Ekonomi

Dari Hobi Jadi Komoditas, Potret Agave Utara yang Tembus Hingga ke Negeri Sakura

Sabtu, 17 Mei 2025 - 10:17 | 4.63k
Adhitya Amansya, pemilik Agave Utara, menunjukkan salah satu koleksi agave titanota andalannya. Berawal dari kunjungan ke rumah saudara, kini ia sukses menembus pasar ekspor Jepang. (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda)
Adhitya Amansya, pemilik Agave Utara, menunjukkan salah satu koleksi agave titanota andalannya. Berawal dari kunjungan ke rumah saudara, kini ia sukses menembus pasar ekspor Jepang. (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di tengah kekacauan pandemi akhir 2021, ketika banyak orang bertahan hidup dengan cara yang tak biasa, Adhitya Amansya justru menemukan jalannya melalui daun berduri yang eksotik Agave Titanota.

Lahir di Bandung, Adhitya tak punya latar belakang pertanian. Tapi saat berkunjung ke rumah kerabat yang gemar merawat tanaman, hidupnya berubah. “Awalnya cuma main ke saudara. Dia udah main Agave duluan, saya ikut belajar,” kenangnya sambil membelai salah satu tanaman Agave berukuran mungil. Dulu, semua jenis agave terlihat sama di matanya. Kini, ia mampu membedakan jenis hingga tingkat kerumitan perawatannya.

Advertisement

Berbekal semangat dan ketertarikan, Adhitya mulai membeli satu-dua tanaman. Ia mengunjungi petani-petani lokal di Batu, Jawa Timur, memotret koleksi mereka, dan mulai memasarkan lewat akun Instagram-nya, @agave.utara. Tak disangka, tiga bulan setelah pertama kali unggah, datanglah pesan dari Hongkong yang merupakan pembeli luar negeri pertamanya.

Agave-Utara-b.jpgRatusan tanaman agave titanota terawat rapi di rooftop rumah Adhitya. Dengan bentuk daun yang bulat dan duri rapi, tanaman ini jadi primadona ekspor karena memenuhi selera estetika pasar Jepang. (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)

Sejak itulah, Adhitya masuk ke dunia ekspor tanaman. Ia menggandeng CV Botani Flora, jasa ekspor tanaman yang membantu pengurusan surat karantina, packing, hingga pengiriman ke luar negeri.

“Kalau pengiriman keluar negeri, harus ada surat karantina tanaman. Jadi saya kumpulkan dulu data pembeli, lalu barangnya dikirim lewat CV Botani. Mereka yang bantu steril, rendam anti hama, dan urus surat-suratnya,” jelasnya.

Pasar terbesar Agave Utara kini adalah Jepang. Negara Matahari Terbit itu punya komunitas penggemar tanaman yang luar biasa aktif.

“Di sana sekarang kayak jadi lifestyle. Bahkan sudah ada kontesnya,” katanya.

Tak hanya sebagai koleksi, banyak juga pembeli Jepang yang menjual kembali tanaman agave dari Indonesia. Rata-rata mereka mengambil 30–50 tanaman dalam sekali pengiriman.

Adhitya memegang prinsip penting: semua transaksi harus dibayar di muka. “Kepercayaan itu mahal. Saya nggak pernah kirim sebelum dibayar. Bukan karena takut, tapi lebih ke menjaga keprofesionalan,” ungkapnya.

Agave titanota, yang menjadi primadona ekspornya, dikenal bukan hanya karena bentuknya yang estetik, tapi juga karena karakteristiknya yang unik. Ia menjelaskan bahwa pasar Jepang sangat peduli dengan bentuk tanaman.

“Jenis itu penting, tapi nomor satu tetap bentuk. Bentuknya yang bulat, penuh, durinya rapi itu yang bernilai jual tinggi,” ujarnya sambil menunjukkan dua tanaman serupa namun dengan performa visual berbeda.

Agave-Utara-c.jpgDetail agave titanota yang menjadi andalan Adhitya dalam ekspor. Bentuk simetris, duri putih mencolok, dan daun yang padat menjadi kunci nilai jual tinggi di pasar luar negeri. (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)

Merawat agave pun bukan perkara mudah. Dari pemisahan anakan, pemilihan media tanam seperti pasir Malang, sekam, dan perlit, hingga proses karantina cahaya dan pengairan semuanya butuh perhatian khusus.

“Kalau musim hujan nggak disiram, cuma dikompres pakai fungisida dan insektisida. Tapi pas musim panas, bisa disiram tiap hari,” katanya.

Bahkan, mengenali tanaman yang sedang haus pun butuh kejelian: “Kalau daunnya mulai merah dan kisut, berarti dia butuh air.”

Namun tak hanya soal air dan cahaya, tantangan terbesar menurut Adhitya adalah menjaga perform. Bentuk tanaman harus konsisten indah, tidak hanya sehat tapi juga simetris, rapi, dan kuat. “Semakin bulat, semakin mahal,” tuturnya antusias.

Kini, dengan lebih dari 50 varietas agave yang pernah ia jual, dan pembeli dari berbagai belahan dunia, Adhitya membuktikan bahwa krisis bisa menjadi peluang. Dari halaman rumah dan koneksi media sosial, ia menumbuhkan bisnis yang menembus pasar internasional satu daun duri, satu mimpi yang disiram konsistensi dan semangat. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES