Ratusan Warga di Situbondo Ini Menggantungkan Hidup dengan Produksi Gula Aren

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Selain memiliki garis pantai terpanjang kedua di Indonesia, Kabupaten Situbondo, Jatim, memiliki beragam potensi daerah, yang tersebar luas di seluruh wilayahnya. Di antaranya adalah olahan gula aren tradisional yang diproduksi oleh ratusan warga di Dusun Oloh, Desa Patemon, Kecamatan Bungatan.
Salah satunya dilakuan oleh Misto (64) warga setempat yang kesehariannya pergi ke hutan untuk mengambil nira atau getah aren. Ia menceritakan, dirinya bersama dengan warga lain biasa berangkat sekitar pukul 06.00 WIB menuju Hutan Polaseng di bagian selatan dusun.
Advertisement
"Jaraknya sekitar 30 menit dari sini, namun warga biasanya pergi sedikit ke dalam hutan untuk dapatkan enau yang bagus," kata Misto, kepada TIMES Indonesia, Rabu (23/5/2023).
Enau, begitu cara masyarakat Oloh menyebut pohon aren, di mana mereka menggantungkan hidupnya. Terdapat setidaknya 15 hektar lahan aren di wilayah Hutan Polaseng di bagian selatan Dusun Oloh.
Setiap harinya, untuk mengumpulkan nira, warga membutuhkan waktu kurang lebih dua setengah jam untuk bawa pulang beberapa bumbung nira. Bumbung adalah wadah tradisional, terbuat dari batang bambu dan dapat menampung sekitar empat liter nira.
Misto sedang menaiki pohon enau untuk menyadap nira di hutan Polaseng. (Foto: Muhammad Ridwan for TIMES Indonesia)
"Sebenarnya cuma 30 menit perjalanan, karena sedikit masuk jadi 1 jam. 30 menitan untuk mengambil getah dan memasang tabung baru untuk menyadap kembali getah pohon enau," tutur Misto.
Usai menyadap nira di hutan, Misto biasa menyerahkan hasil sadapan kepada Husaimah (57) istrinya, untuk diolah menjadi gula aren. Cairan nira hasil sadapan warga Oloh, Situbondo masih diolah secara sederhana dengan metode dimasak di atas tungku kayu tradisional.
Husaimah menjelaskan, proses pengolahan gula aren dimulai dengan penyaringan nira hasil sadapan dari hutan. Setelah disaring, nira kemudian direbus di atas tungku kayu selama kurang lebih 4-5 jam untuk hasilkan cairan gula aren."Dimasak sambil diaduk agar tidak gosong," imbuhnya.
Setelah diolah matang, cairan gula aren kemudian dicetak menggunakan cetakan bambu menghasilkan gula aren berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 5 cm.
Dari 1 liter cairan nira yang diolah, 10 hingga 15 biji gula aren bisa dihasilkan. Gula aren tersebut kemudian dibungkus dengan daun enau. Setiap bungkusnya terdiri dari 10 buah balok gula aren.
"Dijualnya per bungkus atau 'sejhina' (Kelipatan sepuluh, Red)," ucap Husaimah.
Setiap bungkus gula aren buatan warga oloh Situbondo biasa dijual dengan harga Rp 10.000 per bungkus dengan produksi rata-rata harian sekitar 20 hingga 50 bungkus. Gula aren yang telah dibungkus rapi kemudian dijual di kecamatan atau dikirim langsung ke kota.
Kepala Dusun Oloh, Mat Ali menuturkan, kegiatan menyadap nira di hutan Polaseng sudah menjadi kegiatan ekonomi turun-temurun warga setempat.
"Menyadap nira ini sudah turun temurun, setidaknya ada sekitar 192 orang yang setiap hari ke hutan mengambil nira. Sehari dua kali, pagi dan sore," tuturnya.
Melalui perhitungan kasar, Mat Ali menambahkan, warga Dusun Oloh, Patemon bisa memproduksi hingga 86.400 balok gula aren setiap bulan.
"Katakanlah per orang bisa produksi 15 biji gula aren sehari, maka perbulan bisa 450 biji gula aren. Jika ada 192 warga maka total produksi gula aren mencapai 86.400 biji setiap bulan. Ini potensi warga kami," ucapnya.
Kendati memiliki potensi besar, Kepala Dusun Oloh Situbondo itu juga menjelaskan terdapat tantangan tersendiri bagi warga. Salah satunya adalah ketersediaan nira dan pelestarian lingkungan, mengingat nira yang dikumpulkan warga merupakan hasil alam dari hutan.
Menghadapi tantangan tersebut, sudah ada Peraturan Desa (Perdes) yang mengatur pemanfaatan hutan aren setempat. Melalui perdes tersebut, warga Dusun Oloh tidak bisa menjual pohon aren ke luar kampung (pembeli dari luar)."Melalui perdes ini, kami menyadari pentingnya hutan untuk warga," pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak tahun 2021, kearifan lokal produksi gula aren masyarakat Dusun Oloh, Desa Patemon, Situbondo telah menjadi salah satu program unggulan dalam East Java Super Corridor (EJSC) Pemprov Jatim.
Melalui program tersebut, telah dilakukan kesepakatan konservasi sekaligus memfasilitasi masyarakat Situbondo, dalam mengembangkan usaha pengolahan hasil hutan berupa olahan gula aren tradisional. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |