Pedagang Pasar di Kota Malang Mengeluh Sepi Gegara Kalah dengan Live TikTok
![Suasana sepi di kawasan Pasar Besar Kota Malang. (Foto: Rizky Kurniawan Pratama/TIMES Indonesia)](https://cdn-1.timesmedia.co.id/images/2023/09/12/Pasar-Besar.jpg)
TIMESINDONESIA, MALANG – Viral pedagang Pasar Besar Kota Malang mengeluhkan sepinya pembeli akibat merasa kalah saing dengan penjualan online, khususnya di live TikTok.
Keluhan tersebut dibagikan oleh akun TikTok @TantriHanif yang memperlihatkan betapa sepinya pasar besar Kota Malang dari para pembeli.
Advertisement
"Pasar e tembus pandang ngalor ngidul, saiki kabeh dulinan medsos Tiktok," kata akun tersebut seperti yang dilihat TIMES Indonesia, Selasa (12/9/2023).
TIMES Indonesia mencoba menelusuri keberadaan toko-toko di kawasan Pasar Besar Kota Malang.
Dari pantauan lokasi, terlihat Pasar Besar Kota Malang, khususnya di area pakaian cukup sepi pembeli. Bahkan, terlihat sesama pedagang sedang asyik mengobrol dan bersantai di depan lapaknya masing-masing sembari menunggu pembeli yang tak kunjung tiba.
Pemilik akun sekaligus penjual pakaian grosir di Pasar Besar Kota Malang, Hanfia mengaku memang apa yang ia bagikan begitu benar adanya.
Bahkan, ia mengaku sudah dua kali mengalami penurunan omzet yang cukup drastis. Pertama, sebelum adanya Covid-19 ia mampu mendapatkan omzet sebesar Rp45 juta. Kemudian, saat Pandemi Covid-19 omzetnya kembali turun.
"Sekarang, dapat Rp3 juta saja untuk omzet kotor, belum bersih, itu sudah alhamdulilah," ujar Hanifa saat ditemui TIMES Indonesia, Selasa (12/9/2023).
Di sisi lain, menurutnya saat maraknya e-commerce seperti Tokopedia, Shoope hingga Lazada, penjualannya tak begitu terdampak.
Akan tetapi, saat kini marak penjualan melalui Live TikTok, dagangannya pun sangat terdampak hingga akhirnya ia pun tak tahan dan mengeluh melalui media sosial.
"Dulu ada marketplace seperti shoope, lazada, Tokopedia, itu gak terlalu goyang. Tapi sekarang benar-benar ngedrop, gak ada pengunjung ke sini. Ini turunnya sampai 60 persen lebih," ungkapnya.
Hanifa sendiri memiliki toko grosir bernama HM Mode di Pasar Besar lantai 1 No. 200 Kota Malang. Dulunya, ia banyak pelanggan mulai dari toko-toko kecil hingga toko besar yang membeli stock di tokonya untuk dijual kembali.
"Dulu bakul (penjual) kecil itu beli ke saya Rp5 jutaan, yang besar Rp20 jutaan. Sekarang, bakul besar aja cuma beli Rp4 sampai 5 juta," katanya.
Ia sempat menanyakan ke sejumlah pelanggannya, alasannya ada yang sudah tak lagi berjualan dan ada juga yang membeli stock barang di grosir pusat, seperti di Jakarta.
Rata-rata mereka tahu, karena dari media sosial. Terlebih, kini banyak keluhan yang dirasakan bahwa harga yang dijual di pasar lebih mahal daripada yang dijual di online.
"Tapi ya gimana, tahu barang lah. Gimana kualitasnya kan, disitu bedanya. Terus kalau live TikTok kan juga dapat subsidi dari aplikasinya. Kita yang penjual biasa gimana," tuturnya.
"Saya juga pernah beli online, ini beli sendal dateng-dateng kiri semua gak ada kanannya. Gimana mau dipakai. Kalau di kembalikan, berat di ongkos kirim juga," sambungnya.
Dengan begitu, ia berharap kepada pemerintah untuk bisa membantu para pedagang agar bisa mengembalikan gairah dagangan dan omzetnya.
Ia juga ingin pemerintah menggelar pelatihan gratis soal penjualan di e-commerce ataupun branding online dan live media sosial.
"Kalau tidak mungkin bisa pasar ini lebih dibangkitkan lagi gitu biar banyak yang kesini. Kasian pedagang-pedagang. Apalagi yang sudah sepuh-sepuh kan gaptek juga," imbuhnya.
Jamiludin, pedagang lain di Pasar BEsar Kota Malang mengaku hal serupa. Ia yang berjualan sejak 2006 lalu merasakan dampak besar dari live TikTok yang membuat dagangannya sepi pembeli.
"Saya sekarang saja sehari dapat Rp1 juta saja alhamdulilah. Itu untungnya cuma Rp100 ribu," ungkapnya.
Bahkan, kata Jamaludin, suasana pasar saat ini benar-benar sepi. Bukan lagi pembeli yang datang berseliweran, tapi anak-anak kecil yang bermain di dalam pasar, karena memang benar-benar tak ada pembeli datang.
"Saking sepinya mas, di sini kadang anak-anak kecil main sepeda, main bola," imbuhnya.
Ia berharap pasar tradisional kembali naik dan para pedagang kembali bangkit.
"Saya jual cuma di-WA (WhatsApp) saja kalau online. Ya harapannya kembali banyak pembeli datang ke sini. Kalau soal tawar-tawaran harga, ya itu kan tradisi pasar harus dimaklumi," tuturnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |