Brau ini saling menunjang dan melengkapi. "Penanaman kopi disini ini memberikan efek domino yang luar biasa, bukan hanya melaksanakan konservasi lingkungan, meningkatkan perekonomian masyarakat dan saling menguntungkan.
"Selama ini petani kan menanam sayur, ketika harga sayur anjlok, kopi ini yang akan mendongkrak perekonomian, jadi saling menguntungkan, tidak merugikan," ujarnya.
Selain itu daun kopi juga merupakan pakan ternak spesial yang memiliki nutrisi lebih besar ketimbang rumput gajah. Limbah kotoran sapi pun bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman kopi."Jadi benar-benar zero waste," ujarnya.
Pasca penanaman yayasan akan melakukan pendampingan teknologi budidaya, pengolahan hingga membuka peluang pasar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |