Ekonomi

Kolaborasi Pertanian dan Pariwisata, Peluang Sumbang PAD Kabupaten Malang

Selasa, 22 April 2025 - 20:50 | 18.22k
Tampak omah limasan tempat wisata edukatif di tengah kebun kopi di Desa Jambuwer, Kromengan, Kabupaten Malang. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
Tampak omah limasan tempat wisata edukatif di tengah kebun kopi di Desa Jambuwer, Kromengan, Kabupaten Malang. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Gagasan kolaborasi pertanian yang menunjang pariwisata muncul dari kunjungan Bupati Aceh di Kabupaten Malang, Selasa (22/4/2025). Dari kolaborasi tersebut diharapkan bisa memberi sumbangsih bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesejahteraan masyarakat. 

Kunjungan kerja Bupati Aceh bersama jajaran ini menjadi pembahasan awal terkait penjajakan kerjasama kedua daerah. Di antaranya, terkait pengelolaan Produk Unggulan Kopi Arabika Gayo dan Hortikultura, serta mensinergikan sektor pariwisata berbasis pertanian. 

Advertisement

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kabupaten Malang, Avicienna M. Sani Putera mengungkapkan, ke depan ada potensi peluang dengan menggabungkan potensi perkebunan dengan pariwisata. Khususnya, untuk komoditas kopi. 

"Salah satu pembahasannya, ada potensi peningkatan PAD dari kolaborasi pertanian dan pariwisata. Seperti di Aceh, salah satu unggulannya, ada ngopi bareng di kebun-kebun kopi," terang Avicienna, Selasa (22/4/2025). 

Jika ini bisa diterapkan di Kabupaten Malang, lanjutnya, banyak potensi pariwisata baru yang dapat ditawarkan di lokasi perkebunan milik petani. 

Dengan konsep menjadikan kebun menjadi tempat acara, maka menurutnya bisa dipikirkan apa yang khas dan menarik daya tarik pengunjung. 

"Selain bisa menjadi pilihan wisata baru pertanian, dengan sendirinya produk kopi unggulan khas Kabupaten Malang bisa terangkat. Ini juga bisa diterapkan untuk komoditi perkebunan lain," jelasnya. 

Wisata tematik kebun kopi dan komoditi lainnya, kata Avicienna, selama ini sudah ada di beberapa titik wilayah di Kabupaten Malang. 

Namun, menurutnya, pengembangannya masih perlu ditingkatkan untuk menjadi sektor yang bisa menyumbang PAD Kabupaten Malang. 

Sementara, hasil produksi kopi sendiri, menurutnya juga masih perlu mendapatkan perhatian lebih. 

Ia mencontohkan, salah satu wilayah penghasil kopi di Kabupaten Malang ada di Kecamatan Dampit. Dimana, ada produsen pengolahan hasil kopi mampu menyerap hingga 45 ribu ton. Akan tetapi, hanya bisa dipenuhi dari hasil kebun kopi lokal masih 15 ribu ton sekali masa panen. 

"Kalau menurut Saya, komoditi kopi masih pelu diintensifkan produksinya, masih perlu perluasan lahan tanam dan revitalisasi pengembangan lainnya," terang Avicienna. 

Terlebih, jika kopi atau komoditi lain bisa dikembangkan sebagai wisata tematik, menurutnya sektor wisata pertanian ini bisa lebih berkembang. 

Ide mengenalkan kopi lokal Kabupaten Malang pernah diwujudkan dalam pesta kopi melalui Festival Kopi Nusantara II Lereng Gunung Kawi di Desa Jambuwer, Kromengan, Kabupaten Malang akhir 2024 lalu. 

Muhammad Imron, selaku penyelenggara festival itu mengungkapkan, bahwa festival ini bukan sekadar promosi produk kopi, melainkan juga sebagai bentuk penghormatan terhadap budaya kopi lokal.

Melalui Festival Kopi tersebut, pihaknya  ingin membawa kopi Malang diakui lebih luas, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. (*) 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES