Kisah Bisnis Bawang Goreng OM TORO, Produk UMKM yang Disukai di Luar Negeri

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Ini adalah kisah perjuangan UMKM kuliner bawang goreng OM TORO yang dari berawal usaha menjahit. Namun karena satu dan lain hal malah yang lebih maju dan dikenal adalah bawang goreng garingnya.
Bermula dari hobi, seseorang ternyata bisa menjadikan hobinya sebagai sumber cuan. Ini memang factor keberuntungan dan kerja keras yang menyenangkan.
Advertisement
Hobi biasanya hanya menghabiskan uang saja tetapi jika hobi bisa menghasilkan hal sebaliknya, yakni uang, maka hobi tersebut layak ditekuni. Sudah melakukannya dengan senang hati, bisa berujung hal positif dan kebermanfaatan pula.
Adalah Effy Nursifayanti, ibu rumah tangga yang memulai usaha menjahit sejak 2013. Kisah perjalanan usahanya bisa mengalami perubahan manakala di tahun 2017, ia diminta untuk memproduksi bawang goreng lebih banyak untuk dijual.
Pada awal usaha bawang, Effy lakukan dengan membuat beberapa toples dan membagikan kepada saudara dan temannya. Tak disangka dari berbagi tersebut, respon yang didapat sangatlah baik.
Bawang goreng yang diproduksinya diklaim penyuka dan penikmat berbeda karena berasa lebih enak dan wangi. Ini yang Effy tadinya hanya hobi dan suka mengonsumsi bawang goreng Bersama keluarga, akhirnya menekuni usaha tersebut dengan baik.
"Varian bawang goreng yang saya produksi sekarang beragam varian, ada bawang goreng ori, pedas, ada yang wangi daun jeruk juga," ujar Effy Nursifayanti, Rabu (5/4/23).
"Nah, sekarang yang terbaru produk varian bawang saya adalah bawang teri kacang dan ada yang wangi kecombrang atau daun jeruk," ulas Effy.
Effy menjelaskan bahwa bawang yang ia gunakan adalah bawang sumenep besar sebagai bahan produksinya. Resiko memakai bawang berkualitas terkadang pasokan yang tidak kontinyu dari suplayer.
Produsen bawang goreng garing OM TORO yang sudah berproduksi sejak tahun 2017 (Foto : Dok.Pribadi)
Padahal, Effy pun sudah memanfaatkan para petani bawang yang ada di kota kelahirannya Garut untuk mensuplai bahan bakunya.
Ia pun mengungkapkan dengan ratusan kilo yang ia produksi, semua dilakukan dengan manual sebab bila produksi dengan memakai mesin, bentuk bawang jadi tak karuan. Cepat memang, tetapi hasilnya jadi tidak indah seperti bila dikerjakan dengan manual.
Apalagi, selain bawang merah, Effy pun memproduksi bawang putih goreng juga. Dan tak sedikit konsumen bawang putihnya yang memuji karena rasa dan wangi bawang goreng putihnya wangi dan enak, tidak seperti bawang putih di pasar seperti biasa.
Ibu tiga anak ini bersyukur karena dengan usaha kuliner OM TORO-nya ini, produk bawang gorengnya bisa digemari oleh orang-orang yang pergi umrah atau haji. "Mereka mengonsumsinya bersama makanan yang disajikan di sana. Rasanya enak," imbuhnya.
Produk ini pun sudah memenuhi legalitas halal, PIRT, uji mutu dan cek nutrisi serta daya awet produk di laboratorium pangan, sehingga kala dibawa ke luar negeri bisa aman. Penggemarnya yang berasal dari Asia dan Eropa, seperti Turki menyenangi bawang goreng garing ini.
Effy juga menjelaskan dengan 4 karyawan yang dimilikinya, sekarang ia bisa menjaga pasokan produksi bawang gorengnya, baik bawang merah atau bawang putihnya. Apalagi produk bawang gorengnya bisa tahan lama, hingga 421 hari-an.
Effy memaparkan bahwa di masa Ramadhan seperti ini, bahan baku bawang merah cukup langka dan berharga tinggi. Ia maklum karena kebutuhan orang akan bawang merah memang tinggi.
Ia punya kiat khusus agar bawang merahnya tetap fresh dan bertahan lama karena prinsipnya ketika bahan baku ada, ia beserta karyawan harus membereskan semua bahan baku tersebut hingga jadi produk.
"Tidak menunda-nunda bawang untuk diproduksi keesokan harinya sebab bisa menimbulkan rasa yang kurang enak," ungkap Effy.
Karena kualitas produk UMKM ini, tak heran jika belum lama ini bawang goreng garing OM TORO pun bisa bergabung dalam program UNDP yang disponsori Jepang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |