Hasil Panen Raya Madu di Banyuwangi Menurun, Ini Sebabnya

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hasil panen raya madu di Banyuwangi, Jawa Timur, mengalami kemerosotan dalam 3 tahun terakhir. Penurunan hasil madu tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya yaitu iklim yang tak menentu dan kurangnya modal peternak lebah madu.
Hal tersebut dikeluhkan oleh peternak madu dari Wongsorejo Banyuwangi. Lantaran panen madu mereka menurun dari tahun 2021 hingga 2023. Bahkan hasil panen madu perdana pada tahun ini, berada dalam posisi terendah. Yakni hanya menghasilkan 200 kilogram madu per-reetnya dipanen musim bunga Randu.
Advertisement
Pembudidaya lebah madu di Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Dijelaskan oleh, founder Komunitas Beekeepeer’s Banyuwangi, salah satu komunitas budi daya lebah madu Banyuwangi, Budy Amboyna, jika pada panen madu pertama bulan Juni ini, petarnak madu hanya bisa menghasilkan 200 kilogram, padahal, normalnya lebah madu per-reetnya bisa menghasilkan sebanyak 400 hingga 600 kilogram madu.
“Sekarang panen madu peternak sangat hancur, kita panen ini ada di sekitaran 200 kilogram per-reetnya, padahal sebelumnya ada di kisaran 400 kilogram. Semakin tahun semakin merosot,” jelas, Budy, Senin (26/6/2023).
Budy, menambahkan, jika pada musim Bunga Randu ini, para peternak lebah madu seluruh Banyuwangi bisa menghasilkan sebanyak 20 ton madu dengan 3 kali masa panen, jika kondisi cuaca sedang normal atau tidak hujan, karena hal itulah yang membuat bunga rontok dan mengurangi hasil panen madu.
Sedangkan, dalam setahun atau selama 6 bulan masa panen mulai dari Agustus hingga Desember. Normalnya peternak lebah madu seluruh Banyuwangi bisa menghasilkan kisaran 120 hingga 140 ton madu dari semua musim bunga yang ada mulai dari musim Bunga Randu, Bunga Mangga, Bunga Kopi, Bunga Vernonia, Bunga Karet, Bunga Kesambi dan lainnya.
“Alam faktor utama mempengaruhi menyusutnya hasil panen madu beberapa tahun ini," paparnya.
Selain faktor alam yang mempengaruhi penurunan hasil panenan madu. Faktor keduanya adalah modal yang kurang dan juga membengkak. Membengkaknya modal juga akibat dari perubahan cuaca yang membuat rontoknya bunga penghasil nektar atau sumber pakan lebah. Oleh sebab itu, sebagai alternatif untuk mempertahankan koloni lebah, peternak menambah jumlah pakan berupa gula.
"Untuk itu, kami saat ini masih kebingungan modal untuk meningkatkan jumlah produksi madu kami. Karena kalau seperti ini, maka tidak menutup kemungkinan kami akan gulung tikar,” tukas, owner Osing Honey.
Ditambah lagi, Budy melanjutkan, terus munculnya peredaran madu palsu yang membanjiri pasaran. Sehingga membuat madu palsu ini sangat merusak baik kualitas maupun harga madu di pasaran.
“Orang membeli madu asli seharga Rp200 ribu mikir bahkan tidak mau. Karena ada madu palsu yang lebih murah. Masyarakat tidak berfikir semua madu dianggap asli, padahal tidak, ini yang membuat kita terkadang kehabisan modal karena terpaksa madu kita harus lari ke tengkulak dengan harga yang lebih murah," imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang pembudidaya lebah madu Wongsorejo, Zaini mengatakan, jadi pembudidaya lebah madu harus benar-benar siap dengan resiko dan kendalanya. Seperti di antaranya cuaca buruk yang mengakibatkan bunga berguguran. Hal itu membuat gagal panen madu.
Selain itu dalam pembudidaya lebah juga terdapat musim paceklik atau tidak musim bunga, yang berlangsung selama 6 bulan. Dengan 220 kotak lebah, Zaini bisa menghabiskan kurang lebih 12 ton gula untuk 6 bulan, sebagai pengganti nektar lebah dari bunga.
“Biasanya saya memberikan makan dua hari sekali supaya mencegah ratu lebah kabur bila tidak diberi makan,” ucapnya.
Meskipun begitu, para pembudidaya lebah madu di Banyuwangi ini tetap bersyukur karena masyarakat masih bisa mendapatkan madu asli dan madu murni hasil dari peternakan. Oleh karena itu lebih bijak dalam membeli madu akan sangat bermanfaat bagi petani lebah dan kesehatan pengkonsumsi madu itu sendiri. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.