Ini Dia Mi Lidi Buatan Pemuda Gekrafs, Bisa Mengingatkan Masa-Masa Kecil

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Mi lidi mungkin sudah tak asing di telinga banyak orang. Selain dikenal dengan pedasnya, makanan satu ini sangat kental dengan masa-masa kecil. Dari situlah, Ismail Anwar, anggota Gerakan Ekonomi Kreatif atau Gekrafs Kabupaten Probolinggo, memulai bisnisnya.
Pria kelahiran 1995 itu memiliki usaha mi lidi yang diberi nama Mie Lidi Geli Cah Albes. Usaha itu ia gagas pasca Pandemi Covid-19, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2022 kemarin.
Advertisement
Proses produksi mi lidi dapat melibatkan beberapa tahapan, di antaranya, pemilihan bahan baku, pencampuran adonan, pembentukan mi lidi, pengeringan, dan pengemasan.
Mie Lidi Cah Albes tersedia dalam berbagai macam varian rasa, di antaranya, original, api panggang, pedas asin, jagung bakar, balado pedas, dan beberapa varian rasa lainnya.
“Semua mi lidi yang kami produksi telah melalui proses pengolahan yang tepat dan mengikuti standar keamanan pangan yang ketat. Kami memastikan bahwa setiap kemasan yang kami produksi terjaga kebersihannya dan selalu siap dikonsumsi,” Ismail, Jumat (10/6/2023).
Awal Mula Bisnis Mi Lidi
Sebelum dirinya memulai bisnis, Ismail sempat bingung untuk memilih bisnis apa yang akan dikembangkan. Terinspirasi dari anak-anak kecil yang gemar bermain dan makan, ia lantas teringat dengan masa-masa kecilnya.
Dimana mi lidi menjadi produk favorit pada masanya. Tak hanya dirinya, teman-teman sebayanya pada masa itu sering membeli dan membawanya ke kelas untuk dimakan sambil belajar. Sementara makanan itu sudah mulai berkurang saat ini. Bahkan banyak di desanya sudah sangat jarang ada toko yang menjual makanan tersebut.
Akhirnya, Ismail pun memutuskan untuk memulai bisnisnya dengan mi lidi tersebut. Ia belajar dari media sosial secara otodidak untuk mengolah makanan jadul (jaman dulu) itu.
“Akhirnya saya putuskan untuk bisnis mi lidi itu. Sekalian untuk mengingat masa lalu. Ini makanan jadul waktu saya masih SD sudah ada. Jadi makanan favorit di masanya,” katanya.
Dari CFD hingga Pasar Online
Bisnis ekonomi kreatif yang digagasnya masih tergolong cukup muda. Namun perkembangan bisnisnya bisa dibilang cukup cepat. Dalam kurun waktu setahun, ia telah mampu menaklukkan pasar dan meraup untung besar.
Dalam setahun perjalanan itu, pria yang akrab disapa Ismail memulainya dari menjajahi pengunjung Car Free Day (CFD) yang digelar setiap Minggu pagi di Taman Alun-alun Kraksaan. Satu persatu pengunjung ditawarkan, dengan berbekal nampan besar yang diikat mengalung ke lehernya. Di nampan itu ada sejumlah produk mi lidi buatannya yang telah dikemas cantik.
"Memang berat awal-awal itu. Mau menawarkan ke pengunjung CFD banyak malunya. Tapi harus diberanikan. Gengsi disimpan dulu," ungkapnya.
Namun tak disangka, respon pengunjung kala itu cukup baik. Setiap pekan, penjualan mi lidi di lokasi CFD selalu laku besar. Meski tidak habis semua, namun penjualan sudah lebih dari separo jumlah produk.
Tingginya respon pembeli, membuat Ismail membulatkan niatnya untuk membuka lapak di CFD tersebut. Sembari itu, ia juga memulai bisnis onlinenya di platform media sosial Instagram dengan akun Cah Albes Mie Lidi.
Setiap pembeli yang datang ke lapaknya selalu diabadikan dalam sebuah foto. Lalu dokumentasi itu diunggahnya ke akun instagram bisnisnya. Guna memperkaya konten dan menambah kepercayaan pembeli di pasar online.
"Dari situ banyak yang menghubungi. Jadi saya kirim ke lokasi pembeli. Dari dalam kota hingga luar kota. Sekarang kami ada reseller di Kabupaten Pasuruan. Ya berawal dari Instagram itu," jelas pria berkacamata itu.
Saat ini, Ismail pun mencoba untuk menjamah dunia bisnis marketplace. Ia memilih Shopee sebagai tempat ladang barunya untuk meraup pundi-pundi rupiah. Bahkan ia telah memiliki varian rasa untuk mi lidi itu. Ilmu marketing itu didapatkan dari komunitas Gekrafs tersebut.
Berbagi Pengalaman di Komunitas
Semua metode pemasaran dan pembuatan produk yang didapatkan Ismail, banyak diterima dari diskusi ringan di Gekrafs tersebut. Lingkungannya cukup mendukung untuk dirinya memiliki usaha ekonomi kreatif.
Bahkan modal yang didapatkan untuk mengawali bisnis mi lidi itu, diperoleh dari pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI senilai Rp 10 juta. Modal itu dia gunakan sebagai modal awal bisnisnya. Tak hanya itu, semua transaksi online dilakukan melalui mobile banking BRImo. Sehingga transaksi semakin mudah dan cepat.
"Di komunitas, kami selalu berbagi tentang berwirausaha dan memiliki bisnis ekonomi kreatif. Mi lidi milik Ismail ini sudah cukup baik. Kami juga sarankan di awal untuk segera memulai bisnis, modal bisa pinjam BRI. Ternyata benar dan keturutan sampai sekarang," ujar Moh. Afifuddin, Ketua Gekrafs Kabupaten Probolinggo.
Meski makanan satu ini tergolong lawas, namun masih cukup banyak diminati oleh berbagai kalangan. Ismail dalam setiap kemasan produk mi lidi miliknya selalu menitipkan satu pesan sederhana, yaitu "Mengingat masa kecil, bahagia selagi bocil." (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |