Ekonomi

Mengeluh Soal Pasar, Petani Kopi Amadamon Malang Konsisten Budidaya

Selasa, 19 Desember 2023 - 21:22 | 44.63k
Petani kopi, Nur, yang juga anggota kelompok Tani Harapan Amadanom, saat memilih dan sangrai bijih kopi dari petani kopi wilayah Desa Amadanom kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Selasa (19/12/2023). (Foto amin)
Petani kopi, Nur, yang juga anggota kelompok Tani Harapan Amadanom, saat memilih dan sangrai bijih kopi dari petani kopi wilayah Desa Amadanom kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Selasa (19/12/2023). (Foto amin)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Budidaya perkebunan kopi di Kabupaten Malang tetap dipertahankan para petani kopi. Meski, pasar komoditas kopi mengalami pasang surut. 

"Perkebunan budidaya kopi di wilayah Amadanom ini terus dilakukan. Akan tetapi, yang menjadi keluhan kelompok petani kopi di sini itu, soal pasarnya (penjualannya)," terang sekretaris kelompok tani Tani Harapan Desa Amadanom Dampit Kabupaten Malang, Tustianingsih, ditemui di ekowisata kopi Amadanom, Selasa (19/12/2023) sore. 

Advertisement

Ia menuturkan, masa sulit budidaya kopi sempat dialami oleh petani anggotanya di wilayah ini selama pandemi dua tahun sejak selama 2019-2020 lalu. Selama kurun waktu itu, lanjutnya, pasar penjualan komoditi kopi yang dihasilkan juga mengalami penurunan drastis. 

Beberapa pembeli bijih kopi yang siap jual dari petani anggotanya, menjadi lesu dan jauh berkurang. Meski demikian, menurutnya mengolah perkebunan kopi masih dipertahankan, karena memang menjadi sumber penghasilan para petani setempat. 

"Kami punya 25 anggota petani, dan tiap orang rata-rata punya lahan kebun kopi minimal seluas 250 meter persegi. Ya, setelah pandemi memulai kembali mencari pasar penjualan kopinya. Seperti ke para pemilik kedai kopi atau kafe," ungkapnya. 

Sebagai petani kopi, diakuinya keberadaan mitra atau perusahaan pengepul bijih komoditas kopi mereka sangat dibutuhkan. Terlebih, mitra pembeli yang mau dengan harga lebih bersaing, atau lebih tinggi dibanding harga pasaran umumnya. 

Ia mengaku petani kopi anggotanya pernah memasok hasil panen kopi ke perusahaan pengolahan bijih terdekat. Akan tetapi, beberapa diantaranya memilih putus kerja sama. 

"Kami itu bisa saja memenuhi permintaan komoditas kopi sesuai kelasnya, mau grade 1,2 atau 3. Tetapi, kalau pembelinya tidak ada bagaimana? Yang mitra (pembeli) harapannya menaikkan sedikit harga produk kopi kami, lah," tandas Tustianingsih mengulang harapannya. 

Kelompok petani kopi Tani Harapan di Amadanom sendiri, selama ini juga menjadi bagian Ekowisata Kebun Kopi Amadanom Dampit. Ekowisata kebun kopi ini menempati lahan milik salah satu anggota, Nur, yang juga menjalankan usaha sangrai kopi hasil perkebunan petani sekitar. 

Meski mengaku harga kopi saat ini cenderung naik, Nur berharap hasil komoditi kopi dari perkebunan kopi sesama petani mendapatkan pasar penjualan yang bagus. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES