Ekonomi

Perkokoh Menara Populasi Sapi Perah, Produksi Susu di Jatim Tak Pernah Kering 

Jumat, 15 September 2023 - 16:30 | 186.76k
Tenaga Vaksinator PMK melakukan injeksi booster bagi sapi perah Friesien Holstein (FH) di Kandang Pembesaran Pedet KOP SAE Pujon pada 28 Agustus 2023 kemarin.(Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Tenaga Vaksinator PMK melakukan injeksi booster bagi sapi perah Friesien Holstein (FH) di Kandang Pembesaran Pedet KOP SAE Pujon pada 28 Agustus 2023 kemarin.(Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Senin, 28 Agustus 2023. Hari menuju petang. Lima tenaga vaksinator mendatangi sentra peternakan sapi perah KOP SAE di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. 

Mereka membawa kotak pendingin alias cooler berisi Vaksin Booster Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Tahap II. Vaksin ini merupakan penguat imun lanjutan.

Advertisement

Artinya, sapi tersebut telah mendapatkan beberapa suntikan vaksin sebelumnya. Vaksin PMK Tahap I, Vaksin PMK Tahap II dan Vaksin Booster PMK Tahap I. 

Vaksinator kemudian menuju kandang pembesaran pedet atau anak sapi. Puluhan sapi perah jenis Friesien Holstein (FH) di kandang nampak tenang. Tubuh sapi-sapi itu terlihat mulai bugar dan montok. Menandakan fase menuju usia dewasa sampai dinyatakan siap kawin. 

Tim vaksinator kemudian mempersiapkan prosedur injeksi. Ada yang bagian mencatat, mengendalikan sapi, menyuntikkan vaksin dan membawa peralatan. Proses penyuntikan berjalan singkat. Kurang dari lima menit per ekor.

Sapi-Perah-b.jpgSapi-sapi Friesien Holstein (FH) di KOP SAE Pujon nampak bugar dan montok karena rutin mendapatkan vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Vaksinasi bertujuan menjaga kondisi ternak tetap sehat. Selain itu juga ada pemeriksaan kesehatan berkala dari dokter hewan dinas peternakan maupun dokter hewan dari pihak koperasi.

Satu tahun sudah tim vaksinator mereka bekerja keras. Meskipun saat musim hujan, petugas medis kesehatan hewan tersebut mengaku kerap kesulitan menghadapi medan terjal melintasi pegunungan. Belum lagi bersamaan pandemi beberapa waktu lalu.

Ada pula kisah lain perjuangan. Dulu, beberapa pemilik ternak sempat menolak kedatangan mereka. Namun karena gencarnya edukasi dan sosialisasi, pemilik sapi mulai paham dan bahkan meminta sendiri jadwal vaksinasi PMK kepada petugas.

Maka tak heran, capaian vaksinasi PMK di Kecamatan Pujon sudah mencapai 52.300 dosis. Dengan rincian, Vaksin PMK Tahap I yang sudah disuntikkan 24.295 dosis, Vaksin PMK Tahap II sudah disuntikkan 21.646 dosis dan Vaksin Booster I sudah disuntikkan 6.359 dosis. 

Saat ini tengah berlangsung Vaksin Booster PMK Tahap II atau vaksinasi keempat. Vaksin Booster PMK Tahap II merupakan langkah lanjutan dari penanganan wabah yang melanda dunia peternakan ruminansia di Indonesia sejak 2022 lalu. 

Koordinator Wilayah Penanganan PMK Kecamatan Pujon drh Anung Wibowo mempunyai target. Minimal mampu menginjeksikan 1.000-1.200 dosis per hari. Sepuluh tim diterjunkan. Mereka menyebar di sepuluh desa setiap jadwal vaksinasi berlangsung.

Sapi yang sudah mendapatkan vaksin kemudian ditandai dengan kartu barcode tagging berwarna kuning yang ditali pada masing-masing telinga. Barcode tagging adalah inisiasi Dinas Peternakan Jatim.

"Ini untuk sensus biar nggak terjadi penularan wabah antar daerah," kata drh Anung Wibowo seraya menunjukkan kertas berwarna kuning yang menggantung pada bagian telinga sapi.

Barcode tagging itu meliputi data sapi-sapi secara komprehensif. Ada nama pemilik, umur dan jenis kelamin sapi, kota asal, kondisi kesehatan ternak serta data vaksin yang sudah disuntikkan. Kurang lebih mirip nomor induk.

Dokter Anung mengungkapkan, barcode tidak bisa dipalsu. Karena data ini langsung terintegrasi dengan layanan informasi digital Dinas Peternakan Jatim untuk memudahkan tracking atau pelacakan lalu lintas ternak antar wilayah. 

Menghidupkan Keran Produksi Susu

Peternak di KOP SAE adalah ribuan dari jutaan peternak yang terdampak secara ekonomi karena wabah menggerus populasi sapi dan menurunkan kualitas produksi susu.

KOP SAE sendiri terkenal sebagai unit induk koperasi dengan koor (core) bisnis susu. Total 5000 anggota. Koperasi ini juga mempunyai kawasan khusus pengembangan sapi perah dan pembesaran pedet di atas lahan luas. 

Sekretaris KOP SAE Nur Kayin mengungkapkan, anggota KOP SAE Pujon tersebar di sepuluh desa dalam satu kecamatan dengan total populasi 25 ribu ekor sapi sebelum PMK. Produksi susu saat itu mencapai 125 ton per hari. 

Kondisi berputar drastis pada Juni 2022. Awal bencana PMK. Produksi susu anjlok menjadi 60 ton per hari. Ada loss atau kehilangan volume hampir 50 persen.

Agustus 2023. Populasi sapi perah tinggal 20.665 ekor. Terdiri dari pedet, induk, dara sapi bunting dan pejantan. Dari angka itu, populasi sapi produktif sekitar 9.000 ekor dengan total volume produksi 90 ton susu per hari atau 10 liter per hari setiap satu ekor sapi perah. Kondisi produksi ini dinilai mulai membaik dan rebound.

Meskipun demikian, KOP SAE masih ingin mendongkrak produksi susu naik ke 15 persen tanpa menambah populasi sehingga pendapatan peternak kembali meningkat. Dengan cara perbaikan pakan menggunakan hijauan atau konsentrat yang mereka terima dari bantuan pemerintah provinsi.

Aset Sempat Menukik, Siap Lepas Landas 

Wabah itu juga berimbas pada aset koperasi. Aset turun Rp5 miliar dari total Rp125 miliar sehingga saat ini aset tersisa Rp120 miliar. Pengeluaran biaya untuk penanganan PMK sendiri di kisaran Rp11 miliar. Seperti peruntukan anggaran bagi pengobatan gratis dan tambahan pakan bagi peternak sapi perah. 

Total aset peternak ikut menurun. Mengatasi permasalahan tersebut, KOP SAE mengambil langkah penyediaan bibit bagi anggota dengan sistem cicilan menggunakan susu. 

Koperasi akan menghitung harga sapi dan menakar jumlah cicilan sesuai kemampuan peternak. Pembayaran setiap 15 hari sekali menggunakan metode setor susu kepada koperasi. 

Menurut perhitungan Kayin, dalam waktu tiga tahun sapi sudah menjadi milik sah anggota koperasi.

"Setelah sapi keluar air susunya akan kita potong cicilan," kata Nur Kayin.

Mayoritas sapi yang dikembangbiakkan di kawasan ini adalah sapi Friesien Holstein. Bibit sapi ini dulunya berasal dari Belanda. Dibawa penjajah pada masa kolonialisme. Beratus tahun, sapi ini berkembang biak dengan cepat dan telah mampu beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia. 

Friesien Holstein berwarna hitam putih dengan kemampuan bunting mencapai delapan kali. Kawin saat usia 16 bulan. Masa kehamilan atau masa gestasi adalah sembilan bulan. Sekitar 289 hari. Sapi tersebut melewati tiga periode waktu trimester kehamilan.

Pasca melahirkan, sapi dapat diperah susunya. Ternak perah memiliki masa produksi susu (laktasi) lebih lama dibandingkan ternak lainnya.

Sapi perah bisa produktif sampai delapan tahun untuk menghasilkan susu. Setelah tidak bereproduksi dan produktif, sapi majir itu akan dipotong untuk diambil dagingnya.

Pihak koperasi juga melakukan edukasi manajemen sapi perah agar peternak mendapatkan produktivitas dan nilai tambah lebih tinggi. Antara lain dengan penambahan pakan hijauan dan konsentrat.

Karena produktivitas sapi yang sudah pernah terpapar PMK tidak bisa 100 persen seperti dulu. 

"Paling hanya 80 persen kondisinya, baik itu produksi maupun reproduksinya," kata dia.

Genjot Populasi Sapi Perah Produktif 

Nur Kayin juga melihat perlunya menambah jumlah populasi sapi. PMK memang memberikan dampak dahsyat. 

Siklus calving interval atau jarak kelahiran sapi yang dulunya 12-13 bulan sekarang berjalan lebih lama menjadi 16 bulan. 

Salah satu langkah yang dilakukan pihak koperasi untuk mendongkrak populasi tersebut adalah dengan prosedur kawin suntik Inseminasi Buatan (IB).

Setiap bulan, KOP SAE menggunakan 3.000 dosis straw atau semen beku dengan membelinya dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari. Kadang juga memesan dari BBIB Lembang. Tingkat keberhasilan straw itu sekitar 50 persen atau bisa melahirkan 1.500 ekor bibit sapi. 

"Koperasi itu mandiri sebetulnya, kita beli dari BBIB Singosari dan BBIB Lembang juga," kata Kayin.

KOP SAE sengaja tidak menggunakan proses kawin alami. Namun 100 persen menggunakan Inseminasi Buatan untuk memperbaiki genetik keturunan. Di mana 67 persen kelahiran adalah sapi betina. Sisanya sapi jantan. 

Target angka kelahiran sapi betina produktif sendiri sebetulnya diharapkan dapat mencapai 80 persen namun memang belum terpenuhi untuk saat ini.

Pusaran Ekonomi Utama

Sapi perah di Kecamatan Pujon memberikan kontribusi terbesar sumber ekonomi sektor peternakan jika dibandingkan sapi potong. Angkanya lebih dari 98 persen. Di mana 50 persen warga mengandalkan sektor ini sebagai penopang kehidupan.

Imam, salah satu peternak sapi perah di bawah KOP SAE mulai berbinar saat menceritakan kondisi ternaknya pada saat ini.

Pemilik 40 indukan sapi perah tersebut sempat kehilangan dua ekor Sapi Perah FH akibat wabah. Tetapi ia mendapat ganti rugi Rp2,5 juta per ekor dan biaya pemakaman Rp1 juta.

"Kondisi saat itu hancur," ungkapnya.

Dengan vaksinasi dan bantuan konsentrat dari pemerintah, produksi susu dapat terkatrol meskipun belum maksimal 12-14 liter sebagaimana sedia kala.

"Dulu saat PMK 5-6 liter. Sekarang sudah 8-10 liter," sambungnya seraya bersyukur.

Produksi susu harian adalah harapan bagi para peternak. Karena sebagian besar dikirim ke pabrikan seperti Nestle.

Head of Milk Procurement & Dairy Development Department PT Nestle Indonesia, Ida Royani membenarkan hal tersebut.

Nestle memiliki 34 mitra yang tersebar di 16 kabupaten di Jatim. Salah satunya KOP SAE Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Pabrikan dan peternak di daerah ini sudah menjalin kemitraan sejak tahun 1975. 

"Sudah 48 tahun kami bermitra dengan KOP SAE," ungkap Ida.

Bagi Nestle, konsep kemitraan merupakan langkah utama dalam pengembangan bisnis perusahaan.

Karena Nestle tidak pernah mengusung konsep hulu hilir. Dengan kata lain, tidak memiliki farm peternakan sendiri. Mereka fokus merangkul peternak Jatim.

"Kita ingin menciptakan manfaat bersama. 

Salah satunya bahan baku kita mitrakan dengan masyarakat. Artinya ada hubungan saling ketergantungan antara peternak yang diwadahi oleh koperasi atau lembaga dengan Nestle," sambungnya.

Hubungan kemitraan itu bersifat saling membutuhkan. Nestle memang tidak mengambil susu dari provinsi lain. 

"Kami dedikasikan untuk Jatim karena saat ini kami memang berada di Jatim," ujar Ida Royani.

Tercatat 48 tahun sudah Nestle berbagi manfaat kesejahteraan bersama para peternak dan fokus mengembangkan sapi perah di Jatim.

Ida mengatakan, kontribusi volume susu dari Jatim terhadap Nestle mencapai 370 ton per hari pada saat ini. Nestle menggunakan bahan baku untuk produk pengolahan susu yang dipasarkan hingga market internasional. Seperti Bear Brand, Milo dan Carnation. 

Ida turut mengungkapkan optimisme jika kondisi peternakan sapi perah akan membaik karena Jatim telah berhasil melakukan pengendalian PMK.

"Alhamdulillah sudah mulai recovery. Tapi masih belum maksimal. Kalau normal masih belum, masih jauh dari normal. Karena kita juga kehilangan populasi cukup banyak," jelasnya.

Menjaga Lumbung Sapi Perah 

Kecamatan Pujon memang menjadi sentra utama peternakan sapi perah di Kabupaten Malang. Populasinya 20.665 ekor. 

Berdasarkan data Dinas Peternakan Kabupaten Malang,  populasi sapi secara keseluruhan mencapai 330 ribu ekor. Dengan rincian jumlah sapi perah 88.145 ekor. Produksi susu di Kabupaten Malang mencapai 172 ribu ton pada 2022.

Sementara populasi sapi potong 247.754 ekor. Jumlah sapi-sapi peternak ini separuh menguasai populasi ruminansia yang berjumlah 682.240 ekor di Kabupaten Malang.

Ruminansia itu ada kambing 292.080 ekor, domba 38.992 ekor, babi 14.659 ekor dan kerbau 610 ekor.

Guna pengembangan sektor peternakan tersebut, terdapat 18 pola kemitraan peternakan di Kabupaten Malang yang tersebar di 13 wilayah. 

Mulai Jabung (KAN Jabung, KUBE PSP Maju Mapan, CV KSP Teguh Mandiri, CV Amanah), Pujon (KOP SAE Pujon), Ngantang (KUD Sumber Makmur), Kasembon (KUD Tani Luhur, KUB Sami Mandiri), Karangploso (KUD Karangploso) dan Gondanglegi (KUD Gondanglegi).

Kemudian Bantur (KUD Margomulyo, KUD Satya Dharma), Wajak (KPSP Sidodadi), Kepanjen (CV Milkindo Berka Abadi, Kemitraan PT Greenfields Indonesia), Kalipare (Kelompok Ternak Manunggal Abadi), Lawang (Kelompok Ternak Sumber Rejeki) dan Dau (CV Sumber Rejeki).

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Malang Eko Wahyu Widodo mengatakan, Kabupaten Malang mempunyai populasi ruminansia rentan PMK 682.240 ekor saat wabah tinggi-tingginya. Dari angka itu, 20 ribu sapi perah terpapar PMK dengan tingkat kesembuhan 96 persen. 

Penanganan PMK di Kabupaten Malang dilakukan melalui pengobatan ternak sakit, isolasi ternak sakit, vaksinasi, bio security, pembentukan gugus tugas dan penyekatan wilayah pembatasan lalu lintas ternak, penutupan sementara pasar hewan serta pemotongan bersyarat. 

Pemkab Malang juga akan memberikan bantuan subsidi bunga KUR kepada peternak sebesar kurang lebih 6 persen bekerja sama dengan Bank Jatim.

"Proses sekarang kurang lebih untuk bisa mendapatkan sapinya. Karena kita akan beli sementara sapi lokal yang akan kita berikan kepada masyarakat kita yang terdampak PMK. Kemarin kalau ada yang sapinya mati 1-2 ekor itu mendapatkan prioritas kami untuk mendapatkan KUR," jelas Eko.

Karena ke depan membutuhkan tambahan populasi cukup sapi perah cukup banyak, Pemkab Malang juga berencana untuk impor bibit sapi. Akan tetapi sementara Eko memilih melakukan replacement terlebih dulu sementara waktu.

"Ini masih dalam perencanaan. Di waktu dekat mungkin saya akan berusaha untuk mencari di wilayah sendiri. Jadi tidak sekadar menambah populasi tapi hanya menggeser. Itu juga merupakan langkah-langkah yang akan dilakukan Pemkab Malang," ujarnya.

Miliaran Konsentrat Sarat Manfaat 

Selain upaya mandiri Pemkab Malang, Gubernur Khofifah melalui Dinas Peternakan Jatim menggelontorkan bantuan pakan tambahan konsentrat. 

Bantuan konsentrat pertama sekitar 300 ton. Total keseluruhan 1.050 ton. Jika dinominalkan nilainya lebih Rp3 milliar.

"Saya terima kasih atas nama Pemkab Malang mewakili masyarakat khususnya di Pujon. Alhamdulillah kemarin dapat 300 ton. Total keseluruhan dapat 1.050 ton. Harapan kami mungkin nanti 2024 dapat lagi. Syukur-syukur nanti lebih banyak, karena dampaknya ada," kata Eko.

Dampak pemberian konsentrat pakan tambahan itu cukup berhasil. Produksi susu juga mengalami kenaikan. Ia bernapas lega.

Eko sempat khawatir saat PMK melanda.

Di mana sapi-sapi ini rentan terpapar ketika penyebaran wabah tiba pada masa puncaknya. Kasus PMK ditemukan pertama kali di Ngantang pada 29 Mei 2022. 

Data Sistem Informasi Kesehatan Hewan (iSIKHNAS) sampai 28 Agustus 2023 menyebutkan bahwa total ada 20.224 ekor sapi terpapar wabah PMK hingga akhir 2022 lalu. Dengan jumlah kematian 386 ekor dan 399 ekor dipotong paksa. 

Hebatnya, prosentase sapi sembuh mencapai 96,1 persen. Eko lantas bersyukur. Bahkan saat ini tak ditemukan lagi kasus baru (0 persen) atau zero kasus. Itu karena vaksinasi masif.

Dinas Peternakan Kabupaten Malang sendiri menerima 426.200 dosis vaksin dari Pemprov Jatim.

Total pelaksanaan vaksinasi PMK di Kabupaten Malang sampai 28 Agustus 2023 mencatat 461.073 dosis dan merupakan capaian vaksinasi tertinggi se- Jatim.

Jumlah ternak yang sudah tervaksin satu kali total 356.493 ekor. Dengan rincian sapi perah 75.131 ekor, sapi potong 99.378 ekor, kambing/domba 181.947 ekor dan kerbau 37 ekor.

Sedangkan jumlah ternak yang telah tervaksin dua kali (revaksinasi) ada 73.543 ekor. Dengan rincian sapi perah 53.890 ekor, sapi potong 15.841 ekor dan kambing/domba 3.812 ekor.

Jumlah sapi perah  yang telah mendapatkan vaksin booster (vaksinasi ke-3) sebanyak 29.413 ekor dan sapi potong 1.409 ekor. Total vaksinasi booster sudah menyasar 30.822 ekor sapi di Kabupaten Malang.

Dengan demikian, jumlah sapi perah dan sapi potong yang telah mendapat suntikan vaksin ada 174.509 ekor atau sebesar 52,88 Persen dari total populasi sapi 330.026 ekor.

Secara keseluruhan, total hewan rentan PMK yang telah tervaksin 356.702 ekor atau sebesar 53,08 persen dari populasi ruminansia 671.977 ekor di Kabupaten Malang. Jenis vaksin mulai dari Aftopor I, Aftopor2, Aftomune, Aftogen dan Aftosa.

Meskipun secara prosentase baru 53 persen untuk vaksinasi ruminansia, namun dalam dua bulan ke depan ia akan mengupayakan percepatan dengan menambah suntikan vaksin terutama untuk 30-40 ribu ekor sapi.

"Kami berjanji dalam dua bulan ini akan kami upayakan untuk bisa menambah kurang lebih 30-40 ribu dalam dua bulan. September, Oktober, Nopember. Kami siap per hari 1.500 yang khusus sapi perah saja. Jadi untuk Pujon, Ngantang, Kasembon ditambah Jabung Insya Allah 50 ribu akan kami selesaikan di waktu tiga bulan," kata Eko.

Eko mengatakan, kasus PMK di Kabupaten Malang telah melandai. Termasuk di sentra-sentra sapi perah yang dulu sangat terdampak oleh wabah tersebut. Kendati ia mengakui produksi susu belum bisa kembali seperti semula. 

"Masih 75-85 persen dari produksi sebelum wabah PMK. Di saat wabah kemarin produksi hanya berkisar 30-60 persen," ungkapnya.

Namun demikian, ketahanan produksi susu di Jatim terus mengalir karena dukungan peternakan sapi perah daerah sentra peternakan. Salah satunya di Kota Batu.

Kota Batu Rajai Wisata Susu 

Bertetangga dengan Kabupaten Malang. Kota Batu juga berada dalam satu bentang demografi Hulu DAS Brantas. 

Secara otomatis, profil mata pencaharian penduduk tak jauh berbeda. Bertani, beternak, perikanan dan sektor pariwisata. 

Sapi-Perah-c.jpgUnit Usaha Pengolahan Keju Mozzarella Chizzu di Dusun Brau.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Daerah otonom paling bungsu di Jatim tersebut juga memiliki kawasan peternakan sapi. Kondisi di sana sangat mendukung integrated farming berkelanjutan. 

Belum lagi keberadaan sumber mata air dan suhu daerah pegunungan sangat dingin dengan kisaran temperatur 18 derajat Celcius -31 derajat Celcius. Cocok untuk industri peternakan sapi perah penghasil susu berkualitas.

Di mana susu dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pengolahan dan produk turunan untuk bermacam diversifikasi oleh-oleh. Ada susu pasteurisasi, susu UHT, kefir, mentega, krim susu, es krim, yoghurt, keju, kripik, permen susu dan custard.

Tak ayal, kecemasan juga sempat melanda sejumlah pengelola sentra peternakan 'rojo koyo' ruminansia di sana. 

Wabah PMK terdeteksi pada 22 April 2022 berasal dari pembelian empat ekor sapi dari luar daerah. Pada 27 April hingga 6 Mei 2022 penyakit semakin meluas dan 11 Mei sapi yang sakit terkonfirmasi PMK.

Pemkot Batu langsung menetapkan lockdown pada zona terdampak dengan radius 3-10 kilometer, penutupan lalu lintas ternak antar daerah, membentuk gugus tingkat kota, sosialisasi dan edukasi kepada peternak terkait SOP Pencegahan dan Pengendalian PMK.

Kemudian juga mempersiapkan obat-obatan, disinfektan, multivitamin, antibiotik dan menghentikan sementara layanan inseminasi buatan serta pemeriksaan kebuntingan di kawasan wabah. 

Pemkot Batu bergerak cepat membentuk gugus tugas dan petugas pos pemantauan mengacu pada Keputusan Wali Kota Batu Nomor: 188.45/190/KEP/422.012/2022 dan Nomor: 188.45/187/KEP/422.012/2022.

Selama satu tahun penuh, peternak sapi perah didera perasaan cemas. Kota Batu sendiri memiliki sentra peternakan terintegrasi.

Populasi sapi perah 9.356 ekor dan sapi potong 3.249 ekor. Ribuan sapi ini rentan terancam wabah. Data Satgas PMK Kota Batu menyebutkan jumlah kasus yang menyerang sapi 4.856 ekor. Total angka kematian 944 ekor dan pemusnahan atau potong paksa 114 ekor. Sementara tingkat kesembuhan 3.798 ekor sapi hingga Agustus 2022. 

Sapi-sapi itu tersebar di sejumlah wilayah. Seperti Dusun Toyo Merto, Dusun Brau dan Dusun Oro-oro Ombo.

Populasi sapi perah terbanyak terdapat di Dusun Brau, Desa Gunungsari dan Dusun Toyo Merto, Desa Pesanggrahan. Populasi sapi perah di Dusun Brau bahkan melebihi populasi penduduk setempat.

Napas Panjang 'Sapi Raja Susu'

Dusun Brau, Desa Gunungsari. Desa ini terletak di lembah pegunungan. Lokasinya ujung paling barat Kota Batu. Tempat terbaik bagi ekosistem peternakan sapi perah Friesien Holstein.

Patung sapi bermahkota raja ikonik pada pintu masuk perbatasan seolah menahbiskan kawasan berjargon "Susumu Semangatku" sebagai Wisata Susu Desa Brau. 

Penduduk dusun ini hanya 500 orang. Sedangkan total populasi sapi mencapai 1.200 ekor. Jumlah sapi produktif 350 ekor. Sisanya sapi pedet dan sapi dara atau sapi bunting.

Rata-rata setiap keluarga memiliki home industry dengan kata lain mereka memelihara 2-3 ekor sapi di tiap kandang. 

Pada mulanya warga merupakan petani kebun. Namun mendapat pembinaan dalam dunia peternakan dengan kehadiran Kelompok Tani Margo Mulyo sejak 2020.

Kelompok Tani Margo Mulyo ini menaungi para peternak dalam proses distribusi susu ke pabrikan.

Ribuan liter susu dikirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS) setiap hari. Ada PT Indolacto, PT Greenfield Indonesia bahkan perusahaan pengolahan produk makanan asal Itali yang beroperasi di Bali.  

Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo Desa Brau, Munir Khan, mengungkapkan kiat sukses peternakan sapi di sini.

Antara lain karena ketersediaan pakan hijauan berlimpah tanpa harus membeli, ketersediaan tenaga kerja internal keluarga tanpa harus membayar pekerja dari luar dan keberadaan sumber air. Semua memberikan dampak penghematan proses operasional bagi peternak.

Kawasan lembah pegunungan itu memang kaya akan sumber pakan dan mata air. Debit air bahkan berlebih karena kawasan hutan terjaga dengan baik.

Rupanya, ada sistem imbal balik simbiosis mutualisme antara peternak dan Perhutani dalam proses kawasan hutan produksi dan fungsi hutan lindung.

Peternak mendapat dukungan dari Perhutani berupa hak guna lahan untuk menanami tanah kosong dengan rumput gajah di lahan tidur yang membelah hamparan hutan pinus.

Sebagai gantinya, mereka harus menjaga habitat hutan pinus agar tetap lestari. Bagi Perhutani maupun penduduk setempat, kelestarian hutan pinus mampu menopang  mata air yang mengalir tanpa henti meskipun di dataran tinggi. Air mengalir deras sepanjang tahun seperti pancaran sinar matahari.

Kelebihan lainnya adalah dukungan kondisi geografis. Suhu dataran tinggi sangat berpengaruh pada kualitas susu. Rerata 18 derajat Celcius.

Sapi perah lebih tenang sehingga mampu menghasilkan susu berkualitas saat berada di kawasan dingin atau pegunungan. Iklim ini sebagaimana iklim asli peternakan di Belanda. Negara asal bibit sapi FH.

Maka tak heran, jika susu Brau juga memiliki rasa gurih karena kandungan kadar lemaknya tinggi. Susu Brau merupakan komoditas unggulan Jatim. Memiliki kualitas TPC (Total Plant Count) terbaik nasional. Di mana 85 persen produksi susu di Jatim berada di Grade 1.

Peternak bisa memerah 8-9 liter per hari dari seekor sapi betina atau akumulasi mencapai 7.500 liter per hari dari total populasi.

Limbah Peternakan Tak Terbuang 

Peternak Brau juga memanfaatkan saripati limbah kandang untuk pembuatan biogas dan kotoran ternak sebagai bahan pupuk kompos. 

Peternak mendapat pendampingan serta pengadaan infrastruktur dari pemerintah maupun secara mandiri dalam rangka mewujudkan konsep sustainable farming atau pertanian berkelanjutan.

Karena gotong royong inilah, warga setempat dapat mengubah dusun yang dulunya identik sebagai 'kampung preman tani' atau kampung buruh tani menjadi kampung susu. 

Semangat mereka sangat tinggi untuk mengembangkan sektor peternakan. Maka tak heran, jika kini sapi perah merupakan sumber ekonomi dan sumber penghasilan utama bagi warga untuk menopang kehidupan mereka.

Munir Khan juga mengisahkan jatuh bangun bertahan dari PMK 2022 kemarin. Populasi sapi berkurang karena mati. Beberapa sengaja dijual oleh pemiliknya. Mereka sempat menyerah. Namun, pemerintah provinsi dan pemerintah kota terus memberikan penguatan kepada peternak.

Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Jatim dan Dinas Peternakan Kota Batu serta lintas sektor terkait bergerak cepat mengatasi permasalahan tersebut. 

Saat ini kondisi mulai beranjak pulih.

Total volume susu harian sudah mencapai 5000 liter per hari. Angka ini meningkat jika dibandingkan saat awal kemunculan wabah PMK. Di mana produksi susu perah hanya mampu mengumpulkan susu 3-4 liter saja  per hari per ekor sapi.

"Mungkin salah satu pekerjaan rumah saat ini produksi susu belum normal. Masih 70-80 persen. Dan keinginan sapi untuk birahi (kawin) belum tinggi," katanya.

Kendati demikian, Munir mengakui jika volume produksi susu 5000 liter ini belum cukup memenuhi permintaan pasar. 

"Karena permintaan market 10 ribu liter susu per hari," tandasnya.

Kepada pemerintah ia berharap agar peternak mendapat bantuan akses pembiayaan bibit sapi supaya populasi sapi perah di wilayahnya semakin meningkat lagi pasca PMK. 

Sebab menurut perhitungan, seharusnya tiap peternak skala rumah tangga memiliki 5 ekor sapi perah agar produksi susu semakin 'gurih' alias meningkat secara ekonomi. 

Saat tiga ekor sapi perah tengah produksi, maka dua ekor sapi lainnya dalam kondisi kering. Demikian pula sebaliknya.  Namun keinginan itu memang belum terlaksana. 

Karena kondisi itulah, market susu sementara hanya untuk kebutuhan lokal. 

Sedangkan sisanya dipasok untuk UMKM pengolah produk turunan susu seperti aneka keju, yoghurt, kripik susu, permen dan custard di sekitar Kota Batu.

Memang ada beberapa permintaan ekspor. Akan tetapi belum mampu terpenuhi karena bahan baku masih terbatas. Sedangkan pengiriman ke Bali masih terkendala penghentian sebagaimana aturan pembatasan lalu lintas ternak pemerintah daerah setempat. 

Keju Chizzu Bergantung Susu Brau

Keterbatasan produksi susu saat awal PMK melanda turut berdampak bagi unit produksi olahan susu di Dusun Brau. Yaitu produsen keju mozzarella bermerek Chizzu.

Unit usaha yang digawangi anak-anak muda itu mulanya merupakan peraih hibah kompetisi dari Kemenristekdikti (BRIN) 2019. Mesin-mesin di unit produksi adalah hadiah dari kejuaraan tersebut. Kemudian pengelola mendirikan sentra unit produksi olahan susu sejak awal 2022 di sana.

Unit produksi susu merupakan tempat pembuatan keju mozzarella berlangsung.

Ada lima karyawan produksi. Dibantu sejumlah mahasiswa magang. Mereka beroperasi dari pukul delapan pagi sampai empat sore. Bergelut bersama mesin-mesin produksi.

Pembuatan keju diawali dengan proses penggumpalan atau pemadatan susu dengan enzim dalam mesin mixer kemudian diendapkan dan cairannya dibuang. Baru proses pemuluran atau stretching. 

Proses pemuluran inilah yang membedakan keju mozzarella dengan keju lain. Rasa keju mozzarella nikmat karena berasal dari susu murni. Permintaan pasar cukup tinggi. Market Chizzu bahkan telah meluas di sejumlah kota besar hingga Denpasar, Bali. Produksi per bulan mencapai 4 ton.

Tapi siapa sangka, jika operasional unit usaha sempat terhenti beberapa bulan karena PMK. 

Pimpinan Pengelola Unit Usaha Keju Mozzarella Chizzu, Dapin Narendra, mengatakan, mereka sangat bergantung pada susu sapi perah di Dusun Brau.

Saat wabah mendera, pasokan susu dari peternak tak sebanyak dulu, sehingga produksi keju ikut lesu akibat volume produksi susu sapi perah menurun drastis. 

Mereka sempat kesulitan mendapat bahan baku karena berebut dengan industri. Produksi terhenti beberapa bulan sehingga memutus rantai distribusi di sebagian besar beberapa kota di Jawa dan Denpasar.

Penyebabnya adalah penurunan populasi sapi dan wabah sehingga membuat kualitas susu menurun sehingga berdampak pada produk akhir keju. Bukan hanya kuantitas saja. Akhirnya mereka mendapat jalan keluar atas kebijakan Kelompok Tani Margo Mulyo. Kondisi sudah mulai membaik. Chizzu kembali dapat jatah susu 1.000 liter per hari untuk produksi.

Asumsi perhitungan, 1000 liter susu masuk ke Chizzu per hari dengan hasil produksi keju 130-140 kilogram dalam bentuk akhir keju mozzarella siap konsumsi. Produksi keju mozzarella saat ini memang tinggal 1 ton per bulan. Ada kehilangan (loss production) 3 ton jika dibandingkan masa sebelum wabah melanda.

Belum lagi harga susu juga ikut melambung. Dulu Rp7.000 per liter. Sekarang harga susu per liter di atas Rp9.000 karena ketersediaan terbatas.

"Bahan utama ada di susu dan pengeluaran tertinggi dari susu," ungkap Dapin Narendra.

Itupun belum tantangan penolakan dari market karena rasa keju sempat berubah akibat pengaruh penurunan kualitas susu beberapa waktu lalu. 

Namun Dapin bersyukur memiliki solusi untuk memperbaiki kualitas produk kejunya dan sudah mulai diterima kembali oleh konsumen. Ia juga berencana melakukan diversifikasi produk ke depan untuk menggenjot income.

Merajut Asa Peternak 

Mengatasi permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu, Heru Yulianto tak berhenti menguatkan asa peternak sapi dan pelaku industri.

Pemkot Batu menetapkan anggaran dukungan pada sektor peternakan. Antara lain anggaran pengendalian penyediaan bibit ternak dan hijauan pakan ternak dengan pagu sebesar Rp364.125.600. 

Anggaran pengadaan bibit ternak yang sumbernya dari daerah atau kabupaten lain sebesar Rp336.000.000, anggaran pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan dan Zoonosis dengan total pagu Rp405.750.275. Serta anggaran pengawasan peredaran hewan dan produk hewan sebesar Rp61.824.400.

"Para peternak yang sapinya mati akibat PMK juga mendapat ganti rugi Rp10 juta per orang. Total ganti kerugian yang digelontorkan oleh Pemkot Batu mencapai Rp6,9 miliar," kata Heru.

Rincian bantuan sapi itu berjumlah 692 ekor dengan nominal per ekor Rp10 juta. Total yang dibayarkan Rp6.920.000.000 (Rp6,9 miliar). 

Kemudian juga bantuan pakan untuk sapi perah pasca PMK dengan jumlah penerima 3.700 ekor dan jumlah pakan (pellet) 32.200 kilogram.

Pemkot juga telah melakukan penandaan (tagging) pada 13.969 ekor ternak pada 2022 dan penambahan tagging bagi 1.400 ekor ternak terjangkit PMK hingga 2023. 

Begitu pula vaksinasi masif pada sapi sudah mencapai 27.178 dosis hingga Agustus 2023. Sementara vaksinasi pada ruminansia lain seperti kambing mencapai 47.363 dosis, vaksinasi domba 7.646 dosis, babi 276 dosis, kerbau 11 dosis, rusa 117 dosis, onta 12 dosis dan banteng 18 dosis. 

Kini pengendalian itu membuahkan hasil karena penanganan antar provinsi dan daerah berjalan saling sinergis. Dinas Peternakan Kota Batu dan Dinas Peternakan Jatim menjalankan koordinasi masif.

Selain itu juga mengacu pada arahan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dirjen Pakan dan Dirjen Pembibitan Kementerian Pertanian RI.

Pemkot Batu juga melibatkan peran FKH Universitas Brawijaya Malang, FKH Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Universitas Tribuana Malang dan SMKN Pujon.

Kemudian Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim, BPBD Jatim, BPBD Kota Batu, BNPB, TNI, Polri, Dishub, Satpol PP, Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI), Unit Pelaksana Teknis Hijauan Makanan Ternak (UPT HTM), BBIB Singosari dan Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Songgoriti. 

Begitu pula kolaborasi penanganan dengan pihak industri pengolahan susu. Ada PT Indolacto dan PT Dairy Pro Indonesia.

Pemkot Batu bahkan meraih penghargaan Peringkat I Vaksinasi Terbaik 2022 Tingkat Provinsi Jawa Timur dan Peringkat VI Kota Dengan Zero Reported Case Tingkat Provinsi Jawa Timur.

Pusat Gravitasi Industri Susu 

Peternak di Dusun Brau dan Kecamatan Pujon menjadi jantung pemenuhan susu bagi Kawasan Malang Raya. 

Pemkot Batu dan Pemkab Malang terus berjuang keras agar populasi sapi betina perah produktif kembali tinggi.

Dinas Peternakan Jatim juga melakukan sejumlah proses recovery dengan membagikan 25 ribu ton konsentrat dan upaya penambahan populasi. Karena Jatim adalah provinsi harapan penyangga ketahanan pangan. 

Kota Batu dan Kabupaten Malang adalah dua dari wilayah penyangga produksi susu di Jatim. Provinsi harapan dalam pemenuhan ketahanan protein hewani bagi masyarakat. 

Selain Kota Batu dan Kabupaten Malang, peternakan sapi perah tersebar di Nongkojajar Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo. Termasuk mulai dikembangkan di Kabupaten Magetan. 

Berada di ujung timur Pulau Jawa, pusat gravitasi dan hub antar wilayah dengan sumber daya peternakan melimpah.

Jawa Timur adalah tulang punggung  penopang protein hewani ke seluruh pelosok negeri. Terutama untuk susu dan daging sapi.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim 2022, populasi sapi perah di provinsi ini mencapai 301.700 ekor. Angka itu menyumbang 52 persen populasi sapi perah nasional. Karena peternakan sapi perah hanya bisa dilakukan di dataran tinggi.

"Kontribusi produksi sapi perah Jatim terhadap nasional bahkan sangat tinggi. Tercatat sebesar 52 persen," ungkap Kepala Dinas Peternakan Jatim Dr Ir Indyah Aryani menegaskan.

Populasi sapi perah tersebut mampu memproduksi susu segar 556.000 ton per tahun atau 1.600 ton produksi harian sepanjang 2022. 

Nilai kontribusinya 57 persen atas produksi susu segar nasional. Merupakan sumbangsih susu tertinggi di Indonesia. Angka itu meningkat dari tahun sebelumnya. Pada 2021, Jatim juga memberikan kontribusi tertinggi produk susu sebesar 56,05 persen.

Saat PMK memang produksi susu mengalami penurunan sampai 15-19 persen dan sekarang sudah mulai membaik 70-80 persen ke posisi semula menjadi 1.300 ton sampai 1.400 ton per hari. Tak dipungkiri, kata Aryani, butuh proses recovery panjang. Namun, Pemprov Jatim juga menetapkan target.

"Masih berproses belum begitu pulih sempurna masih banyak recovery. Terus betina produktifnya banyak kemarin yang potong paksa kemudian ada yang mati. Sekarang inseminasi buatan," jelasnya.

Membangun Peternakan Berkelanjutan 

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian yang memiliki arti penting bagi ketahanan pangan dan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

Itu karena fungsi protein hewani sangat menentukan dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa karena memiliki kandungan asam amino yang tidak dapat tergantikan oleh bahan makanan lainnya. 

Protein hewani tersebut juga bermanfaat dalam mencegah stunting sebagaimana program pemerintah menurunkan angka prevalensi.

Pada saat ini Jatim sudah mampu swasembada mencukupi kebutuhan susu dan daging sapi dalam provinsi. 

Keseluruhan  menempati posisi jawara. Baik populasi sapi perah maupun produk susunya.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim 2022, jumlah sapi potong mencapai 4,9 juta ekor. Angka ini berkontribusi 27 persen terhadap populasi sapi potong nasional. 

Sementara jumlah produksi daging sapi sebesar 93.000 ton dengan angka kontribusi nasional 21 persen terhadap produksi daging sapi nasional yang kurang lebih sebesar 40 ribu ton per tahun.

"Jatim menempati peringkat satu nasional produksi daging sapi," kata Aryani.

Kekuatan ketahanan pangan ini turut menjaga harga daging sapi di pasar tetap stabil tanpa gejolak saat terjadi inflasi. 

"Nggak pernah berfluktuasi, nggak pernah ada gejolak," ucapnya.

Meskipun surplus daging sapi, Indyah mengatakan belum ada rencana ekspor.

"Untuk pemenuhan internal dulu," katanya.

Kebutuhan konsumsi daging sapi masyarakat Jatim sekitar 95.283 ton. Sedangkan produksi daging mencapai 99.340 ton. Maka dengan demikian, Jatim tercatat surplus 4.060 ton.

Bukan hanya daging sapi. Karena Jatim juga telah mampu swasembada daging ayam, telur dan susu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan mampu memasok sapi siap potong, daging ayam dan telur ke luar provinsi. 

Produksi ayam pedaging maupun petelur turut menempati peringkat satu nasional.

Jumlah ternak ayam petelur sebanyak 119 juta ekor dengan kontribusi 32 persen terhadap populasi ayam nasional. 

Produksi telur ayam juga sangat tinggi sebanyak 1,7 juta ton yang memberikan kontribusi 32 persen terhadap produksi telur ayam nasional.

Untuk ternak ayam pedaging, Jatim menyumbang 401 juta ekor dengan kontribusi 12 persen nasional terhadap populasi ayam pedaging nasional dengan produksi telur 442.000 ton dan berkontribusi 12 persen terhadap produksi daging ayam nasional. Jatim menempati urutan ketiga di Indonesia.

Guna mempertahankan status Jatim sebagai gudang ternak nasional, maka diperlukan kegiatan penjaminan status kesehatan hewan agar ternak di Jatim terjaga dari ancaman penyakit menular yang berpotensi menimbulkan kematian hewan ternak, penularan kepada manusia (Zoonosis) dan penurunan produktivitas serta menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak.

"Karena hampir 64-70 persen penyakit baru pada manusia bersumber dari hewan. Maka dari itu, penjaminan status kesehatan hewan juga dapat dipandang sebagai upaya penyelamatan kesehatan manusia melalui prinsip one health," jelas Aryani.

Libas Wabah PMK 

Persiapan itu pula yang telah diwujudkan Pemprov Jatim saat mengatasi wabah PMK pada 2022 lalu. Tahun berat bagi para peternak sapi di Indonesia. 

Pemprov Jatim bersama lintas sektor berjibaku melakukan upaya pengendalian. Mulai penyemprotan disinfektan di perbatasan wilayah lalu lintas hewan ternak, vaksinasi masif dan pemeriksaan berkelanjutan.

Dr Aryani mengatakan, total capaian vaksinasi PMK di Jatim akumulatif sejak awal pelaksanaan sampai dengan 23 Agustus 2023 bahkan mencapai 6.810.812 dosis. 

Capaian ini berkontribusi 38 persen dari total vaksinasi PMK di seluruh Indonesia yang sebesar 17.455.210 dosis.

Angka tersebut sekaligus menjadikan Jatim sebagai provinsi dengan capaian vaksinasi PMK terbanyak di Indonesia.

Setelah vaksinasi, jumlah kasus semakin menurun tajam. Dari semula 15.000 kasus per hari pada awal wabah, menjadi 10 kasus per hari pada 2023 dengan tingkat kesembuhan mencapai 96,4 persen.

Terbukti, perkembangan PMK sukses melewati masa kritis. Angka kasus sudah mencapai zero (0) kasus penambahan dalam seminggu terakhir hingga 23 Agustus 2023. Artinya, tidak ada kasus baru. 

Namun biasanya, kata Indyah Aryani, kasus baru muncul pada sapi yang baru lahir dan lalu lintas pasar hewan ternak antar wilayah. Ini turut menjadi kewaspadaan.

Sedangkan sebetulnya, angka kematian hewan ternak terpapar PMK sangat kecil atau kurang dari 2 persen dari total kasus.

"Kalau secara teori 5 persen, tapi kita nggak sampai 2 persen. Dari total kasus yang sakit 199 ribu yang mati 4 ribu. Jadi kecil. Ada yang mati ada yang dipotong paksa," ujarnya

Vaksinasi masif disebut sebagai motor pencegahan dan pengendalian. Dr Aryani menjelaskan, vaksinasi bertujuan mencegah gejala klinis pada hewan ternak seperti timbulnya demam atau panas yang kemungkinan berlanjut pada gejala lebih parah. 

Distribusi vaksinasi telah menyasar seluruh hewan ternak di daerah kabupaten/kota sesuai data ternak rentan. 

"Vaksin kita cukup, stoknya ada. Di kita ada 3,7 juta. (Sedangkan) yang saat ini dosis vaksin sudah disuntikkan 6,7 juta. Kalau habis tinggal bilang sama pemerintah pusat. Stoknya cukup untuk coverage 10,4 juta ternak rentan yang ada di Jatim," ucap Aryani.

Tembus Masa Kritis PMK

Wabah PMK telah menjadi ancaman serius. Bukan hanya tentang mencegah dan mengobati. Namun juga memastikan daging sapi dan susu layak konsumsi. 

Namun harapan itu masih ada. Bahkan sangat besar. Aksi nyata pemangku kebijakan menumbuhkan optimisme bagi para peternak sapi di Jatim. Dukungan dari pemerintah pusat berpadu arahan Gubernur Khofifah bagaikan angin segar. Seluruh peternak sapi bersyukur. 

Catatan Dinas Peternakan Jatim, penyakit PMK di Jatim mulai Agustus-Desember 2022 terus mengalami penurunan. Meskipun pada Januari-Maret 2023 lalu sempat terjadi lonjakan kembali.

Berdasarkan Data ISIKHNAS sampai dengan 23 Agustus 2023, kinerja pengendalian PMK di Jatim berjalan secara komprehensif.

Atas pengendalian itu, sejak 15 Juni 2023 seluruh kabupaten/kota di Jatim telah diturunkan statusnya dari wabah menjadi tertular. 

Hal ini sebagaimana Keputusan Menteri Pertanian Nomor 311/KPTS/PK.320/M/06/2023 Tentang Penetapan Status Situasi Penyakit Hewan.

Jatim telah berhasil melewati masa-masa kritis pengendalian wabah PMK.

Progres pengendalian PMK pada hewan ternak di Jatim telah berhasil secara signifikan. 

Itu karena sinergi antar instansi berjalan dengan baik. Pemerintah pusat sebagai penyedia vaksin, obat dan peralatan. Pemerintah provinsi berperan sebagai pelaksana teknis di lapangan. Kemudian juga dukungan Tim Dokter Hewan Pusvetma, Pejabat Otoritas Veteriner (POV), TNI, Polri dan BPBD Jatim.

"Atas arahan Gubernur Khofifah, Jatim bisa melalui masa-masa sulit pengendalian PMK. Kita disupport luar biasa dari  ibu gubernur untuk mengendalikan ini," tutur Dr Ir Indyah Aryani.

Dalam rangka mengapresiasi Tim Pengendali PMK, Pemprov Jatim melalui Dinas Peternakan Jatim memberikan penghargaan kepada 2.500 petugas pada Maret 2023. 

Penghargaan tersebut diberikan karena mereka telah mendedikasikan seluruh waktu dan kemampuannya untuk bangsa dan negara dalam upaya pengendalian PMK. 

Selain itu juga berlangsung penyematan Medali Jer Basuki Mawa Bea dari Gubernur Khofifah kepada tokoh peternakan dalam pengendalian PMK di Jatim pada saat Upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI di Gedung Negara Grahadi 17 Agustus 2023 lalu.

Gubernur Khofifah juga menerima penghargaan tertinggi dari Ikatan Dokter Hewan Sapi Indonesia (IDHSI) sebagai Best Local Government Support for Cattle Practitioners. Penghargaan diberikan karena kontribusi besar Gubernur Khofifah dalam dunia persapian di Indonesia terutama terkait penanganan wabah PMK.

Kasus Turun, Keberhasilan Teruji 

Koordinator Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan, Arif Wicaksono dalam sebuah rapat koordinasi pengendalian PMK di Surabaya memuji upaya Jatim tersebut.

Arif mengatakan, teruji keberhasilan atau tidaknya sebuah penanganan bisa terlihat dari data kasusnya.  

"Bisa dikatakan sudah terkendali karena kasus per hari sudah mulai menurun. Apalagi vaksinasi hariannya cukup tinggi," kata Arif saat menghadiri Rakor Pengendalian PMK di Surabaya.

"Kalau kita lihat di Jatim sebetulnya selalu melandai dan beberapa kabupaten bahkan tidak ditemukan kasus lagi. Ini berarti menandakan teman-teman di lapangan melakukan vaksinasi dengan betul," ungkap Arif menambahkan.

Ia menjelaskan, vaksinasi sebenarnya tidak terkait dengan berapa jumlah dosis. Tetapi bergantung coverage per masing-masing wilayah kecamatan. 

Vaksinasi harus merata. Karena pemerintah pusat menargetkan capaian 80 persen vaksinasi. Dengan kekebalan kelompok pada ternak, penyakit tidak akan bisa masuk lagi maupun menyebar ke ternak lain.

Upaya ini disebut Arif karena Jatim bukan hanya memberikan kontribusi daging ternak antar wilayah yang  memang cukup tinggi. Bahkan lintas pulau lintas provinsi. Seperti Sumatera dan Kalimantan.

"Makanya perlu diamankan dengan effort seperti itu, dengan vaksinasinya, pengobatan dan sebagainya," kata Arif.

Kepala Pusvetma Edy Budi Susila pada kesempatan yang sama juga menyebut penanganan kasus PMK hingga saat ini masih menggunakan vaksin darurat yang didatangkan oleh pemerintah pusat. 

"Namun, nanti ke depannya kita akan kembali memproduksi vaksin lokal yang kemarin sudah dilaunching oleh bapak menteri pertanian. Mudah -mudahan bisa segera digunakan karena ini masih proses untuk pendaftaran," ungkap Edy.

Saat ini proses vaksinasi terus berjalan. Bahkan Jatim telah sampai tahapan Vaksin Booster PMK Tahap II atau vaksinasi keempat demi mempertahankan Jatim sebagai gudang ternak nasional dengan menjaga populasinya.

Penyelamatan Sapi Betina Produktif 

Usai berhasil melewati masa-masa sulit pengendalian PMK, Dinas Peternakan Jatim terus menjaga populasi sapi betina produktif agar produksi daging dan susu selalu tersedia sebagaimana Undang-undang (UU) Nomor 41 Tahun 2014 yang mengatur tentang peternakan dan kesehatan hewan. 

Pada Pasal 18 Ayat 2 disebutkan ternak ruminansia betina produktif dilarang disembelih karena merupakan penghasil ternak yang baik. Kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau untuk keperluan pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan.

Daging-daging sapi potong berasal dari sapi-sapi dewasa. Sapi jantan dan sapi betina yang tidak produktif atau majir tidak bisa menghasilkan susu.

Atas dasar payung hukum tersebut, Dinas Peternakan Jatim menunjuk Rumah Pemotongan Hewan (RPH) untuk melakukan potong paksa sapi betina produktif yang terpapar wabah dan tak bisa diselamatkan. Beruntung, jumlahnya tidak banyak atau kata Aryani kurang dari 2 persen.

Demikian pula loss betina produktif sebenarnya tidak banyak jika melihat data kematian kurang dari 2 persen dari total kasus. 

Angka mortalitas ini memang kecil namun lebih besar dampak bagi ekonomi. Karena secara kuantitas sangat berpengaruh. Namun total solid dari kualitas susu tergantung kondisi ternak masing-masing.

Wabah PMK yang menjangkiti sapi perah bahkan menyerang puting hingga susu. Seperti luka sariawan sehingga tidak bisa diperah. Sapi juga enggan makan karena bibirnya sakit. Dalam kondisi suntik antibiotik, susu juga tidak bisa dikonsumsi.

Dinas Peternakan Jatim menggelontorkan 25 ribu ton pakan konsentrat untuk membantu proses recovery.

Karena tubuh sapi harus pulih dan bugar terlebih dahulu. Salah satunya dengan ketersediaan pakan yang cukup. Saat ini kondisi tubuh sapi sudah mulai montok dan klimis alias berkilau. Mata tak lagi pucat.

"Alhamdulillah sudah sangat kondusif," ungkap Aryani bersyukur.

Kejar Kelahiran 1,2 Juta Ekor Tahun 2024

PMK memang menurunkan angka populasi ternak betina produktif. Mau tak mau harus ada percepatan populasi. Salah satunya dengan Inseminasi Buatan dalam rangka menormalisasi kondisi pasca wabah PMK. 

Dr Aryani berharap target pemulihan produksi bisa secepat mungkin. Tetapi, tetap butuh waktu. 

"Paling tidak 2024 inilah kita bisa di posisi kembali seperti semula. Tetapi itu pun kita juga butuh tambahan betina yang tadinya belum bunting harus bunting. Karena yang diambil susunya dari sapi yang beranak," tandasnya.

Dinas Peternakan Jatim juga akan mendorong pemulihan populasi dengan Inseminasi Buatan agar betina cepat bunting dan mampu melakukan laktasi usai beranak. 

Total populasi sapi hingga 2023 bahkan sudah mencapai 5.017 juta ekor. Namun disinyalir ada penurunan karena PMK. 

Sementara hasil Survei Antar Sensus Pertanian Tahun 2018 menyebutkan bahwa secara nasional presentase sapi perah jantan sebesar 20,65 persen dan betina 79,35 persen. Jatim 13,95 persen sapi perah jantan dan 86,07 persen sapi perah betina. Artinya populasi sapi perah produktif Jatim bertahan melampaui angka nasional hingga data 2022.

"Kami masih butuh data per desa dan sedang proses tabulasi sekarang," katanya.

Dinas Peternakan Jatim akan memprioritaskan Inseminasi Buatan dan transfer embrio dalam pemulihan populasi sapi perah. Target IB betina produktif sapi perah maupun potong 1.900.000 (1,9 juta) ekor. Target kelahiran diharapkan 1.200.000 (1,2 juta) ekor. 

"Kita ada straw mandiri kita beli. BBIB Singosari memproduksi, kita yang menggunakan dan ini sudah berjalan. Ada dana dari APBD dan APBN," ujar Indyah Aryani.

Selain IB, Dinas Peternakan Jatim berupaya menggandeng sejumlah pihak terkait fasilitasi KUR bagi para peternak, transfer embrio, replacement penambahan betina produktif yang fresh dari sapi impor untuk menambah populasi. 

Pemprov Jatim berupaya agar peternak bisa mengakses KUR dalam pembelian bibit sapi ini.

Itu karena kebutuhan indukan daging sapi dan sapi perah sangat tinggi. Berdasarkan Data Dinas Peternakan Jatim, populasi sapi perah 305 ribu ekor. Angka ini jauh lebih sedikit daripada populasi sapi potong. Tapi kontribusi susu sapi perah secara nasional sangat tinggi. Angkanya bahkan melebihi daging sapi potong.

"Nah ini jadi pekerjaan kita untuk meningkatkan produktivitas dan populasi sapi perah kita," terang Aryani.

Pemprov Jatim Berhasil Penuhi Target IB 

Untuk saat ini stok semen beku di Depo UPT Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur per tanggal 11 September 2023 sebanyak 279.739 dosis dengan jenis sapi dan kerbau.

Antara lain sapi potong Limousin, Simental, PO, Brahman, Madura, Bali, Belgian Blue, Wagyu, Red Angus, Red Brahman dan Angus.

Kemudian sapi perah FH Proven dan FH Proven sexing dan kerbau.

"Jumlah distribusi semen beku tahun 2023 sebanyak 1.354.331 dosis," kata Aryani.

Khusus sapi perah menggunakan semen beku menggunakan semen beku dari jenis Friesian Holstein (FH) Proven (kualitas unggul) serta FH Proven sexing (hasil pemisahan sperma).

Jumlah distribusi semen beku sapi perah sebanyak 111.886 dosis dengan rincian FH Proven sebanyak 111.017 dosis dan FH Proven sexing sebanyak 869 dosis.

Distribusi semen beku sapi perah ini disalurkan melalui kabupaten maupun kota untuk didistribusikan ke masing-masing koperasi di wilayahnya.

Proses IB semen beku pada sapi sendiri melewati beberapa tahapan. Sapi betina harus menunjukkan tanda-tanda birahi.

Petugas lalu melakukan pemeriksaan rektal untuk memastikan kondisi birahi pada sapi serta memastikan sapi siap dilakukan IB.

Setelah itu, petugas menyiapkan peralatan IB yang sudah dilakukan sterilisasi sebelumnya menggunakan desinfektan. Straw berisi semen beku diambil dari container kemudian dilakukan thawing menggunakan air hangat dengan suhu sekitar 37 derajat Celcius.

Straw semen beku dipotong ujungnya dan dipasang pada alat inseminasi (gun) kemudian dilakukan inseminasi pada sapi.

Dr Aryani menjelaskan, capaian IB tahun 2023 sampai dengan tanggal 4 September 2023 sebanyak 1.260.733 dosis dengan capaian akseptor (sapi betina yang dilakukan Inseminasi Buatan) sebanyak 986.189 ekor dengan jumlah kelahiran sebanyak 765.902 ekor atau sudah mencapai 63,37 persen dari target kelahiran.

"Capaian kelahiran tahun 2023 sampai dengan saat ini sudah tercapai sesuai target bulanan," ungkapnya.

Ia menargetkan kelahiran sampai dengan akhir 2023 sebanyak 1.208.700 ekor dengan capaian kelahiran hingga 4 September 2023 sebanyak 765.902 ekor (63,37%) dengan rincian 412.696 ekor jantan dan 353.206 ekor betina.

Efektivitas Inseminasi Buatan

Inseminasi Buatan seperti yang diungkapkan Kadis Aryani dalam rangka percepatan populasi itu salah satunya membeli dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.

BBIB Singosari berada di bawah UPT Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Peternakan. Di Indonesia hanya ada dua BBIB. Yaitu di Singosari Jatim dan Lembang Bandung Jabar.

BBIB Singosari memproduksi semen beku dari sapi maupun kambing sebagai bahan untuk kawin suntik yang diaplikasikan kepada hewan ternak. Semen beku ini merupakan salah satu teknologi di bidang reproduksi ternak.

Pejabat Fungsional Pengawas Biro Ternak BBIB Singosari, Aris Bachtiar mengatakan, teknologi tersebut masih menjadi produk unggulan dalam rangka percepatan populasi ternak nasional karena lebih efektif jika dibandingkan dengan kawin alami. 

Jika diasumsikan satu pejantan satu betina, dengan teknologi Inseminasi Buatan bisa menghasilkan kurang lebih 400 betina untuk dikawinkan.

Produksi semen beku berasal dari sapi pejantan unggul dan selektif. Sebagian besar pejantan merupakan sapi impor. Mayoritas dari Australia sehingga dipastikan memiliki genetik unggul. 

Teknologi lainnya adalah tes gonomic yang belum dilakukan di UPT Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan lainnya. Ini merupakan produk BBIB Singosari untuk mengetahui masing-masing keunggulan pejantan melalui Tes DNA tersebut. 

"Jadi ini sangat efektif," katanya.

BBIB Singosari memberikan kontribusi tinggi dalam populasi sapi. Mereka menargetkan pada tahun ini sudah bisa memproduksi 3.225.000 dosis dengan asumsi dua kali kawin suntik atau dua kali IB. 

"Artinya kita bisa menghasilkan pedet kurang lebih 1 juta sampai akhir tahun ini," ujarnya.

Sementara dalam situasi penanganan wabah PMK, Inseminasi Buatan disebut juga membantu dalam menjaga populasi ternak.

Ini sekaligus menopang kebutuhan daging dan susu sapi perah nasional.

BBIB Singosari bukan hanya melayani nasional. Namun sudah ekspor ke beberapa negara dengan sejumlah mitra kerja sama.

"Kontribusi kita sangat besar dalam rangka untuk swasembada daging nasional tahun 2026," ujarnya.

BBIB Singosari tidak hanya produksi semen beku, tetapi juga memiliki tenaga-tenaga expert untuk tenaga reproduksi. 

"Kami sudah berpengalaman baik di Asia maupun di Eropa. Terakhir kami di Kirgizstan. Beberapa waktu lalu kita juga melatih dari Palestina," tambah Aris.

Sang Kampiun Agribisnis Tetap Bertahan 

Berbagai upaya tersebut merupakan bentuk komitmen dan keseriusan Pemprov Jatim di bawah pimpinan Gubernur Khofifah Indar Parawansa.

Jatim sebagai tulang punggung penopang produksi protein hewani ke seluruh pelosok negeri adalah provinsi harapan dalam pemenuhan ketahanan pangan

Salah satu pasokan daging dan susu serta produk turunan berasal dari seluruh kabupaten. Kota Batu, Kabupaten Malang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Tulungagung adalah lumbung daging.

Peternakan sapi perah tersebar di Kabupaten Malang, Kota Batu, Nongkojajar Pasuruan, Kabupaten Blitar, Kabupaten Probolinggo. 

Kebutuhan sumber protein hewani yang berasal dari daging sapi, daging ayam beserta produk turunannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas. 

Dalam satu dekade, swasembada daging dan susu Jatim bahkan surplus untuk memenuhi kebutuhan e provinsi lain. Mulai sebagian Pulau Jawa hingga Indonesia Bagian Timur. 

Keberhasilan itu juga merupakan salah satu tonggak perwujudan Program Nawa Bakti Shatya Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Jatim Agribisnis. 

Sebagai provinsi agribisnis, Jatim memiliki potensi pertanian cukup besar dan menjadi lumbung pangan nasional.

Daya dukung tanaman seperti padi, jagung dan tebu sangat melimpah. Tanaman ini terutama sisa panen bermanfaat sebagai hijauan pakan ternak berbasis limbah pertanian dalam meningkatkan efisiensi budidaya ternak.

Gudang ternak nasional menjadi branding bagi Jatim untuk komoditas peternakan karena telah terbukti memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan daging, susu dan telur untuk provinsi lain. 

Pejabat Otoritas Veteriner Jatim, Iswahyudi juga mengungkapkan, Jatim menguasai semua produk peternakan. 

Kontribusi produksi sapi perah Jatim terhadap nasional sebesar 52 persen, sapi potong 28 persen, ayam pedaging maupun petelur juga peringkat satu nasional.

Produk turunan peternakan secara otomatis juga tinggi. Antara lain seperti susu. Kontribusinya mencapai 54 persen terhadap produksi susu segar nasional.

"Peringkat dua hanya kambing sama domba. Lainnya peringkat satu semua," kata Iswahyudi.

Sampai detik ini, Jatim bisa mempertahankan posisi tersebut. Sebagaimana slogan "Dari Jawa Timur untuk Indonesia."

"Makanya kita punya slogan dari Jawa Timur untuk Indonesia karena kita sudah berhasil swasembada untuk kebutuhan Jatim dan kita justru berkontribusi untuk provinsi lain," terang Iswahyudi lebih lanjut.

Distribusi produk peternakan Jatim menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Misal telur dan daging ayam biasanya dikirim ke Indonesia Bagian Timur dan Jabodetabek.

Sedangkan wilayah distribusi daging sapi ke Daerah Jabodetabek, susu ke pabrikan atau industri pengolahan di Jatim seperti Greenfield Indonesia, Indolacto dan Nestle. Sebagian juga dikirim ke Susu Bendera atau Frisian Flag. 

Jatim juga disebut sebagai provinsi penyokong ketahanan pangan di Indonesia.

"Ketahanan pangan terkait produk peternakan seperti susu, telur, dan daging semua kita juaranya nasional. Jatim berkontribusi tinggi terhadap nasional," terangnya.

Upaya untuk mempertahankan posisi Jatim sebagai lumbung gizi dan protein adalah dengan melindungi hewan ternak agar tetap sehat. Karena jika ternak sehat, produktivitasnya akan meningkat. 

Termasuk juga menjaga  pasokan pakan ternak. Banyak peternak Jatim sudah memanfaatkan limbah pertanian untuk diolah menjadi pakan ternak. Seperti jerami (batang padi) dan tebon (batang) jagung.

Selain hemat, sekaligus memanfaatkan berkah luasan hasil lahan pertanian di Pulau Jawa terutama di Provinsi Jatim.

"Biasanya untuk kegiatan peternakan harus memanfaatkan limbah pertanian walaupun rumput juga ditanam tetapi porsinya kan nggak banyak. Kalau rata-rata peternak sapi potong tidak mungkin menanam rumput, hanya di pematang sawah, lainnya untuk pertanian," jelas Iswahyudi.

Potensi Ternak Perah Jatim Masih Luas

Komitmen Gubernur Khofifah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional terutama dalam produk protein hewani turut menjadi barometer nasional. 

Keberhasilan Jatim mempertahankan posisi sebagai gudang ternak dan gudang susu nasional sejalan dengan berbagai langkah preventif dan pengendalian PMK.

Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha bidang peternakan yang diharapkan menjadi penopang dalam penyediaan sumber protein hewani di Indonesia.

Pakar Budidaya Ternak Perah Universitas Brawijaya Malang, Prof. Dr. Ir. Tri Eko Susilorini, MP., IPM., ASEAN Eng turut memberikan apresiasi.

Peternakan sapi perah di Jatim yang menjadi tumpuan industri pengolahan susu itu antara lain berada di Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Tulungagung, Ponorogo, dan Magetan. 

Total ada 78.538 jumlah rumah tangga usaha peternakan sapi perah (dairy cattle) pada 2018.

Sementara sistem kandang sapi perah pada peternakan-peternakan besar di Jatim ini dinilai sesuai dengan GDFP (Good Dairy Farming Practices).

GDFP berdasarkan FAO 2011 adalah standarisasi manajemen usaha peternakan sapi perah. Antara lain meliputi kesehatan ternak, higienitas pemerahan, nutrisi pakan dan air, kesejahteraan ternak, reproduksi ternak, lingkungan serta manajemen sosial ekonomi.

Ada beberapa skala usaha peternakan sapi perah. Meliputi skala usaha I dengan kepemilikan 1-3 ekor sapi, skala usaha II dengan kepemilikan 4-6 ekor sapi dan peternakan sapi perah skala III dengan kepemilikan lebih dari 7 ekor sapi.

"Sistem perkandangan untuk sapi perah berbeda pada skala peternak rakyat dan skala Industri. Untuk kepemilikan 3-5 ekor belum memenuhi GDFP, akan tetapi pada skala besar sudah memenuhi GDFP tersebut," ungkap Prof Tri Eko.

Berdasarkan penelitian Prof Tri Eko pada 2021 di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, penerapan GDFP peternakan skala usaha sudah mencapai 61,19 persen, skala II 62,19 persen dan skala usaha III ada 58,55 persen.

"Dari ketiga skala usaha memiliki kategori penerapan cukup baik," jelas Dosen Fapet Universitas Brawijaya yang akrab disapa Prof Icus ini.

Sistem kandang GDFP sendiri sekaligus sesuai standar yang diminta oleh Industri Pengolahan Susu atau IPS agar peternakan sapi perah dapat menghasilkan susu berkualitas.

Adapun IPS yang berperan dalan penyerapan susu di Jatim itu tidak hanya IPS yang berdomisili di Jatim saja. Akan tetapi juga berasal dari provinsi lain. Industri-industri luar mendapatkan suplai susu dari peternak di Jatim. Ada Nestle, Indolacto, Frisian Flag dan Ultra Indonesia.

"Sementara provinsi lain juga mengembangkan sapi perah. Namun mungkin populasinya tidak sebesar Jawa Timur. Seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah," sambungnya. 

Berdasarkan Data BPS Tahun 2022, populasi sapi perah di Jabar hanya 120.794 ekor. Sementara Jateng 8.094 ekor. Sedangkan Jatim 314.385 ekor sapi perah.

Prof Icus mengungkapkan, angka Total Plant Count (TPC) sebagai standar kualitas susu perah di Jatim masih sangat bagus meskipun beberapa waktu digempur wabah tersebut.

Bahkan, serapan susu dari peternak oleh IPS masih tinggi karena IPS masih membutuhkan suplai susu segar dari peternak lebih banyak lagi. 

"Susu dari peternak sapi perah masuk dalam grade I dan grade II, dengan jumlah mikroorganisme < 1x106 cfu/ml," terang Prof Tri Eko menjelaskan hasil penelitian laboratorium.

Kendati demikian, Prof Icus mengungkapkan bahwa Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) pada dasarnya belum memenuhi kebutuhan nasional. 

Produksi susu berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022 (Livestock and Animal Health).

Produksi susu berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022 (Livestock and Animal Health Statistics 2022) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI pada 2021 sebanyak 946,4 ribu ton dari sapi perah. Jika dibandingkan pada 2020, produksi susu ini mengalami penurunan 0,06 persen.

"Pada tahun 2022 masih mencapai 21 persen karena dampak PMK sehingga SSDN menurun," ujarnya.

Konsumsi kalori rumah tangga  penduduk Indonesia tahun 2021 untuk produk susu dan telur juga mengalami pen

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES