Kisah Ontbitjkoek, Kue Khas Belanda di Tengah Keramaian Kayutangan Heritage Kota Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Saat matahari mulai tenggelam di Kota Malang, lampu-lampu berpendar lembut menyala di sepanjang Jalan Kayutangan Heritage, Kota Malang, Jatim, memberi nuansa ajaib pada kawasan bersejarah ini.
Di antara bangunan tua yang terjaga, aroma manis dari kue khas Belanda, Ontbitjkoek, mulai menyebar. Menarik para pengunjung yang ingin mencicipi sedikit dari warisan kuliner Eropa di tengah Jawa.
Advertisement
Diah Setyaningsih, pemilik Toko Kue Ontbitjkoek, duduk di balik etalase. Etalase itu berisi aneka kue dengan tekstur lembut dan rempah-rempah yang khas. Dengan penuh semangat, ia bercerita bagaimana kue ini menjadi bagian dari hidupnya.
Memulai usaha pada tahun 2019 setelah mengikuti pelatihan yang diorganisir oleh ibu PKK RW 09, kini kue ini menjadi simbol transformasi dan determinasi Diah.
Mengenakan seragam apron dengan logo toko yang dia desain sendiri, Diah menunjukkan kue yang baru saja selesai dipanggang. "Berkat pelatihan tersebut, saya belajar tentang pentingnya pengemasan dan branding. Lihat saja bagaimana kue ini tersaji dengan cantik," katanya dengan bangga.
Seiring dengan meningkatnya popularitas Kayutangan Heritage sebagai kawasan wisata, Diah melihat peluang emas. "Kawasan ini ramai setiap hari, dari pagi hingga malam. Ramainya pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota, membantu saya memasarkan produk. Banyak dari mereka yang mencoba kue saya kemudian memesan lebih banyak, bahkan sampai ke Jakarta," cerita Diah.
Sementara itu, keramaian Kayutangan Heritage tidak hanya menarik warga lokal. Vita, seorang wisatawan muda asal Tuban, berjalan-jalan di antara deretan toko dan kafe dengan mata yang bersinar.
"Saya sering datang ke sini. Suasana malam di sini memang sangat menawan. Dan dinginnya Malang membuat semua makanan dan minuman rasanya jadi lebih spesial," ungkap Vita sambil memegang kantong berisi Ontbitjkoek yang baru saja dibelinya.
Namun, kesuksesan ini bukanlah tanpa tantangan. Diah mengingat masa-masa sulit saat berjualan minuman dan gorengan. "Tapi Alhamdulillah, dengan dukungan keluarga dan berkat Kayutangan Heritage yang kini semakin dikenal, saya bisa menghidupi keluarga dengan menjual kue ini," ucap Diah dengan mata berkaca-kaca.
Melangkah keluar dari toko Diah, gemerlap lampu Kayutangan Heritage semakin terasa magis. Dengan latar belakang musik jalanan dan tawa riang pengunjung, kisah Diah dan Ontbitjkoek-nya menjadi bukti bahwa warisan dan inovasi bisa berjalan beriringan, menciptakan cerita sukses di tengah kehidupan kota. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Rifky Rezfany |