Terdampak Efisiensi Anggaran, Sektor Perhotelan Sebut Ekstrem namun Tetap Optimistis

TIMESINDONESIA, MALANG – Efisiensi anggaran pemerintah menyusul Inpres Nomor 1/2025 juga membuat ketar ketir pelaku usaha. Terlebih, di sektor perhotelan dan pariwisata, juga terhadap pengusaha katering.
General Manager Grand Miami Hotel Kepanjen, Leo Patrio mengakui, sebulan terakhir reservasi maupun okupansi pengunjung dari kalangan pemerintah sedang sepi.
Advertisement
Belum lama ini, ia mengaku sempat mendapatkan reservasi untuk acara kedinasan dari salah satu OPD Pemkab Malang, namun akhirnya diurungkan.
"Awalnya memesan untuk peserta sangat banyak, sekitar 450-an, lalu sempat dikurangi tinggal 160 orang. Terakhir, di-cancel (dibatalkan), karena ada aturan efisiensi," terang Leo, saat disambangi TIMES Indonesia, kemarin.
Namun demikian, menurutnya, permintaan di Hotel Grand Miami rata-rata masih rendah pada awal tahun bahkan selama kuartal I-2025
"Ya dikatakan berdampak, pasti akan terimbas. Tetapi, untuk order dari goverment (pemerintahan) biasanya memang masih sepi di kuartal I begini," terangnya.
General Manager Grand Miami Hotel Kepanjen, Leo Patrio.
Leo menyebut, selama ini omzet okupansi Hotel Grand Miami cukup bagus dari kalangan pemerintah. Karena, biasanya banyak paket reservasi dari food and beverage (restoran).
Ia mengungkapkan, dari reservasi untuk meeting dan pelayanan restoran saja, bisa mendapatkan setidaknya Rp 400 juta saat banyak permintaan.
"Kondisi pasang surut okupansi hotel itu sudah biasa, sih. Tetapi, mungkin kebijakan efisiensi anggaran (50 persen) dari pemerintah, terlihat sangat ekstrem. Ya, harapan kami semestinya bertahap, atau ada ketentuan khusus dan batasan, tidak seterusnya," tandas Leo.
Bahkan, lanjut dia, ketika efisiensi yang membatasi biaya perjalanan dinas, acara pertemuan, dan paket makanannya terus diberlakukan akan berdampak pada pertumbuhan investasi, khususnya di sektor pariwisata dan perhotelan.
Selain sudah pernah alami pembatalan reservasi, yang terdampak dari kebijakan efisiensi anggaran oleh pemerintah nantinya bisa memunculkan rasionalisasi pekerja.
Terutama karyawan honorer harian, kata Leo, tentu akan langsung merasakan dampak ketika reservasi meeting atau restoran hotel sepi.
"Karena sepi, nanti karyawan bisa saja yang biasanya bisa bekerja lima hari, hanya 2-3 hari saja. Sementara, mereka juga sangat mengandalkan penghasilan dari service charge yang diberikan kepada tamu," ungkapnya.
Meski demikian, Leo mengatakan, dari beberapa kali mengalami kondisi serupa, bukan berarti industri perhotelan saat ini sedang kiamat.
Sebaliknya, ia mengaku masih optimistis mendapatkan permintaan dengan strategi ekspansi pasar yang baru.
Terlebih, industri perhotelan tetap bisa mengandalkan pasar konsumen lain yang juga punya potensi mendatangkan omzet. Termasuk, dari paket pelayanan yang disesuaikan dengan momen-momen tertentu.
Korporasi swasta atau lainnya, tetap bisa menjadi konsumen bidikan pengusaha hotel. Seperti juga kalangan perbankan, industri atau pabrik, kampus, juga individu yang memang tidak sepenuhnya bergantung anggaran negara.
Leo memprediksi, selama momen puasa Ramadan nanti, permintaan reservasi khususnya restoran di Grand Miami tetap bisa diandalkan.
Terkait omzet, Le mengatakan, pihaknya mampu membukukan sampai Rp2,1 miliar pada akhir 2024 lalu.
Ia pun optimistis, nantinya akan bisa menyentuh sampai Rp2,7 miliar sampai awal atau akhir April 2025.
"Pengalaman yang lalu, tetap ramai jadi tempat acara dari korporasi (non-pemerintah). Ditambah, long weekend. Bahkan, liburan Isra Mikraj kemarin melampau pendapatan libur Nataru 2024," terangnya.
Karena itu pula, permintaan pelayanan untuk konsumen non pemerintah ini akan dimaksimalkan, seperti melayani acara sekaligus buka puasa bersama selama Maret mendatang dan sesudahnya.
"Recovery nanti bisa memaksimalkan saat Maret 2025, terlebih selama 12 hari menjelang dan sesudah Lebaran. Kami prediksi bisa masuk omzetnya 20 sampai 30 persen, dari reservasi korporasi non pemerintah," kata Leo optimistis. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Rizal Dani |