Ekonomi

Dorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen, Kemenperin Genjot Hilirisasi Petrokimia dan Gas

Sabtu, 22 Februari 2025 - 14:15 | 37.91k
Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2019). (Foto: Antara)
Pekerja beraktivitas di kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (21/12/2019). (Foto: Antara)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pemerintah semakin serius menggarap sektor petrokimia dan gas sebagai pilar utama pertumbuhan ekonomi. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan industri ini mampu memberikan dorongan signifikan guna mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, Taufiek Bawzier, menegaskan bahwa sektor ini memiliki efek domino besar terhadap industri lainnya. Dengan strategi hilirisasi yang tepat, industri petrokimia dan gas bisa menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

Advertisement

Sektor Petrokimia dan Gas, Kunci Tambahan PDB Ratusan Triliun

Kemenperin telah menghitung bahwa untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, Indonesia membutuhkan tambahan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp1.033 triliun. Dari jumlah tersebut, sektor industri harus berkontribusi antara Rp195 triliun hingga Rp226 triliun, tergantung pada porsi industri dalam PDB nasional.

"Khusus dari sektor IKFT, terutama petrokimia dan gas, kita harus menambah kontribusi minimal Rp18,37 triliun hingga Rp21,28 triliun," ujar Taufiek di Jakarta, Sabtu (22/2). Saat ini, subsektor tersebut sudah berkontribusi Rp555,40 triliun terhadap perekonomian nasional.

Ironi: Produksi Besar, Impor Masih Tinggi

Meski memiliki kapasitas produksi yang besar—9,7 juta ton olefin, 4,6 juta ton produk aromatik, dan 980.000 ton metanol—industri petrokimia dalam negeri masih belum optimal. Faktanya, impor produk petrokimia Indonesia pada 2023 masih mencapai 9,5 miliar dolar AS.

"Seharusnya dengan kapasitas yang ada, kita bisa memenuhi kebutuhan nasional. Tapi rendahnya utilisasi membuat kita masih bergantung pada impor," ujar Taufiek.

Untuk itu, Kemenperin akan menggenjot produksi melalui berbagai kebijakan, seperti pengendalian impor, kemudahan investasi di sektor hulu dan hilir, serta subsidi harga gas bumi tertentu (HGBT) untuk meningkatkan daya saing industri dalam negeri.

Peluang Investasi Menggiurkan

Salah satu peluang besar dalam sektor ini adalah produksi metanol. Saat ini, kebutuhan nasional mencapai 1,6 juta ton, tetapi produksi dalam negeri baru 721.424 ton. Ini menjadi celah investasi yang potensial bagi pelaku industri yang ingin masuk ke sektor petrokimia.

Kemenperin sendiri telah menyusun roadmap industri berbasis minyak bumi, gas, dan batu bara, termasuk rantai nilai tambahnya. "Kami sudah membuat peta industri lengkap dengan suplai dan demand dalam negeri, agar investor bisa melihat peluang pengembangan dengan jelas," kata Taufiek.

Dengan strategi hilirisasi yang lebih kuat dan kebijakan yang mendukung industri dalam negeri, Kemenperin optimistis sektor petrokimia dan gas bisa menjadi game changer bagi perekonomian Indonesia.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES