BBRI: Apa yang Terjadi? Apa yang Harus Kita Lakukan?

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Sejak 25 September 2024, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) bergerak turun cukup drastis. Jika pada 24 September harga BBRI masih ditutup pada level 5.525, maka tanggal 26 September harga saham ini ditutup pada level 5.050.
Artinya, dalam dua hari terakhir, harga saham bank pelat merah ini sudah turun Rp 475 atau setara dengan 8,5 persen. Ada apa dengan saham BBRI ini? Berikut analisis dari Satrio Utomo, praktisi pasar modal dari Komunitas Trader Saham RencanaTrading yang disampaikan kepada TIMES Indonesia.
Advertisement
Mengapa BBRI Turun?
BBRI turun setelah mereka mempublikasikan laporan kinerja hingga bulan Agustus 2024 atau laporan kinerja 8 bulan. Dalam laporan kinerja Agustus ini, BBRI hanya mampu mencetak laba bersih sebesar Rp 36,2 triliun atau setara dengan earning per share (EPS) sebesar Rp 241.
Angka konsensus analis yang ada di Yahoo Finance menyebutkan, bahwa untuk tahun 2024 ini, para analis memperkirakan bahwa BBRI bisa mencetak EPS sebesar Rp 401 atau kira-kira sebesar Rp 267 hingga bulan Agustus ini.
Artinya, dengan EPS 8 bulan BBRI di Rp 241 atau 9,7 persen dari prakiraan awal Rp 267, jauh di bawah ekspektasi konsensus analis. Itu yang membuat harga saham BBRI bergerak turun.
Pengaruh Kinerja ‘di Bawah Ekspektasi’ pada Saham BBRI
Seorang analis dari perusahaan sekuritas biasanya memiliki rekomendasi terhadap suatu saham dari sebuah emiten. Rekomendasi yang dibuat berdasarkan kondisi fundamental terakhir dari emiten tersebut. Perubahan kondisi fundamental bisa membuat seorang analis mengubah rekomendasi untuk suatu saham.
EPS 8 Bulan BBRI yang hampir 10 persen di bawah ekspektasi analis ini, membuka peluang bagi analis fundamental mengubah valuasi atau setidaknya mengubah rekomendasi terhadap saham BBRI ini. Contohnya adalah yang dilakukan oleh salah satu perusahaan sekuritas asing yang juga merupakan ‘Power House Global’ melakukan coverage pada saham BBRI ini.
Dari informasi yang diperoleh dari salah satu website berita asing menyebutkan bahwa analis dari perusahaan sekuritas asing ini, pada tanggal 24 September 2024 atau bersamaan dengan publikasi laporan keuangan 8 bulan BBRI, menurunkan rekomendasi atas saham BBRI dari overweight menjadi neutral dengan target price yang tetap di harga Rp 5.50.
Jika melihat target price yang tetap, valuasi dari analis sekuritas asing terhadap BBRI sebenarnya tidak lah berubah. Analis sekuritas asing ini hanya melihat bahwa outlook ke depan dari BBRI bisa saja memburuk, sehingga mereka menurunkan rekomendasi yang tadinya overweight.
Overweight ini sebenarnya setara dengan beli, menjadi netral yang kurang lebih sama dengan rekomendasi hold. Dan harga saham BBRI bergerak turun.
Apa yang Harus Kita Lakukan?
Pertama-tama kita harus memahami arti dari sebuah rekomendasi fundamental. Seorang analis fundamental biasanya memberikan rekomendasi buy atau overweight apabila dia melihat bahwa ke depan, harga saham memiliki potensi kenaikan setidaknya atau minimal sebesar 10 persen.
Ketika analis dari Power House Asing ini mengeluarkan rekomendasi netral dengan target price di 5.500, harga saham BBRI untuk penutupan di hari sebelumnya masih berada pada level 5.525.
Artinya: karena selisih harga antara harga terakhir BBRI di 5.525 dan harga valuasi dari BBCA di 5.500, maka analis sekuritas asing ini memang sulit untuk mempertahankan rekomendasi overweight yang dilakukan sebelumnya.
Bagaimana mau memberikan rekomendasi buy kalau potensi kenaikannya hanya Rp25. Maka, rekomendasi netral adalah paling masuk akal, karena rekomendasi sell, jelas semakin tidak masuk akal.
Rekomendasi netral dengan target price pada harga 5.500 ini sebenarnya memiliki dua sisi: pertama, potensi kenaikan jangka pendek memang hampir tidak ada.
Akan tetapi, di sisi lain, rekomendasi netral dengan target price 5.500 ini juga berarti bahwa Jika harga sudah turun sekitar 10 persen dari harga tersebut, maka rekomendasi ini secara otomatis bisa diartikan sebagai rekomendasi buy.
Ingat: dengan valuasi atau target price dari suatu saham ada pada level harga Rp5.500, ketika harga sudah berada pada level 5.000, maka potensi kenaikan dari saham itu sudah sebesar 10 persen, cukup untuk bisa diberikan rekomendasi beli atau overweight.
Artinya: meski saat ini rekomendasi dari sekuritas itu adalah netral dengan target price di harga 5.500, tapi, ketika harga saham sudah di bawah 5.000, maka sales dari perusahaan sekuritas tersebut sepertinya bakal meminta klien-klien mereka untuk melakukan POSISI BELI! Bisa anda pahami?
Saham BBRI pada perdagangan kemarin (26/9/2024) ditutup pada level harga Rp5.050. Level harga 5.000, sudah tinggal sebentar lagi. Dimana bottom atau harga terendah dari penurunan BBRI kali ini? Satrio mengaku juga tidak tahu.
Hitungan analisis teknikal yang dilakukannya adalah dengan analisis teknikal klasik, menunjukkan bahwa potensi koreksi BBRI bisa mencapai Rp5.050 untuk kondisi terbaik, hingga level harga Rp4.300 dalam kondisi terburuk. Suport yang ‘paling disukai Satrio’ ada di kisaran harga Rp4.750 hingga Rp4.900.
Dengan kata lain: kalau harga penutupan kemarin di 5.050 itu adalah bottom dari saham BBRI, Satrio menyatakan tidak heran. Toh, target harga tertingginya ada di level 5.100.
Akan tetapi, kalau harga masih turun, ia akan mulai tertarik untuk beli ketika harga sudah berada di kisaran Rp4.750 hingga Rp4.900. Akan tetapi, kalau harga terus melucur turun hingga di bawah Rp4.500, ia tidak heran juga. Toh, target harga teknikal terendahnya ada pada level Rp4.300.
Jadi, level harga mana yang menurut anda bakal menjadi bottom? Pada level harga berapa Anda akan melakukan posisi beli? Saya serahkan pada diri anda masing-masing. Selalu ingat: orang yang mengaku dirinya selalu bisa beli di harga terendah dan jual di harga tertinggi adalah TUKANG TIPU! Happy Trading… Semoga Barokah! (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |