Tahu Brontak, Asyiknya Gaya Bermusik Rock Campur Dangdut

TIMESINDONESIA, MALANG – Musik adalah salah satu wadah untuk menunjukkan kreativitas dan ekspresi positif personelnya. Sehingga, penyanyi atau band berupaya punya karakter tertentu agar selalu melekat di hati pendengarnya.
Band Tahu Brontak dari Kota Batu salah satu yang punya pemikiran seperti itu. Grup band yang berdiri 2006 ini menggandeng delapan personil. Mereka memiliki warna tersendiri dalam aliran musiknya.
Advertisement
Mau tahu aliran musiknya? yaitu drunkdut melodic. Yakni perpaduan antara gaya orkes dangdut dengan musik rock.
Aliran musik yang apa adanya itu digawangi oleh Adam (vocal), Arik (backing vocal), Abid (lead guitar), Alfi (bass), Dimas (drum), Hagi (perkusi), Wahyu (kendang), dan Chandra (mandolin).
Dengan campuran beragam gaya bermusik itu, maka nama Tahu Brontak dipilih.
Perjalanan sebagai band indie telah dilakoni mereka selama sepuluh tahun. Hingga pada akhir Januari 2016 lalu, Tahu Brontak berhasil melaunching album perdananya bertajuk Merendah untuk Merocket.
Album ini telah diperanyak dalam 500 keping CD. Pada launching album di Gedung Kesenian Kota Batu tersebut, Tahu Brontak mendapat apresiasi dari Wali Kota Batu Eddy Rumpoko.
Sebagai sebuah penghargaan, lagu-lagu Tahu Brontak menjadi lagu yang selalu diputar di Balai Kota Wong Tani (Block Office) Kota Batu pada saat jam istirahat.
Lagu-lagu dari sepuluh album tersebut sebagian besar terinspirasi dari pengalaman pribadi para personil band ini. Tengok saja lagu berjudul Cinta KW yang intinya adalah patah hati ditinggal kekasih.
Selain tema cinta, Tahu Brontak juga mengangkat tema sosial ke dalam salah satu lagunya yang berjudul UKS (Umbul Kita Semua). Lagu tersebut mengangkat realita fenomena sosial mata air Umbul Gemulo yang terjadi di Kota Batu.
Lagu ini yang mengantarkan Tahu Brontak menempati posisi 10 besar dalam festival band Kayu Tangan Galeri Malang Bernyanyi tahun 2014.
Tahu Brontak juga pernah menjajal kemampuannya untuk tampil di salah satu acara musik di stasiun televisi swasta nasional (Inbox) pada tahun 2014.
Untuk mencapai prestasi tersebut tidak mudah bagi Tahu Brontak. Tetapi mereka pantang menyerah meniti karir dari bawah.
Beragam dinamika mereka alami. Mulai dari pergantian personil, vakum selama satu tahun, hingga para personil yang harus puasa untuk bisa rekaman dan mencetak album.
Hagi Grandito, salah seorang personel Tahu Brontak mengatakan, tantangan dan kerja keras tersebut harus tetap dijalani karena mereka memiliki sesuatu yang ingin diperjuangkan. ”Semoga bisa go nasional agar Kota Batu semakin dikenal di kota lain,” ungkap Hagi.
Untuk cita-citanya itu, sembari mengadakan konser di luar kota, personil Tahu Brontak juga memperkenalkan Kota Batu.
Bahwa selain memiliki banyak destinasi wisata, Kota Batu juga memiliki seniman-seniman berkualitas, salah satunya di bidang musik.
“Semoga rekan-rekan band indie lainnya dari Kota Batu juga tetap bersemangat dalam berkarya,” tambah pria berusia 22 tahun ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Publisher | : Ahmad Sukmana |
Sumber | : = |