Ekonomi

Aliansi BRICS Akan Luncurkan Mata Uang Baru, Bahannya dari Sidoarjo?

Jumat, 14 April 2023 - 08:54 | 245.38k
Kepala-kepala negara anggota BRICS. (Foto: DW Document)
Kepala-kepala negara anggota BRICS. (Foto: DW Document)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Aliansi BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) merancang strategi ekonomi poros baru dunia. Mereka pun ancang-ancang meluncurkan mata uang baru untuk mengurangi ketergantungan pada dolar dan euro. 

Melansir dari India Times, jika terealisasi, rencana mereka berpotensi memberikan dampak signifikan pada ekonomi global.
"BRICS akan menggunakan mata uang baru ini dalam transaksi dengan komoditas lain," kata Wakil Ketua Negara Rusia, Babakov.

Advertisement

Yang menarik, bahan mata uang BRICS ini berasal dari emas dan logam tanah jarang (LTJ). Bahan ini digunakan untuk menciptakan alat pembayaran alternatif yang lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh fluktuasi mata uang mayor.

Nah, bahan LTJ ini banyak ditemukan di Sidoarjo, Jatim. Tepatnya di bekas sumur Lapindo Brantas yang mengandung logam tanah jarang.

Kapan mata uabg diluncurkan? Menurut rencana mata uang BRICS akan dipresentasikan dalam KTT BRICS yang akan diadakan di Afrika Selatan pada Agustus 2023 nanti. Aliansi ini berharap bahwa mata uang baru tersebut akan membantu menguatkan posisi mereka di panggung ekonomi dunia.

Meskipun rencana ini menarik perhatian global, belum ada detail lebih lanjut mengenai nama, nilai tukar, atau proses implementasi mata uang baru ini. Akan tetapi, jika berhasil, mata uang ini bisa menjadi alternatif bagi negara-negara yang ingin mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar dan euro. Juga menghadapi dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan ini.

*Logam Tanah Jarang untuk Bahan Mata Uang*

Informasi yang dihimpun TIMES Indonesia sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Antara, logam tanah jarang (rare earth) ditemukan di lumpur Lapindo. Hal itu diungkap Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI. 

"ESDM melakukan kajian terhadap lumpur Sidoarjo yang ternyata juga diidentifikasi oleh Badan Litbang mengandung logam tanah jarang," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam jumpa pers, dikutip dari Antara, 20 Januari 2022.

Logam tanah jarang (LTJ) adalah kelompok unsur kimia yang terdiri dari 17 elemen. Unsur itu meliputi 15 lantanida ditambah skandium dan itrium. Unsur-unsur ini memiliki sifat-sifat yang serupa dan sering ditemukan bersama-sama dalam bijih mineral. 

Logam tanah jarang memiliki berbagai aplikasi dalam industri. Seperti pembuatan perangkat elektronik, baterai, magnet, dan teknologi hijau seperti turbin angin dan panel surya.

Menggunakan logam tanah jarang sebagai bahan mata uang atau sebagai penunjang nilai mata uang baru memiliki beberapa potensi keuntungan. Salah satunya adalah ketersediaan dan distribusi logam ini di berbagai negara. Termasuk negara-negara anggota BRICS seperti China, yang merupakan produsen logam tanah jarang terbesar di dunia. 

Selain itu, logam tanah jarang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi karena permintaan yang terus meningkat untuk aplikasi industri dan teknologi. Oleh karena itu, menggunakan logam tanah jarang sebagai penunjang nilai mata uang dapat memberikan kestabilan ekonomi dan mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar yang sering terjadi pada mata uang konvensional yang didasarkan pada dolar atau euro.

Namun, ada juga tantangan yang mungkin dihadapi dalam menggunakan logam tanah jarang sebagai dasar mata uang. Salah satunya adalah fluktuasi harga logam ini di pasar global, yang dapat menyebabkan perubahan nilai mata uang. Selain itu, penambangan dan pengolahan logam tanah jarang sering dikaitkan dengan dampak lingkungan yang negatif dan konsumsi energi yang tinggi.

Secara keseluruhan, meskipun logam tanah jarang memiliki potensi untuk menjadi bahan penunjang mata uang baru, penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor termasuk kestabilan ekonomi, ketersediaan, dan dampak lingkungan sebelum mengadopsinya sebagai dasar mata uang.

Kendati begitu Aliansi BRICS yang akan meluncurkan mata uang baru akan membawa dampak ekonomi global. Khususnya di Asia Tenggara. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Khoirul Anwar
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES