KPMI Bandung Ajak Masyarakat Kenali Lebih Dekat Pembiayaan Syariah

TIMESINDONESIA, BANDUNG – Pertumbuhan perbankan syariah di Jabar, dibandingkan perbankan konvensional mencatatkan kinerja yang lebih tinggi. Sebagai informasi, pembiayaan perbankan syariah di Jabar per Juli 2023 mencapai Rp62,29 triliun dan tumbuh 15,06 persen yoy.
Pembiayaan ini pun ditopang oleh pembiayaan dari Bank Umum Syariah dengan porsi pembiayaan sebesar 64,31 persen, disusul Unit Usaha Syariah sebesar 27,24 persen dan BPR Syariah sebesar 8,45 persen dari total pembiayaan.
Advertisement
Dengan penduduk muslim yang besar di Indonesia, tentunya peluang pembiayaan syariah akan semakin terbuka lebar, apabila kesadaran masyarakat semakin bagus.
Guna merealisasikan pertumbuhan kesadaran penggunaan lembaga pembiayaan syariah yang lebih baik, Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) di Bandung mengadakan Konsultasi Muamalah yang diadakan di Meize, Sumbawa Bandung.
“Pada kesempatan ini, karena ini seminar komunitas pengusaha muslim, saya mengajak agar para pengusaha untuk tidak ragu mengakses lembaga keuangan syariah. Sebabnya karena lembaga keuangan syariah itu hadir untuk memenuhi kebutuhan para pengusaha, baik dari sisi modal investasi, modal kerja, dan lainnya,” tutur Azwar, Direktur BIsnis BPRS Al Salaam,
“Seringkali ada anggapan bahwa bank syariah belum syariah. Pada dasarnya, bank syariah itu sudah pasti syariah karena mereka itu menjalankan semua fatwa DSN MUI dan juga melaksanakan regulasi. Dan tentunya, para pengusaha itu harus mengakses lembaga syariah karena lembaga keuangan diawasi oleh OJK,” ulasnya.
Azwar juga menuturkan bahwa selama ini jika para pengusaha lebih memilih bank konvensional dibandingkan bank syariah karena bank konvensional itu hanya memperhatikan satu aspek bahwa, bagaimana kredit bisa disalurkan dengan memperhatikan bisnisnya, Minggu (15/9/2024).
Namun demikian, Direktur Bisnis BPRS ini memaparkan bahwa di lembaga keuangan syariah itu harus memperhatikan kebutuhannya yang nantinya kebutuhan ini akan disesuaikan dengan akad transaksinya yang sesuai.
Azwar menginformasikan juga bahwa tidak semua modal kerja yang diberikan itu sama akadnya. Bisa jadi berbeda tergantung dari kebutuhannya.
“Perihal mengapa informasi bank syariah itu kurang dipahami oleh pelaku usaha, mungkin bisa jadi, pertama edukasi literasi. Salah satunya adalah ini yang kita lakukan bagaimana mengedukasi para pelaku usaha, bahwa sebenarnya kemudahan mengakses lembaga keuangan itu sangat mudah, sebagaimana mereka mengakses ke bank konvensional,” imbuh Azwar.
“Kemudian yang kedua adalah, bagaimana terbatasnya pilihan-pilihan masyarakat terkait dengan keuangan lembaga syariah. Yang lebih banyak fasilitasnya itu atau lembaga keuangan konvensional lebih tinggi atau lebih banyak fasilitas yang ditawarkan oleh bank konvensional sehingga itulah yang menyebabkan kenapa orang masih cenderung ke bank konvensional,” tuturnya.
Azwar menerangkan juga bagaimana mengakses para pelaku usaha ini melalui komunitas-komunitas. Kemudian dari komunitas itu bergerak sebagai lembaga keuangan yang bisa memberikan solusi keuangan permodalan kepada pelaku usaha.
Selanjutnya, Azwar pun mengatakan bagaimana ia bisa bersinergi dengan yang lain untuk mendukung acara-acara komunitas agar bisa meningkatkan literasi.
Berkenaan dengan fenomena pinjaman bagi UMKM dan ikhtiar apa yang bisa disolusikan oleh BPRS Al Salaam terhadap persoalan di UMKM. Azwar mengutarakan bahwa apabila standar KUR yang digunakan ingin murah, nilai yang ditawarkan lebih murah, mungkin BPRS Al Salaam belum dapat memenuhi.
Namun, apabila yang ingin dipenuhi itu adalah aspek bagaimana melakukan proses transaksi sesuai dengan akad-akad syariah, Al Salaam memungkinkan diakses.
“Setahu saya, perihal pinjaman KUR pun ada di bank syariah, tidak hanya di bank konvensional saja, seperti contohnya bank BSI dan lainnya adalah bank penyalur KUR,” ulas Azwar.
“Dan baiknya para pelaku usaha dengan Lembaga keuangan itu harus sinergi karena bagaimanapun pelaku usaha itu membutuhkan modal dalam pengembangan usahanya,” tukasnya.
Adnan Noviansyah sebagai Ketua KPMI Bandung menjelaskan bahwa seminar yang diadakan sekarang sebagai step awal atau road to Muslim Life Style (MLF) yang akan diadakan bulan Oktober nanti.
“Dengan diawali seminar Konsultasi Muamalah ini sebagai sosialisasi kepada anggota KPMI Bandung ataupun non-anggota bahwa setelah kegiatan sekarang ini akan ada event besar yang berlokasi di Bandara Husein Sastranegara Bandung,” ungkap Adnan Noviansyah.
“Pameran MLF yang ke-3 ini membutuhkan space sebesar 6.000 m2 dan di Bandung mencari Lokasi sebesar tersebut tidak mudah karena keterbatasan area. Dengan diadakan di Husein, lokasinya menunjang dan cukup memadai sehingga memungkinkan diadakannya pameran MLF nanti,” kata Adnan menutup pembicaraan. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |