Ekonomi

Bisa Panen Hingga 1000 Ton, Kopi Argopuro Siap Dibranding Kopi Organik

Minggu, 04 Juni 2023 - 13:14 | 118.05k
Bupati Situbondo, Karna Suswandi (Baju biru) memetik kopi bersama masyarakat di lereng pegunungan Argopuro, Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, Minggu (4/6/23). (Foto: Miftahorrahman/TIMES Indonesia)
Bupati Situbondo, Karna Suswandi (Baju biru) memetik kopi bersama masyarakat di lereng pegunungan Argopuro, Desa Baderan, Kecamatan Sumbermalang, Kabupaten Situbondo, Minggu (4/6/23). (Foto: Miftahorrahman/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Ketua Paguyuban Petani Kopi Argopuro Sumbermalang Makmur, Jogo Santoso mengklaim, hasil panen kopi pegunungan Argopuro berhasil mencapai 1.000 ton tiap tahun dan siap dibranding menjadi kopi organik untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Ungkapan tersebut disampaikan oleh Santoso dalam kegiatan petik kopi bersama Bupati Situbondo, Minggu (4/6/23). Seiring dengan meningkatnya produktivitas pertanian kopi masyarakat lereng Argopuro beberapa waktu belakangan, Santoso optimis, pertumbuhan ekonomi petani kopi dapat ikut terdongkrak naik. 

Advertisement

"Untuk saat ini, ada sekitar 460 petani aktif yang tergabung dalam paguyuban. Masing-masing punya lahan tanam 1 sampai 1,5 hektar dengan produktivitas saat ini 20-25 ton per hektarnya," jelas Santoso kepada TIMES Indonesia. 

Ketua paguyuban petani kopi Argopuro itu menuturkan, saat ini, sudah ada empat buah lahan yang kantongi sertifikasi lahan organik dari pemerintah. "Semuanya di ketinggian 1.500 Mdpl (meter di atas permukaan laut, Red)," imbuhnya. 

Dengan pencapaian tersebut, ia optimis branding kopi Argopuro sebagai kopi organik dapat digalakkan dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Khususnya petani kopi dan warga Sumbermalang secara menyeluruh. 

Di sisi lain, Kepala Pengelola Kelompok Masyarakat (Pokmas) Walida Argopuro yang bergerak di bisnis pengolahan biji kopi, Ahmad Muhlisin mengungkapkan, harga pasar biji kopi Argopuro belakangan mengalami kenaikan. 

Pria yang akrab disapa Muhlis itu menerangkan, untuk satu kilogram biji kopi arabika naik dari sebelumnya Rp 8.000 menjadi Rp 15 ribu. "Untuk Robusta juga naik, sekarang harganya Rp 8.000 sekilo," imbuhnya. 

Lebih lanjut, Ketua Pokmas Walida itu mengaku, hampir sekitar 90 persen hasil panen kopi masyarakat berhasil diserap, diolah dan dipasarkan oleh Pokmas Walida yang membuat perputaran ekonomi masyarakat perlahan membaik usai pandemi. 

"Karena hampir 90 persen dikelola kita semua, warga-warga sini, perputaran ekonominya jadi lebih cepat dan alhamdulillah mulai lepas dari dampak pandemi," ungkap Muhlis kepada TIMES Indonesia. 

Menanggapi upaya branding kopi Argopuro sebagai kopi organik, Muhlis mengaku optimis dan menilai langkah tersebut sebagai upaya positif untuk mendongkrak ekonomi.

"Tapi perlu proses dan trial dan error pastinya. Terlebih, produk Argopuro kan sudah diekspor ke luar, jadi sambil jaga kualitas tentunya," pungkas Muhlis. 

Di lokasi yang sama, Bupati Situbondo, Karna Suswandi turut mendorong masyarakat untuk tidak bergantung kepada pupuk kimia seperti Urea. Karna berharap, masyarakat bisa beralih menggunakan pupuk organik untuk meningkatkan kualitas panen kopi masyarakat setempat. 

"Dengan kualitas yang lebih baik, harga jual juga tentu bertambah. Ekonomi masyarakat tentu pasti juga ikutan naik, jadi jangan bergantung dengan pupuk kimia saja. Nanti kita juga dukung dengan bantuan alat produksi dan branding kopi organiknya," pungkas Bupati Situbondo itu tentang hasil panen kopi Argopuro. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES