Ekonomi

Perkokoh Menara Populasi Sapi Perah, Produksi Susu di Jatim Tak Pernah Kering (2)

Minggu, 17 September 2023 - 08:05 | 134.56k
Sapi Perah FH di KOP SAE Pujon terlihat montok dan klimis. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Sapi Perah FH di KOP SAE Pujon terlihat montok dan klimis. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Jatim berhasil menembus masa kritis wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak. Gudang ternak nasional menjadi branding bagi Jatim untuk komoditas peternakan karena telah terbukti memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan daging, susu dan telur untuk provinsi lain. 

Pejabat Otoritas Veteriner Jatim, Iswahyudi mengungkapkan, Jatim menguasai semua produk peternakan. Kontribusi produksi sapi perah Jatim terhadap nasional sebesar 52 persen, sapi potong 28 persen, ayam pedaging maupun petelur juga peringkat satu nasional.

Advertisement

Produk turunan peternakan secara otomatis juga tinggi. Antara lain seperti susu. Kontribusinya mencapai 54 persen terhadap produksi susu segar nasional.

"Peringkat dua hanya kambing sama domba. Lainnya peringkat satu semua," kata Iswahyudi.

Sampai detik ini, Jatim bisa mempertahankan posisi tersebut. Sebagaimana slogan "Dari Jawa Timur untuk Indonesia."

"Makanya kita punya slogan dari Jawa Timur untuk Indonesia karena kita sudah berhasil swasembada untuk kebutuhan Jatim dan kita justru berkontribusi untuk provinsi lain," terang Iswahyudi lebih lanjut.

Distribusi produk peternakan Jatim menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia. Misal telur dan daging ayam biasanya dikirim ke Indonesia Bagian Timur dan Jabodetabek.

Sedangkan wilayah distribusi daging sapi ke Daerah Jabodetabek, susu ke pabrikan atau industri pengolahan di Jatim seperti Greenfield Indonesia, Indolacto dan Nestle. Sebagian juga dikirim ke Susu Bendera atau Frisian Flag. 

Jatim juga dikenal sebagai provinsi penyokong ketahanan pangan di Indonesia.

"Ketahanan pangan terkait produk peternakan seperti susu, telur, dan daging semua kita juaranya nasional. Jatim berkontribusi tinggi terhadap nasional," terangnya.

Upaya untuk mempertahankan posisi Jatim sebagai lumbung gizi dan protein adalah dengan melindungi hewan ternak agar tetap sehat. Karena jika ternak sehat, produktivitasnya akan meningkat. 

Termasuk juga menjaga  pasokan pakan ternak. Banyak peternak Jatim sudah memanfaatkan limbah pertanian untuk diolah menjadi pakan ternak.

Seperti jerami (batang padi) dan tebon (batang) jagung.
Selain hemat, sekaligus memanfaatkan berkah luasan hasil lahan pertanian di Pulau Jawa terutama di Provinsi Jatim.

"Biasanya untuk kegiatan peternakan harus memanfaatkan limbah pertanian walaupun rumput juga ditanam tetapi porsinya kan nggak banyak. Kalau rata-rata peternak sapi potong tidak mungkin menanam rumput, hanya di pematang sawah, lainnya untuk pertanian," jelas Iswahyudi.

Potensi Ternak Perah Jatim Masih Luas

Komitmen Gubernur Khofifah dalam mewujudkan swasembada pangan nasional terutama dalam produk protein hewani turut menjadi barometer nasional. 
Keberhasilan Jatim mempertahankan posisi sebagai gudang ternak dan gudang susu nasional sejalan dengan berbagai langkah preventif dan pengendalian PMK.

Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha bidang peternakan yang diharapkan menjadi penopang dalam penyediaan sumber protein hewani di Indonesia.

Pakar Budidaya Ternak Perah Universitas Brawijaya Malang, Prof. Dr. Ir. Tri Eko Susilorini, MP., IPM., ASEAN Eng turut memberikan apresiasi.

Peternakan sapi perah di Jatim yang menjadi tumpuan industri pengolahan susu itu antara lain berada di Kabupaten Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Blitar, Tulungagung, Ponorogo, dan Magetan. Total ada 78.538 jumlah rumah tangga usaha peternakan sapi perah (dairy cattle) pada 2018.

Sementara sistem kandang sapi perah pada peternakan-peternakan besar di Jatim ini dinilai sesuai dengan GDFP (Good Dairy Farming Practices).

GDFP berdasarkan FAO 2011 adalah standarisasi manajemen usaha peternakan sapi perah. Antara lain meliputi kesehatan ternak, higienitas pemerahan, nutrisi pakan dan air, kesejahteraan ternak, reproduksi ternak, lingkungan serta manajemen sosial ekonomi.

Ada beberapa skala usaha peternakan sapi perah. Meliputi skala usaha I dengan kepemilikan 1-3 ekor sapi, skala usaha II dengan kepemilikan 4-6 ekor sapi dan peternakan sapi perah skala III dengan kepemilikan lebih dari 7 ekor sapi.

"Sistem perkandangan untuk sapi perah berbeda pada skala peternak rakyat dan skala Industri. Untuk kepemilikan 3-5 ekor belum memenuhi GDFP, akan tetapi pada skala besar sudah memenuhi GDFP tersebut," ungkap Prof Tri Eko.

Berdasarkan penelitian Prof Tri Eko pada 2021 di Kecamatan Bumiaji Kota Batu, penerapan GDFP peternakan skala usaha sudah mencapai 61,19 persen, skala II 62,19 persen dan skala usaha III ada 58,55 persen.

"Dari ketiga skala usaha memiliki kategori penerapan cukup baik," jelas Dosen Fapet Universitas Brawijaya yang akrab disapa Prof Icus ini.

Sistem kandang GDFP sendiri sekaligus sesuai standar yang diminta oleh Industri Pengolahan Susu atau IPS agar peternakan sapi perah dapat menghasilkan susu berkualitas.

Adapun IPS yang berperan dalan penyerapan susu di Jatim itu tidak hanya IPS yang berdomisili di Jatim saja. Akan tetapi juga berasal dari provinsi lain. Industri-industri luar mendapatkan suplai susu dari peternak di Jatim. Ada Nestle, Indolacto, Frisian Flag dan Ultra Indonesia.

"Sementara provinsi lain juga mengembangkan sapi perah. Namun mungkin populasinya tidak sebesar Jawa Timur. Seperti Jawa Barat dan Jawa Tengah," sambungnya. 

Berdasarkan Data BPS Tahun 2022, populasi sapi perah di Jabar hanya 120.794 ekor. Sementara Jateng 8.094 ekor. Sedangkan Jatim 314.385 ekor sapi perah.

Prof Icus mengungkapkan, angka Total Plant Count (TPC) sebagai standar kualitas susu perah di Jatim masih sangat bagus meskipun beberapa waktu digempur wabah tersebut.

Bahkan, serapan susu dari peternak oleh IPS masih tinggi karena IPS masih membutuhkan suplai susu segar dari peternak lebih banyak lagi. 

"Susu dari peternak sapi perah masuk dalam grade I dan grade II, dengan jumlah mikroorganisme < 1x106 cfu/ml," terang Prof Icus menjelaskan hasil penelitian laboratorium.

Sapi-Perah-2.jpgPetugas Vaksinator Kecamatan Pujon melakukan Vaksinasi Booster PMK di KOP SAE Pujon. (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

Kendati demikian, Prof Icus mengungkapkan bahwa Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) pada dasarnya belum memenuhi kebutuhan nasional. 

Produksi susu berdasarkan Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022 (Livestock and Animal Health Statistics 2022) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI pada 2021 sebanyak 946,4 ribu ton dari sapi perah. Jika dibandingkan pada 2020, produksi susu ini mengalami penurunan 0,06 persen.

"Pada tahun 2022 masih mencapai 21 persen karena dampak PMK sehingga SSDN menurun," ujarnya.

Konsumsi kalori rumah tangga  penduduk Indonesia tahun 2021 untuk produk susu dan telur juga mengalami penurunan pada masa pandemi 2021 jika dibandingkan awal 2020 lalu. Yaitu sebesar 0,12 kkal (0,20 persen).

Itu karena produksi susu nasional hanya berdasar pada produksi susu sapi perah. Padahal di sisi lain ada susu dari kambing perah yang belum diperhitungkan sebagai produksi susu nasional. Terlebih saat ini populasi sapi perah menurun akibat dari PMK.

"Potensi peternakan kita banyak yang bisa dikembangkan seperti peternakan kambing dan domba perah," tuturnya. 

Domba perah atau dairy sheep misal. Dinilai memiliki kandungan susu lebih padat dan kandungan protein lebih tinggi daripada susu sapi atau bahkan kambing dan cocok diproses sebagai keju dan yoghurt.

Maka ia berharap pemerintah mulai mempertimbangkan potensi ternak perah seperti kambing dan domba untuk memberikan pilihan kebutuhan protein hewani kepada masyarakat.

Hal ini sebagaimana upaya implementasi Permentan Nomor 26 Tahun 2017 tentang penyediaan dan pemenuhan kebutuhan protein hewani, mewujudkan kemandirian pangan, meningkatkan produksi susu nasional dan meningkatkan kesejahteraan peternak.

Selain itu, Prof Icus juga meminta pemerintah agar terus mengupayakan regenerasi peternak muda di masa depan.

Untuk mengupayakan agar ada regenerasi peternak muda pada peternakan sapi perah,  Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Brawijaya Malang telah mengadakan Sekolah Lapang yang pesertanya merupakan peternak milenial. Sekolah Lapang telah dilakukan pada KAN Jabung, KOP SAE Pujon, Kelompok Peternak di Desa Wonoagung.

Melalui kegiatan Sekolah Lapang tersebut, diharapkan transfer ilmu dari perguruan tinggi kepada peternak rakyat dapat mengubah mindset peternak dan menjadi solusi pemecahan masalah dalam manajemen budidaya yang masih tradisional. Dengan tujuan utama mampu mendorong dan membangun persusuan dalam negeri.

Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022 (Livestock and Animal Health Statistics 2022) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI menyebut bahwa tenaga kerja subsektor peternakan terbesar terdapat di Jatim. Pada Agustus 2021 sebesar 1.971.529 orang menurut survei angkatan kerja (Sakernas).

Meretas Tantangan Dunia Peternakan Jatim

Sekretaris Jurusan Peternakan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Malang, Kartika Budi Utami Kartika Budi Utami, SST, MP mengungkapkan hal senada.

Ada sejumlah tantangan dalam industri peternakan di masa depan. Antara lain yang perlu menjadi perhatian Pemprov Jatim adalah keberlanjutan usaha ini di waktu mendatang mengingat Jatim selain menjadi sentra ternak juga merupakan wilayah padat penduduk. 

Pemerintah bisa melakukan kaderisasi generasi muda agar tertarik dengan usaha peternakan. Kata Kartika, jangan sampai usaha terputus dan peternakan ditinggal oleh generasi muda yang lebih tertarik di bidang lainnya. 

"Supaya menarik branding dengan digitalisasi dan karena memang profitable," saran Kartika.

Perlu pula untuk menciptakan alternatif model bisnis lainnya tentang persapiperahan secara hulu-hilir guna mengoptimalkan kesejahteraan peternak sapi perah di Jatim.

Pelaku usaha peternakan 90 persen merupakan peternak rakyat dengan manajemen yang berbeda dibandingkan dengan di industri.

Sementara ternak, secara genetik unggul bangsa sapi FH murni ditunjang dengan manajemen maupun lingkungan yang baik dan memenuhi prinsip kesrawan (kesejahteraan hewan). 

Penerapan kesrawan di rumah potong hewan (RPH) agar tidak hanya menyediakan juru sembelih halal/Juleha tetapi juga petugas AWO (Animal Welfare Officer) untuk pengawasan saat transportasi, loading dan handling ternak.

Dengan penerapan kesejahteraan hewan, maka sapi perah diharapkan mampu menghasilkan susu mencapai 30 liter per ekor per hari dan susu berkualitas tinggi.

Pada dasarnya, kata Kartika, secara genetik sapi perah yang dipelihara oleh peternak rakyat adalah sapi PFH (peranakan Friesien Holstein) dengan rata-rata produksi susu 10-15 liter per ekor per hari.

Perlu juga ditingkatkan peran KUD terutama dalam pemasaran dan upaya peningkatan nilai tambah produk susu tersebut. Sebab saat ini, rantai pasok susu segar meliputi peternak-KUD-IPS. 

"Optimalisasi peran KUD dapat memperpendek jalur pemasaran dan meningkatkan marjin keuntungan bagi kesejahteraan peternak," tandasnya.

Implementasi di lapangan yang berjalan saat ini dalam hal kemitraan antara peternak, KUD dan IPS perlu terus menerus ditingkatkan agar hubungan mereka tidak hanya saling ketergantungan dan saling membutuhkan tetapi juga saling menguntungkan.

Penerapan dan pemenuhan kesejahteraan ternak dilakukan untuk memberikan keuntungan kesejahteraan peternak. Kartika memberikan contoh riil di PT Greenfields Indonesia. 

Sementara berdasarkan hasil-hasil penelitian tentang penerapan GDFP di Jatim khususnya oleh peternak rakyat sudah menunjukkan hasil yang bervariasi mulai dari baik hingga cukup. 

"GDFP penting untuk menghasilkan susu yang berkualitas dan aman dikonsumsi," ungkapnya.

Di sisi lain, ketersediaan lahan untuk menjamin ketersediaan pakan harus menjadi perhatian dengan semakin pesatnya alih fungsi lahan pertanian maupun peternakan sebagai kawasan pemukiman.

Upaya mempertahankan posisi Jatim sebagai gudang ternak dan susu bisa dilakukan dengan memberikan kemudahan dan perhatian kepada pelaku peternakan.  

"Contoh, akses modal yang mudah. Karena untuk menambah skala usaha maupun jumlah ternak, peternak agak kesulitan. Nah, akses modal ini agar peternak tetap tertarik menggeluti dan bertahan dengan usaha beternak nya," ungkap Kartika.

Sementara untuk menjaga ketahanan populasi sapi perah diperlukan penyuluhan masif tentang bio security. Meliputi sanitasi, vaksinasi, isolasi mulai dari level farm- distribusi atau mobilitas ternak antar wilayah-negara. Kemudian sinergi lembaga pendidikan, Pemda, badan karantina , kementerian pertanian dan jajarannya juga industri atau swasta.

Jika peningkatan produksi susu dengan populasi sulit dilakukan, maka ia menyarankan agar pemerintah provinsi fokus pada peningkatan kualitas susu.

Selain itu, edukasi kepada peternak bahwa peningkatan produksi susu seharusnya juga diimbangi dengan peningkatan kualitas susu.

Karena kualitas susu menjadi dasar penetapan harga susu. Semakin baik kualitasnya, semakin tinggi juga harga dari industri.

"Karena kualitas susu menentukan harga jual susu sehingga peternak bersemangat," sambungnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES