Begini Upaya Banyuwangi Atasi Anjloknya Harga Ikan Laut

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dampak dari meningkatnya hasil tangkapan ikan nelayan di wilayah perairan Bumi Blambangan membuat harga ikan dipasaran semakin anjlok. Upaya seperti, diversifikasi produk hingga upaya menyasar kelompok Istri nelayan menjadi langkah strategis Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dalam menaikkan pendapatan nelayan.
Anjloknya harga ikan tersebut diketahui sudah berlangsung sejak Bulan Desember 2023 lalu, dan terjadi hampir pada seluruh jenis ikan tangkapan nelayan, tak terkecuali jenis ikan tongkol, ikan layang hingga ikan buntut merah.
Advertisement
Untuk saat ini, jenis ikan tongkol yang normalnya dihargai Rp18.000 per kilogram (kg) merosot hingga Rp9000 per kg. Bahkan jenis ikan lainnya sempat menembus harga Rp4000 per kg. Akibat dari fenomena tersebut, banyak nelayan sempat mengeluh lantaran harga ikan tidak sepadan dengan ongkos produksi yang dihabiskan selama menangkap ikan.
Dijelaskan oleh Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Alief Rachman Kartiono, tingginya hasil tangkapan ikan nelayan yang berdampak pada hasil tangkapan ikan tersebut akibat dari anomali cuaca yakni Fenomena El Nino, terutama pada hasil tangkapan ikan nelayan di Muncar.
Selain akibat dari anomali iklim tersebut, penyebab lainya juga adanya dampak dari konservasi, hal tersebut dapat mendorong ikan bermigrasi ke perairan yang ada di wilayah Bumi Blambangan.
”Beberapa waktu lalu akibat El Nino laut menghangat yang kemungkinkan plankton datang kesana dan ikan juga akhirnya mendekat, jadi hasil laut melimpah,” ujarnya.
Dalam mengatasi anjloknya harga ikan itu, Dinas Perikanan Banyuwangi, berupaya mengambil langkah dengan sasaran skala kecil yakni dengan mendorong diversifikasi produk. Alief mengatakan, nantinya ikan hasil tangkapan diolah menjadi produk makanan jadi yang bisa dijual ke end user langsung.
Lalu, masih Alief, intervensi tersebut diharapkan lebih bisa menyasar kepada kelompok ibu rumah tangga yang merupakan istri nelayan di wilayah pesisir.
”Kami mengarahkan ke diversifikasi produk untuk nelayan kecil. Terutama untuk kelompok perempuan sehingga ada multiplier effect tidak hanya harga saja tapi juga ketahanan pangan bisa masuk disana,” tuturnya.
Bukan itu saja, upaya lain untuk lebih mendapatkan pendapatan tambahan bagi nelayan yakni dengan memperluas pasar dan jejaring. Serta mendorong masyarakat untuk makan ikan, langkah itu juga dirasa berfungsi mendorong upaya percepatan penanganan permasalahan kesehatan, seperti stunting.
Alief mengaku, saat ini intervensi kepada nelayan belum bisa dilakukan dari sisi permodalan ekonomi kepada nelayan langsung. Hal tersebut disebabkan banyak nelayan terikat pada tengkulak dimana hasil tangkapan mereka pun harus langsung disetor kepada tengkulak dengan harga rendah mengikuti harga pasar sekarang.
”Memperluas pasar dan jejaring, kita sudah kerjasama dengan Aruna, tapi terbatas juga jenis komoditi yang mereka butuhkan,” tandasnya.
“Terutama pada ikan tongkol atau lainnya. Sementara untuk lemuru memang Muncar pusatnya, di situ banyak pabrik besar untuk ikan kaleng yang nantinya bakal diekspor,” imbuh Alief. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |