Pasar Bukir Pasuruan, Pusat Industri Mebel Rakyat Jawa Timur

TIMESINDONESIA, PASURUAN – Selain terkenal dengan kota Santri, Kota Pasuruan, Jawa Timur juga terkenal dengan industri mebel, seperti Jepara di Jawa Tengah.
Pasar Mebel Bukir adalah buktinya. Di pasar khusus mebel seluas dua hektar ini berkumpul ratusan pedagang mebel.
Advertisement
Pasar Bukir di Jalan Gatot Subroto ini dulunya menjadi destinasi unggulan bagi para pencinta furniture berkualitas. Namun musibah kebakaran besar pada tahun 2017 membuat pusat industri mebel ini meredup. Pengunjung pasar mebel juga mulai menurun semenjak wabah Corona di tahun 2020.
“Semenjak corona terjadi, pasar semakin sepi pengunjung bahkan yang dulunya 1 hari bisa terjual 7 sampai 10 barang tetapi sekarang per minggunya cuma 1 sampai 2 barang saja yang terjual,” ucap Abah H. Wahyudi, pemilik kios sekaligus ketua Paguyuban di Pasar Mebel Bukir kepada TIMES Indonesia 14 Agustus 2023 lalu.
Suasana Pasar Bukir Pasuruan. Di lokasi ini, ada sekitar 400 pedagang mebel yang berjualan. (foto: Rosita Ayu Tri Lestari/TIMES Indonesia)
Abah Wahyudi bercerita, terkadang bagi sebagian orang memang membandingkan kualitas furniture dari Jepara dan Pasuruan. Namun, keunggulan utama dari pasar mebel Bukir Pasuruan adalah kualitas kayu yang digunakan dalam pembuatan furniture.
Berbagai jenis kayu seperti jati dan akasia menjadi bahan utama yang dipilih dengan cermat oleh pengrajin lokal. Kayu-kayu ini terkenal akan daya tahan, keindahan alami, dan kemampuan beradaptasi dengan berbagai desain.
“Kalau Jepara menang kayu halusnya, tapi kalo Bukir menang kualitasnya,” ucap Abah Wahyudi.
Berdasarkan cerita Abah Wahyudi dan pedagang lain, kayu jati diambil dari daerah Malang, Jember, Blitar, Bojonegoro. Khusus untuk jati kualitas 1, biasanya diambil dari daerah Bojonegoro.
Terdapat juga kayu jawa, akasia yang terkenal anti rayap yang harganya dibawah kayu jati. Meskipun kayunya akasia tetapi tidak ada kadar airnya dan tidak ada warna merahnya sama sekali. Kayu jati putih atau jati emas juga menjadi primadona produsen mebel di Pasar Bukir. Hanya saja, jati emas ini punya nilai minus. Jika terkena panas maka akan mengerut.
“Kayu jati yang saya pakai biasanya kayu jati KW 2 lokal, karena kalo pakai yang KW 1 dari Bojonegoro kemahalan tidak kuat dengan harga jualnya,” imbuh Abah Wahyudi.
Para perajin mebel sudah mempunyai pasar tetap untuk barang yang mereka buat. Biasanya, mebel ini dikirim ke daerah Surabaya, Kalimantan, Bali, Kupang, Palembang, Nusa Tenggara Timur, dan Sumbawa. Mebel dikirim melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
"Furniture yang banyak terjual saat ini adalah almari mentah atau yang belum melalui proses cat maupun yang sudah jadi," kata Abah Wahyudi yang telah merintis usaha mebel ini sejak tahun 1987. "Almari mentah dikenakan harga Rp. 600.000 dan untuk almari yang sudah atau sudah dipoles Rp. 1.250.000 sampai dengan Rp.1.500.000."
Seiring perkembangan zaman, perajin mebel di Pasar Bukir mulai memanfaatkan aplikasi marketplace untuk berjualan online. Ini dilakukan untuk menggenjot penjualan dan menjaga kesejahteraan para karyawannya.
Sejarah Pasar Mebel Bukir Pasuruan
Kawasan Industri mebel di Kota Pasuruan mulai berkembang sejak tahun 1973. Pada awalnya, sentra itu terletak di Jalan Jawa di salah satu sudut Kota Pasuruan. Namun, dengan semakin banyaknya pedagang dan perajin yang
berkumpul di sana, pemerintah setempat berpikir untuk memindahkan sentra perdagangan mebel itu di Jalan Gatot Subroto dan membangun Pasar Mebel Bukir.
Bangunan baru yang menjadi bagian revitalisasi Pasar Bukir Pasuruan oleh Pemkot Pasuruan. (foto: Rosita Ayu Tri Lestari/TIMES Indonesia)
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Kota Pasuruan mencatat Pasar Bukir memiliki luas area kurang lebih 2ha, dan ditempati oleh kurang lebih 453 pedagang.
Pasar ini memiliki sarana yang cukup lengkap, diantaranya mushala, tempat parkir yang luas dan kemudahan akses jalan yang dilewati oleh jalur transportasi antar kota.
Usai kebakaran hebat tahun 2017 silam, Pemkot Pasuruan mulai membangun ulang pasar legendaris ini. Pagu anggaran untuk merevitalisasi pasar mebel itu senilai Rp 10,9 miliar dan mulai dikerjakan pada 2020 lalu.
Dengan mengutamakan kualitas kayu yang unggul dan desain yang menarik, pasar mebel Bukir Pasuruan terus memikat perhatian para pencinta furniture dari berbagai kalangan. Kombinasi antara keindahan alami kayu dan ketahanan furniture yang luar biasa menjadikan pasar ini sebagai destinasi yang layak untuk mengisi ruang hunian dengan sentuhan elegan dan tahan lama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |