Ekonomi

Produksi Cengkeh di Pacitan Masih Terbatas, Ini Faktor Penyebabnya

Rabu, 02 Oktober 2024 - 12:40 | 44.24k
Cengkeh usai dipetik dari dahannya di Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Cengkeh usai dipetik dari dahannya di Pacitan. (FOTO: Yusuf Arifai/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PACITAN – Produksi cengkeh di Kabupaten Pacitan saat ini masih sangat terbatas. 

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Pacitan, Sugeng Santoso, mengungkapkan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Advertisement

Salah satunya serangan virus yang pernah melanda perkebunan cengkeh di beberapa wilayah selama dua tahun terakhir.  Menurut Sugeng, meskipun beberapa waktu lalu tanaman cengkeh terserang virus, peluang untuk meningkatkan produksi cengkeh tetap terbuka. 

Hal ini seiring dengan meningkatnya permintaan tembakau untuk kebutuhan industri rokok, yang memiliki kaitan erat dengan cengkeh sebagai bahan baku utama rokok kretek.

"Sebenarnya, secara teknis, setelah terserang virus, tanaman cengkeh idealnya dihilangkan terlebih dahulu sebelum dilakukan peremajaan beberapa tahun kemudian. Namun, saya melihat ada peluang besar ketika tren permintaan tembakau meningkat. Seharusnya, ini bisa beriringan dengan peningkatan produksi cengkeh," jelas Sugeng, Rabu (2/10/2024).

Sugeng juga menambahkan bahwa saat ini produksi cengkeh di Pacitan memang masih sangat minim dan hanya terdapat di dua kecamatan, yakni Nawangan dan Arjosari. 

Ke depan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pacitan berencana untuk memperluas dan mengembangkan perkebunan cengkeh, dengan menjalin komunikasi dengan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur untuk program peremajaan.

Salah satu penyebab utama rendahnya produksi cengkeh di Pacitan adalah serangan penyakit yang menyerang jaringan batang tanaman, sehingga membuatnya kering dan tidak lagi produktif.

Sugeng menjelaskan bahwa kebiasaan membersihkan daun cengkeh yang jatuh di bawah pohon sebenarnya menjadi salah satu faktor penyebab rentannya tanaman terhadap penyakit.

"Daun yang jatuh di bawah pohon sebenarnya memiliki peran sebagai penangkal penyakit. Ketika daun tersebut dibersihkan, tanaman menjadi lebih rentan terserang penyakit," ujarnya.

Selain tantangan dari sisi produksi, harga cengkeh di pasaran saat ini juga mengalami fluktuasi. Harga cengkeh per kilogram sempat mencapai Rp100 ribu, namun turun menjadi Rp85 ribu, dan kini kembali naik menjadi sekitar Rp90-91 ribu per kilogram.

Fluktuasi harga ini menjadi tantangan tambahan bagi para petani cengkeh di Pacitan, yang berharap agar dengan adanya program peremajaan dan peningkatan produksi, mereka bisa meraih keuntungan yang lebih stabil seiring dengan tingginya permintaan cengkeh di pasar.

Ke depan, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pacitan optimistis bahwa dengan peremajaan yang terencana dan manajemen yang lebih baik, produksi cengkeh di Kabupaten Pacitan bisa kembali meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES