Ekonomi

Kolaborasi Ilmu dan Teknologi, Budidaya Ikan Nila Inovatif dari Gadis Banyuwangi

Kamis, 26 September 2024 - 18:35 | 61.46k
Fakhriyya saat menunjukkan ikan nila budidayanya (FOTO: Ikromil Aufa/ TIMES Indonesia)
Fakhriyya saat menunjukkan ikan nila budidayanya (FOTO: Ikromil Aufa/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Fakhriyyah (23), Seorang gadis muda asal Desa Lateng, Kecamatan Banyuwangi, Banyuwangi telah berhasil menggabungkan ilmu yang diperolehnya di bangku kuliah dengan teknologi modern untuk menciptakan inovasi dalam budidaya ikan nila.

Ria, sapaan akrabnya, memulai usahanya satu tahun lalu, terinspirasi dari dunia pendidikan yang telah ia tempuh di bidang perikanan dan melihat potensi besar dari budidaya ikan nila di daerahnya. 

Advertisement

Dengan modal awal yang terbatas, ia memberanikan diri untuk membeli benih ikan nila dan memanfaatkan lahan kosong di belakang rumahnya.

Frozen-food-nila-bumbu.jpgFrozen food nila bumbu dan original hasil olahan Ria (FOTO: Ikromil Aufa/ TIMES Indonesia)

"Saya melihat peluang besar di budidaya ikan nila. Selain permintaan pasar yang tinggi, ikan nila juga relatif mudah dibudidayakan dan memiliki siklus panen yang cepat," ujar Ria, Kamis (26/09/2024).

Awal mula terjun di budidaya ikan nila ini, ia mendapatkan pengalaman dan pembelajaran dimana ketika itu Ria beberapa kali menebar bibit hanya beberapa saja yang hidup.

“Istilahnya saya zonk itu justru tebar bibit yang kedua dan ketiga. Kurang lebih 2500 ekor bibit nila yang mati,” kenangnya.

Dari pengalaman tersebut, gadis delapan bersaudara ini tidak hanya fokus pada pembesaran ikan nila, tetapi juga pada kualitas air dan pakan yang diberikan. Ia menggunakan teknologi modern untuk memantau kondisi kolam dan menerapkan metode budidaya yang ramah lingkungan. 

Lebih lanjut, Ria menjelaskan, teknologi atau metode kolam yang digunakan adalah menggunakan sistem bioflok dan juga sistem recirculating aquaculture system (RAS). Sistem ini mempunyai banyak kelebihan misalnya memungkinkan pemanfaatan air secara terus-menerus dan air kolam tidak bau.

“Sehingga kolam hanya perlu satu kali pengisian air dan tidak perlu penggantian. Dari sistem ini kita dapat menghemat air,” jelas gadis alumni Universitas Airlangga Banyuwangi itu.

Dalam kolam, masih Ria, pembesaran kita memanfaatkan bakteri pengurai amonia sebagai pengubah feses ikan menjadi makanan ikan itu sendiri. Sehingga memerlukan oksigen yang terus berjalan untuk tumbuh kembang bakteri dan memerlukan pasokan listrik yang stabil.

“Kalau misalnya listrik padam saya yang bingung karena bisa berdampak pada kehidupan ikan dan kebetulan sekarang masih belum punya genset sehingga hanya pasrah semoga saja listriknya segera hidup,” cetusnya.

Menurut Ria, ikan hasil budidayanya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh pembudidaya lainnya sehingga dalam penjualan harganya sedikit lebih mahal dibanding harga pasaran. 

“Meskipun sedikit mahal tapi kita menjamin rasa dan kualitasnya. Dari segi rasa, ikan nila budidayanya tidak berbau dan tidak berasa tanah atau lumpur.” katanya.

Meskipun demikian, ia mendapatkan kendala dari segi penjualan disaat waktu panen telah tiba. Pengepul lokal menawar harga ikannya dengan menyamakan harga di pasar, yang mana harga yang ditawarkan menurut Ria tidak mencukupi dari segi HPPnya. 

“Selama ini kita hanya memanfaatkan media sosial sebagai wadah penjualan. Kita buat sistem pre order untuk pemesanan ikan segar,” terangnya.

“Sementara itu, ikan hasil panen yang tersisa ia buat menjadi ikan siap masak atau frozen food.  Seperti halnya nila bumbu, nugget ikan, baso ikan, dan nila fillet,” imbuhnya.

Ria berharap seiring berjalannya waktu, ia dapat bermanfaat dan memberdayakan masyarakat sekitar melalui usaha pengolahan ikan. Ia juga berencana untuk memperluas usahanya ke bisnis pembibitan ikan yang mana saat ini pembelian bibit ikan harus keluar kota di daerah pasuruan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES