Entertainment

Teater Institut Bocorkan Proses Kreatif Jelang Pertunjukan Ladang Binatang

Selasa, 07 Maret 2023 - 11:58 | 74.93k
Tim Teater Institut menceritakan persiapan pertunjukan Ladang Binatang saat acara Artist Talk di di Unicorn Creative Space HQ Surabaya, Selasa (7/3/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Tim Teater Institut menceritakan persiapan pertunjukan Ladang Binatang saat acara Artist Talk di di Unicorn Creative Space HQ Surabaya, Selasa (7/3/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SURABAYATeater Institut akan menggelar sebuah pertunjukan spektakuler Gelar Karya 3 dengan menyadur novel fenomenal Animal Farm karya George Orwell pada 11 Maret 2023 mendatang. 

Novel Animal Farm ditulis pada masa Perang Dunia ll dan mulai digandrungi sejak tahun 1950 sampai sekarang. 

Advertisement

Novel tersebut dikemas cukup satire. Mengisahkan tentang penggulingan kekuasaan serta pola penindasan melalui tokoh-tokoh binatang di sebuah lahan peternakan. Novel ini dicetak beberapa kali dan pernah dialih wahanakan menjadi sebuah animasi.

Banyak orang merasakan visual panggung pertunjukan dalam pikiran ketika membacanya. Menghanyutkan lewat alur cerita dalam kisah kompleks dan penuh gejolak. 

"Novel ini sangat teater," ungkap anggota Teater Institut Dwi Endah Lestari, penulis naskah pertunjukan Ladang Binatang dalam acara Artist Talk di di Unicorn Creative Space HQ Surabaya, Selasa (7/3/2023). 

Institut-Bocorkan-Proses-Kreatif-b.jpgPara pemain dan tim kreatif Teater Institut foto bersama saat acara Artist TalkTalk di di Unicorn Creative Space HQ Surabaya, Selasa (7/3/2023). (Foto: Lely Yuana/TIMES Indonesia) 

Tari mengaku mempersiapkan naskah pementasan sejak akhir tahun 2022. Bahkan ia sempat menyesal karena baru membaca novel Animal Farm karya George Orwell ketika akan menyadurnya menjadi lembaran naskah pertunjukan.

"Saya sangat terlambat mengetahui novel sekeren Animal Farm ini," ungkapnya. 

Selain novel sebagai acuan dalam menulis naskah Ladang Binatang, Tari juga menyelipkan pengalaman hidup yang ia alami di masa kecil ketika masih banyak tetangganya menjadi peternak dan petani sebagai referensi, agar naskah yang ditulis sangat nyata serta mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Sementara itu, sang sutradara, Fahrudin Imam Nurkholis atau akrab disapa Ois menjelaskan tentang proses para aktor menyiapkan diri untuk berperan menjadi binatang di naskah pertunjukan Ladang Binatang. 

Ois memiliki metode sendiri dalam berproses bersama para aktor. Yaitu melalui model keaktoran secara humanoid, memahami tubuh hewani lalu dikombinasikan dengan gerak manusia secara umum atau sederhananya memiliki karakter serta pembawaan setengah manusia dan setengah binatang. 

Melalui berbagai macam eksplorasi tubuh dan diskusi, Ois mengutamakan konsistensi tubuh aktor dengan latihan fisik secara ketat agar fisik para aktor terbentuk jauh lebih kuat dari sebelumnya.

Kemudian Aan sebagai koordinator tim panggung bersama Anugrah Firmansyah selaku art director menjelaskan bahwa dekorasi dan artistik di pertunjukan Ladang Binatang menggunakan konsep peternakan yang secara umum ada di Indonesia, bukan seperti yang ada di dalam novel yang berlatar di Eropa. 

"Hal tersebut kami lakukan agar lebih dekat dengan masyarakat Indonesia sendiri," kata Aan. 

Musik-musik perjuangan dan bernuansa komedi di bawah koordinator Andika Beta Permana juga bakal mewarnai Ladang Binatang. Penuh semangat agar penonton terhibur saat menyaksikan pertunjukan ini. 

Sedangkan Kadek Diah Wijayanti total fokus pada riasan dan kostum pertunjukan. Kadek mengaku pertunjukan ini terasa sangat berbeda teater realis secara umum. 

Kostum dan rias para aktor nantinya lebih artsy dengan sentuhan tiga dimensi serta body painting. Setiap tokoh memiliki karakternya masing-masing dan sangat ditonjolkan, salah satunya melalui rias dan kostum mereka.   

Pertunjukan Ladang Binatang oleh Teater Institut sebagai salah satu Unit kegiatan mahasiswa (UKM) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut bakal menarik dan jauh dari monoton. 

Karena Teater Institut digawangi oleh sosok-sosok muda kreatif dan memiliki dedikasi dalam berkesenian. Sebut saja nama Anugrah Firmansyah. Ia getol menghidupkan Teater Institut bahkan menggandeng para alumnus. Karena sistem di dalam sebuah komunitas teater menganut sistem kekeluargaan.

"Para alumnus ini memiliki kedudukan sebagai anggota istimewa di dalam Teater Institut," ungkap Firman yang juga merupakan salah satu anggota istimewa di Teater Institut.

Hingga tiba pada Gelar Karya 3 melanjutkan kesuksesan Gelar Karya 1 dan Gelar Karya 2 beberapa tahun silam. 

Gelar Karya 3 tersebut mengusung novel Animal Farm. Dan sebelum pertunjukan, Teater Institut melakukan pemanasan lewat sebuah acara Artist Talk.

Undangan Artist Talk Teater Institut tidak hanya dari komunitas teater saja. Namun juga kolektif seni rupa seperti Kecoak Timur, pegiat film indie, musisi serta media berita mainstream dipandu oleh Habib dan Ateng. Habib juga menyampaikan bahwa sudah saatnya teater dapat disaksikan oleh semua kalangan. Bukan hanya pelaku teater. Karena kesenian teater selama ini kurang digandrungi masyarakat umum, terlebih di Surabaya.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES