Entertainment

Ali Gardy Rukmana, Komposer Penjaga Kearifan Lokal Musik Indonesia

Rabu, 05 April 2023 - 13:47 | 64.35k
Ali Gardy Rukmana, memainkan Suling Jawa dan Dawai Sape' dalam penampilan di FKIP Universitas Jember.(Foto: Nafisah for TIMES Indonesia)
Ali Gardy Rukmana, memainkan Suling Jawa dan Dawai Sape' dalam penampilan di FKIP Universitas Jember.(Foto: Nafisah for TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, SITUBONDO – Suasana aula FKIP IKIP Situbondo, Jawa Timu, seketika menjadi tenang dengan mulai dimainkannya instrumen alat musik tradisional di atas panggung. Seluruh penonton sontak terkejut, selawat nariyah yang biasanya dibaca dengan nada, dibawakan dengan lantunan suara alat musik tradisional. Menghasilkan suasana khusyuk dan sakral.

Ali Gardy Rukmana namanya, pria kelahiran Jangkar, Situbondo 22 Juli 1991. Kini aktif sebagai musisi dan komposer musik etnik tradisional Nusantara melalui sanggar Nusantara Rythem Situbondo. Pria yang kerap disapa Ali tersebut adalah otak dari sekian banyak komposisi gila dan eksperimental Nusantara Rythem dengan alat musik tradisionalnya.

Advertisement

Mulai bermusik profesional sejak tahun 2014, siapa sangka, kecintaan terhadap musik dan instrumen tradisional mengantarkan Ali menjadi salah satu dari 15 nominator komposer muda terbaik Indonesia dalam gelaran Katabunyi Forum 2022. 

Lahir di kota kecil Situbondo tidak menjadi alasan bagi Ali untuk tidak mencintai musik, hal tersebut malah menjadi pendorong semangatnya mencintai musik sembari mencari identitas bagi kota kecil kelahirannya.

Mencintai Alat Musik Tradisional karena Cemburu

Kecintaan Ali terhadap alat musik tradisional muncul di tahun 2010. Ketika masih berkuliah di Universitas Abdurrahman Saleh (UNARS) Situbondo, Ali dan teman komunitas musiknya bertemu dengan bule asal Australia.

Tak disangka, bule tersebut lebih jago memainkan alat musik tradisional seperti Rebab Jawa dan Gamelan dibandingkan dengan Ali bersama teman-temannya yang merupakan warga asli.

“Malu, iri, cemburu semuanya kumpul waktu itu. Momen itu juga yang menjadi awal mula kecintaan terhadap alat musik tradisional,” cerita Ali kepada TIMES Indonesia.

Bermusik dengan Idealisme

Konser.jpg

Masa awal karier bermusik Ali di tahun 2013 tidak berbeda jauh dengan musisi indie lokal lainnya. Manggung dari satu panggung ke panggung lain adalah rutinitas keseharian. 

Melalui idealisme dan gaya musik eksperimentalnya yang khas, musik Ali gardy dengan cepat diterima penonton setiap penampilannya. Didukung dengan kemampuan public speaking yang baik, Ali berhasil membuat setiap penampilannya bermakna.

Tahun 2013, Ali memulai karir dengan jalan idealisme yang kental. Kala tersebut, Ali tidak mau merekam karya dan permainan musiknya. Hal tersebut membuat musiknya menjadi eksklusif dan istimewa. “Jika ingin mendengarkan ya datang langsung,” kenangnya.

Secara konsisten bermusik di atas panggung sejak 2013, Ali lantas memberanikan menggelar tour keliling pulau Jawa selama kurang lebih 1,5 bulan tanpa ada sponsor dan bekal. "Modalnya nekat saja kala itu," kenangnya. 

Melalui tour tersebut, Dia berhasil menjual 550 buah kaos merchandise yang kemudian menjadi penyokong keuangan tour tersebut serta peroleh banyak kenalan dan jaringan baru dalam dunia bermusik.

Dirikan Nusantara Rythem dan Nominator Komposer Musik Muda Indonesia

Setelah melanglang buana dari panggung satu ke panggung lain, membangun jejaring serta relasi, Ali akhirnya memutuskan untuk pulang ke Situbondo. 

Di Situbondo, Ali lantas bangun Tower Kebudayaan dalam bentuk kelompok belajar berfokus kepada alat musik tradisional. Kelompok belajar tersebut di kemudian hari menjelma sanggar Musik Nusantara Rythem, Situbondo di tahun 2018. 

Melalui sanggar musik tradisional itu, Ali mengabdikan diri dalam kampanye pelestarian alat musik tradisional Indonesia dengan beragam akar budaya, mulai dari alat musik tabuh, petik, tiup hingga hadrah. 

Tidak terbatas kepada cara memainkan alat musik tradisional, melalui sanggar musiknya Ali kerap mengadakan workshop pembuatan alat musik tradisional seperti Karinding Towel, Pa'bheng dan beberapa jenis suling bambu tradisional. 

Dedikasi serta kontribusi selama 5 tahun melestarikan alat musik tradisional melalui karya dan aksi nyata di Situbondo dan beberapa kota lain sekitarnya.

Melalui sepak terjangnya, Ali kemudian dinobatkan sebagai salah satu dari 15 komposer musik muda Indonesia oleh Kata Bunyi Forum 2022. "Sebuah pengalaman yang luar biasa," ungkapnya

Kini, melalui sanggar musiknya Ali fokus produksi musik serta kenalkan kearifan kekayaan khazanah alat musik tradisional baik melalui workshop maupun karya musik yang bisa didengarkan melalui berbagai platform musik streaming. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Muhammad Iqbal
Publisher : Rizal Dani

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES