Pengusaha Rambu Chiko Beberkan Pentingnya Motif dan Pewarna di Tenun Ikat Sumba Timur

TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Sukses menjalankan usaha kain tenun ikat, pemilik Artshop Rambu Chiko mengaku pentingnya motif dan pewarna dalam proses pembuatan kain khas Sumba Timur ini.
Rambu Chiko merupakan salah satu perajin tenun ikat dan pemilik Artshop yang sudah menjalankan usahanya sejak tahun 80-an.
Advertisement
Usahanya terletak di Kampung Kalu, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur - tidak jauh dari Kota Waingapu. Ia pun memilki pekerja tenun ikat sebanyak 150 orang yang tersebar di berbagai desa, termasuk 30 orang di kampung Kalu.
Pemilik Artshop bernama asli Rambu Adriana Mbelu Ana Djawa ini mengungkapkan faktor kesuksesannya di usaha kain tenun ikat Sumba Timur yang paling penting adalah cara memilih motif dan pewarna yang bagus untuk menarik para pembeli.
“Yah, motif dan pewarna adalah salah satu bagian terpenting dalam mengerjakan tenun ikat Sumba Timur agar memikat para pembeli,” katanya saat ditemui Minggu (3/12/2023) .
Menurutnya, kain tenun ikat khas Sumba Timur merupakan salah satu kain yang dikerjakan secara manual tanpa menggunakan mesin - hanya menggunakan alat tenun yang dibuat dari kayu dan bambu secara tradisional, bahkan pengerjaannya dilakukan tenaga manusia.
Adapun kelebihan dari tahapan pengerjaan tenun ikat Sumba Timur adalah dalam proses produksinya memerlukan waktu yang cukup lama. Waktu produksinya sekira 6 bulan, bahkan ada juga sampai setahun hingga rampung kain tenun ikatnya.
Rambu Chiko menjelaskan, selembar tebun ikat Sumba Timur tentunya memilki motif yang unik dan bermakna karena motif kain Sumba Timur mengandung nilai-nilai kehidupan yang disakralkan dan sangat dijunjung tinggi masyarakatnya.
“Jadi kalau soal kain tenun ikat Sumba Timur masyarakat memilih mempertahankan motif-motif fauna yang jadi ciri khas kain Sumba karena mereka percaya kalau binatang-binatang layak dijadikan simbol atau lambang nilai kehidupan manusia,” tuturnya.
Ia menyebut, seperti motif Kuda atau dalam bahasa Sumba disebut 'Njara' menggambarkan keagungan, kebijaksanaan dan kewibawaan. Ini mempunyai makna kesejahteraan karena kuda melambangkan alat transportasi yang menunjukan kemakmuran.
Sedangkan motif bergambar rusa, atau dalam bahasa Sumba disebut 'Ruha' dengan tanduknya merupakan simbol kekuasaan atau pemimpin adil dan bijaksana yang mampu mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat.
Selain itu ada motif bergambar Ayam jantan, atau dalam bahasa Sumba disebut 'Manu' melambangkan hewan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Sumba. Dan masih banyak lagi motif-motif yang menjadi lambing khas tenun ikat Sumba.
Rambu Chiko menambahkan, selain motif, pewarna alami juga menjadi keunikan tersendiri dari kain tenun ikat Sumba Timur. Prosesnya penuh makna kearifan lokal karena dalam menenun ada tekniknya.
“Tentunya yang membuat unik dari tenun ikat Sumba adalah pewarna yang kita gunakan dengan tanaman endemikseperti Wura (nila), akar mengkudu dan kulit loba,” paparnya.
Rambu Chiko mengakui, kain tenun ikat Sumba Timur sudah menjadi ikon nasional yang diminati pasar internasional karena banyak orang melirik tak hanya keindahannya namun nilai yang ada di baliknya, terutama motif dan pewarnanya yang tidak mengecewakan masyarakat peminat kain Sumba.
“Untuk harga selembar kain khas tenun ikat khas Sumba Timur yang asli berkisar mulai Rp250 ribu hingga 50 juta. Yah, saya bersyukur usaha saya ini berjalan baik dan lancar atas dukungan pengerja-pengerja saya,” ucap Rambu Chiko. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Rizal Dani |