Dampak Pandemi Covid-19, Pengrajin Kulit di Probolinggo Sukses Berjualan di Online Shop

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional, tak terkecuali para pedagang kecil di pelosok desa. Namun berbeda dengan yang dialami Vikki Fitrah Akbar, pengrajin kulit asal Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur ini sukses mengawali bisnisnya melalui online shop di tengah pandemi.
“Waktu pandemi tahun 2020 itu ekonomi mulai terdampak sedikit demi sedikit, termasuk para petani. Harga-harga banyak turun penghasilannya juga merosot. Saya juga ikut terdampak,” ungkap pria asal Desa Alassapi, Kecamatan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo itu.
Advertisement
Karena pandemi itu, Vikki mulai mencari solusi untuk menyelamatkan perekonomian keluarganya. Penghasilan dari bercocok tanam sudah tidak bisa diharapkan lagi. Pendapatannya tidak berbanding lurus dengan kebutuhan sehari-harinya.
Cari Pendapatan Tambahan dari Berbisnis
Sehingga ia memutuskan untuk mencari penghasilan tambahan dengan berbisnis. Kebetulan bisnis yang dipilihnya berupa kerajinan kulit yang sudah ditekuninya sejak tahun 2019. Sejatinya bisnis kerajinan tangan yang ditekuninya hanya sekedar hobi yang dipelajari dari media sosial.
“Awalnya itu hanya hobi saja. Buat wadah korek api dari kulit misalnya. Hanya untuk konsumsi pribadi. Saya belajar dari media sosial. Tapi rasanya hobi itu harus dijadikan sumber penghasilan tambahan di masa pandemi itu,” ujarnya.
Karena terjepit kebutuhan,Vikki pun berubah pikiran untuk menjadikan kreatifitasnya menjadi usaha sampingannya. Sekitar pertengahan tahun 2020, pria berusia 28 tahun ini bertekad untuk mulai mempromosikan hasil karya tangannya ke media sosial Instagram dan online shop, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.
Sedikit demi sedikit, Vikki mulai belajar secara otodidak menjadi seorang pebisnis pemula melalui online. Karena berjualan melalui online tidak semudah yang dia pikirkan. Banyak strategi bisnis online yang harus dipelajari, salah satunya karakter foto produk yang diunggah ke online shop.
Pada tahun perdana itu, penjualan bisnis handicraft itu tak maksimal. Hanya 2 item yang bisa terjual. Namun keadaan itu tak membuat Vikki patah semangat. Dia terus berinovasi untuk memperbaiki metode pemasarannya di online shop.
Pada tahun 2021, penjualan Vikki bukannya semakin naik, justru merosot. Pada tahun itu, tak satu item pun yang terjual. Namun dia tetap bersabar dan terus belajar.
Di samping itu, dia banyak belajar memperbaiki hasil karyanya agar lebih bagus dan nampak menarik.
“Meski tidak banyak terjual, tidak masalah. Tahun itu saya juga banyak belajar untuk memperkaya hasil karya saya. Banyak jenis yang dapat saya buat, dari gelang, kalung, dompet, slim bag, dan banyak lagi lainnya,” jelas Vikki.
Mulai Naik Daun
Menginjak pada tahun berikutnya, 2022, bisnis handicraft yang digagasnya mulai naik daun. Nasib baik rupanya telah berpihak pada Vikki. Penjualan produk di online shop mulai ramai pesanan. Akan tetapi, penjualan tersebut fokus di satu pasar online, yaitu Shopee.
“Di Shopee ini saya banyak pesanan. Di pasar online lainnya tidak ada. Jadi saya fokus di Shopee saat ini. Setiap bulannya bisa tembus hingga 40 sampai 50 pesanan,” ungkap pria kelahiran 1994 itu.
Pada tahun itu juga dia telah memiliki nama brand sendiri yaitu Mahaka Leather. Setiap karyanya sudah ditempel logo emboss brandnya. Namun dia tetap menerima custom nama untuk setiap pembelian produk karyanya. Sehingga pembeli bisa menuliskan nama dirinya di produk tersebut sebelum dikirim.
“Sekarang sudah ada brand saya sendiri. Setiap produk saya pasti menerima custom nama. Harga setiap produknya berbeda-beda, dari Rp 30 ribu hingga ratusan ribu,” ungkap Vikki.
Pesanan Mulai Meningkat Tajam
Berjalannya waktu, brand handicraft rintisan Vikki mulai banyak dikenal di pasar online. Pesanan di Shopee sempat meningkat tajam. Dalam satu bulan ia pernah mendapat pesanan hingga 100 item lebih. Sayangnya, tingginya pesanan itu tak berbanding lurus dengan adanya modal yang dimiliki.
Ia tak mau pikir panjang. Vikki lantas segera pinjam modal ke BRI melalui program Kredit Usaha Rakyat. Nominal yang didapatkan dalam pinjaman modal itu senilai Rp 15 juta. Modal itu dia gunakan untuk membeli kebutuhan bisnisnya.
“Saya pinjam modal waktu itu, karena pesanan tiba-tiba meningkat tajam. Setiap pesanan tidak hanya satu atau dua item, malah lebih sampai 15 item setiap pesanannya. Makanya saya beranikan pinjam modal untuk perputaran modal usaha,” kata Vikki.
Pria kelahiran Kabupaten Probolinggo ini mengaku selama ini penghasilannya sudah bisa tembus hingga Rp 5 juta setiap bulannya. Seluruhnya didapatkan dari penjualan online. Bahkan beberapa produknya sempat dikirim hingga keluar negeri. Vikki tak mau menjual karyanya dengan harga mahal. Ia lebih memilih murah tapi laris daripada mahal tapi terjual sedikit.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |