Kisah Bakpia Pathuk 63, Andalkan Inovasi dan Kepuasan Pelanggan di Ketatnya Persaingan

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Makanan khas yang terkenal di Yogyakarta selain gudeg adalah kue Bakpia. Jogja memiliki puluhan, bahkan ratusan merek untuk kue ini.
Salah satu produsen kue bakpia legendaris adalah Bakpia Pathuk 63. Keberadaannya masih bertahan hingga kini karena kepiawaian sang pemilik dalam mengelola usahanya, juga karena rasa bakpia ini yang memang lezat.
Advertisement
Dalam lingkungan bisnis yang penuh persaingan, Bakpia Pathuk 63 mampu membuktikan bahwa cita rasa dan kualitas produk menjadi hal yang penting, didukung dengan pengalaman pengelolanya untuk terus dapat memuaskan para pembeli.
Inovasi, dedikasi terhadap kualitas dan pengalaman pelayanan yang memuaskan adalah kunci untuk tetap bertahan dan terus berkembang.
"Sebenarnya, Bakpia Pathuk 63 ini bukanlah nama yang asing bagi masyarakat Yogyakarta. Sejak tahun 90-an, bakpia ini telah menghiasi Jogja dan mengalami rebranding serta repackaging," terang Harmeydi Akbar, sang pemilik usaha kepada TIMES Indonesia.
Rumah oleh-oleh yang berada di Jl Kaliurang KM 16, Kledokan Pakembinangun, Pakem, Sleman ini dalam sehari mampu memproduksi 100 kotak dengan harga Rp 33.000 dan berisi 22 buah bapkia.
Akbar, sapaan kesehariannya, dibantu 4 orang karyawannya, terus melakukan inovasi. Salah satunya adalah dengan menonjolkan paket unik, penawaran tester, dan pemanfaatan media sosial sebagai strategi pemasaran.
Selain itu, kerja sama dengan perkantoran juga menjadi strategi yang efektif untuk memperluas jangkauan pasar.
"Memang tidak bisa dipungkiri bahwa menjadi pengusaha bakpia juga memiliki tantangan. Persaingan yang semakin ketat mendorong Bakpia Pathuk 63 untuk terus berinovasi, baik dalam promosi maupun produk," terang Akbar.
"Selain Bakpia, untuk memenuhi permintaan para pembeli, kami juga menyediakan paket Wedang Sehat, Wedang Rosela, dan Telur Kampung Rebus" pungkas Akbar. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.