Ekonomi

Terjadi Panic Buying, Agen Elpiji di Kota Probolinggo Minta Tambahan Kuota

Senin, 31 Juli 2023 - 18:22 | 97.30k
Situasi gas elpiji 3 kilogram di Kota Probolinggo. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)
Situasi gas elpiji 3 kilogram di Kota Probolinggo. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram kian ramai. Bahkan di Kota Probolinggo, Jawa Timur, mulai terjadi panic buying. Alhasil, sejumlah toko yang mulanya menyediakan tabung gas elpiji mulai kehabisan stok. Untuk menangani masalah tersebut sejumlah agen mengajukan tambahan kuota kepada Pertamina.

Seperti yang diterangkan oleh Muis, salah satu agen gas elpiji dari PT Indonesia Muda Sejati. Menurutnya, sebelumnya Pemerintah Kota Probolinggo, melalui Dinas terkait mendatangi kantornya, membahas persoalan stok elpiji 3 kilogram. Sebab di sejumlah daerah, termasuk di Kota Probolinggo mulai terjadi kekosongan stok.

Advertisement

“Jadi pendistribusian dari Pertamina tidak ada perubahan. Termasuk jumlah yang disalurkan ke agen. Seperti di PT kami ada empar truk. Dua untuk kota dan dua untuk kabupaten. Masing-masing truk berisi 560 tabung yang kemudian disebar ke pangkalan dengan jumlah 100 tabung," kata Muis, Senin (31/7/2023) siang. Muis, juga menyebut bahwa telah terjadi panic buying.

Namun, lantaran adanya hembusan isu mengenai masalah kelangkaan, maka terjadilah kepanikan, sehingga warga berbondong-bondong membeli tabung elpiji tersebut untuk stok mereka. “Bahkan, juga ditemukan adanya pembelian di luar jalur. Misalnya warga Kecamatan Wonoasih, membeli ke daerah Kecamatan Kademangan,” lanjutnya.

Tidak hanya itu, adanya kepanikan ini juga berdampak pada penyalahgunaan. Seperti harganya yang dinaikkan terlalu tinggi untuk kepentingan pribadi.

“Jadi harga sesuai HET itu Rp 16 ribu, jika diantar atau ke toko kelontong bisa Rp 18 ribu lantaran juga ada biaya antar. Dan itu wajar. Namun dengan adanya isu kelangkaan, ada yang menjual Rp 25 ribu. Nah, ini yang tidak betul,” lanjut Muis.

Bahkan, Muis mendengar kabar jika di daerah Jalan HOS Cokroaminoto, kota setempat, ada yang menjual seharga Rp 25 ribu. Sehingga ia selaku pengawas migas langsung turun untuk mencari tahu lokasinya dimana. Namun belum ditemukan. 

Berangkat dari persoalan tersebut, termasuk kekawatiran pemerintah kota yang sebelumnya mendatanginya, maka ia mengajukan surat penambahan ke Pertamina Malang. Sehingga ia diberikan kesempatan untuk melakukan penambahan atau yang disebut fakultatif pada Minggu (30/7/2023) lalu.

“Jadi penambahan fakultatif ini diberikan ketika kami mengajukan. Maksudnya, yang mulanya pada tanggal merah atau hari minggu tidak ada pengiriman, ini masih ada pengiriman. Jadi teman-teman ini tidak libur tapi tetap datang dan mendistribusikan gas elpiji,” terang Muis.

Hal ini kata dia, untuk mengatasi persoalan kelangkaan akibat adanya panic buying yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga menimbulkan atau berpotensi adanya penyalahgunaan untuk kepentingan pribadi. Seperti menaikkan harga di luar kewajaran.

Muis menerangkan, biasanya ia mendapatkan jatah empat truk, dua untuk kota dan dua lagi untuk kabupaten, namun untuk tambahan fakultatif itu ia mendapatkan jatah tiga truk, dua untuk kabupaten dan satu untuk Kota Probolinggo.

“Kami selaku satgas, akan terus berupaya untuk menjaga agar kondusifitas di kota dan kabupaten aman. Termasuk melakukan monitoring agar tidak sampai terjadi penyalahgunaan yang malah menguntungkan pribadi,” imbuhnya.

Terkait persoalan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram di Kota Probolinggo, hingga Senin sore pihak Pertamina Malang, masih belum bisa dikonfirmasi. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES