Ekonomi

Harapan di Geliat Kopi Malang: Menjadi Produsen Kopi yang Bertumbuh Go International

Senin, 15 Januari 2024 - 04:37 | 65.28k
Yani Wijaya Baihaqi, eksekutif bisnis Malang yang konsen kembangkan UMKM. (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)
Yani Wijaya Baihaqi, eksekutif bisnis Malang yang konsen kembangkan UMKM. (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANG – Kabupaten Malang, Senin (15/01/24) produksi kopi terus menunjukkan peningkatan yang signifikan, seiring dengan meningkatnya konsumsi kopi lokal di Malang Raya. Data terbaru mencatat bahwa luasan kebun kopi mencapai 21.485 hektare, dengan produksi kopi lokal mencapai 29.728 ton pada tahun 2021 lalu. 

Tren positif ini diprediksi akan terus berlanjut, dengan produksi kopi diperkirakan meningkat hingga 3000-an ton setiap tahun.
Khususnya, kopi Kabupaten Malang memiliki potensi besar. Beberapa wilayah seperti Ampelgading, Sumbermanjing Wetan, Tirtoyudo, dan Dampit sudah dikenal sebagai sentra produksi kopi. Terlebih lagi, produksi kopi dari lereng Gunung Bromo, Arjuno, dan Gunung Kawi juga sedang mengalami peningkatan.

Advertisement

Yani Wijaya Baihaqi mengungkapkan keprihatinannya terkait ekonomi petani kopi di Kabupaten Malang. Meskipun Malang telah lama menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Indonesia sejak abad-19 dan warisan budaya yang dikenal oleh masyarakat, namun dampak ekonomisnya belum sepenuhnya dirasakan oleh mereka.

Kunjungan kami ke gapoktan beberapa kali membuka mata terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi petani kopi. Kami berharap dapat menjadi suara aktif yang mewakili aspirasi mereka. Kopi yang dihasilkan di Kabupaten Malang memiliki keunggulan kualitas, tetapi masih ada beberapa hambatan dalam memenuhi standar ekspor, seperti jumlah produksi yang belum mencukupi dan proses olah yang belum sesuai standar.

Sam Yani (sapaan Akrab) menyoroti peluang ekspor kopi dari Kabupaten Malang yang dapat mencapai 43 ribu ton per tahun. Namun, saat ini produksi hanya mencapai 13 ribu ton per tahun. 

"Kebutuhan ekspor sebesar 43 ribu ton per tahun belum dapat terpenuhi, dan kita menghadapi kekurangan sebanyak 30 ribu ton kopi. Untuk mengatasi hal ini, pendampingan kepada petani kopi sangat diperlukan," ungkapnya. 

Ia meyakini dapat mendukung iklim produksi yang baik ini, berkomitmen untuk terus mendorong pertumbuhan industri kopi lokal. Pasar kopi yang sudah tersedia di Malang Raya, bahkan di tingkat nasional, menjadi peluang yang sangat baik bagi produk lokal. Dengan adanya berbagai produk unggulan dari sektor pertanian, perikanan, perkebunan, hingga industri UMKM, Yani Wijaya Baihaqi berharap agar geliat produk lokal terus didorong.

Dalam upaya pendampingan, Yani Wijaya Baihaqi berharap agar Pemerintah Kabupaten Malang dapat berkolaborasi dengan perusahaan yang membutuhkan kopi. Dia menyoroti pentingnya kerjasama dengan perusahaan kopi terbesar, seperti yang berada di wilayah Kecamatan Dampit dan Turen. 

Strategi khusus diperlukan untuk mencapai standar ekspor, termasuk penekanan pada proses panen yang optimal, meskipun petani sudah memahaminya. "Yang perlu ditekankan kepada petani adalah proses penjemuran hingga roasting setelah panen," paparnya. 

Dengan semangat ini, diharapkan kopi Malang dapat menjadi daya tarik yang memikat pasar internasional, sesuai dengan visi Yani Wijaya Baihaqi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan promosi produk lokal. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Rifky Rezfany

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES