Tafsir Al-Misbah Karya Quraish Shihab Diluncurkan dalam Bentuk Digital

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Tafsir Al-Mishbah, karya Cendekiawan Prof Quraish Shihab kini sudah di muat dalam bentuk digital. Lewat aplikasi Tafsir Al-Mishbah tersebut, kini masyarakat dapat dengan mudah mengakses tafsir tersebut untuk dibaca dimana pun dan kapanpun.
“Alhamdulillah, sudah 20 tahun Tafsir Al-Mishbah telah menjadi media untuk membumikan Al-Qur'an di Indonesia, dalam bentuk buku cetak 15 volume dan ratusan episode di TV Nasional,” katanya lewat keterangan tertulis diterima TIMES Indonesia, Rabu (1/11/2023).
Advertisement
Dengan kerja sama bersama Pusat Studi Al-Qur'an, Menteri Agama Indonesia ke-16 tersebut ingin mentransformasikan Tafsir Al-Mishbah ke ranah digital dengan tujuan mencakup lebih banyak orang, khususnya kalangan generasi di era serba teknologi.
“Sekarang bersama Pusat Studi Al-Qur'an, kami meluncurkan Tafsir Al-Mishbah dalam bentuk digital agar dapat menjangkau publik yang lebih luas dan lebih memudahkan masyarakat dalam belajar Al-Qur'an,” katanya.
“Dengan kehadiran Aplikasi Tafsir Al-Misbah, kami berharap semakin meningkatnya literasi dan semangat untuk mempelajari makna Al-Qur'an lebih mendalam khususnya bagi generasi penerus yang tak lepas dari dunia digital,” sambungnya.
Diketahui, Quraish menghadiri langsung peluncuran aplikasi tersebut. Ia didampingi kedua putrinya yakni, Najwa Shihab dan Nasywa Shihab. Selain itu, hadir pula KH. Ulil Abshar Abdalla selaku Dewan Pakar Pusat Studi Al-Qur'an, Tim Penerjemah Bahasa Inggris Tafsir Al-Mishbah dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, serta penasihat teknologi aplikasi Tafsir Al-Mishbah, Arkka Dhiratara turut meramaikan peluncuran itu.
Awalnya, Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu mengungkapkan bahwa ia tidak pernah mengira karyanya akan merambah ke bagian dunia digital. Akan tetapi, kemajuan teknologi saat ini sudah tidak dapat dihentikan lagi.
“Aplikasi ini memang tidak dihadirkan secara gratis namun dalam bentuk berbayar, karena aplikasi ini merupakan bentuk wakaf produktif, dimana hasil penjualannya akan dialokasikan untuk mendukung program-program sosial dari Pusat Studi Al-Qur'an dan guna meningkatkan sistem yang lebih baik lagi di Aplikasi Tafsir Al-Mishbah tersebut,”ujarnya.
Quraish mengakui bahwa selama 20 tahun belakangan, pengetahuan dan situasi terus mengalami perkembangan dan perubahan. Mungkin apa yang dianggapnya benar ketika menulis tafsir tersebut, sudah tidak relevan pada zaman sekarang.
Oleh karena itu, ia mengharapkan kritikan dari orang-orang yang mempunyai keahlian untuk memberikan masukan dan perbaikan. Ia juga berharap aplikasi ini bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
“Terimakasih banyak atas segala support dan bantuan dari berbagai pihak yang telah terlibat, semoga langkah besar ini membawa dampak dan manfaat yang lebih besar juga, di dunia hingga akhirat kelak,” ucapnya dalam keterangan tertulis yang dikutip TIMES Indonesia.
Peristiwa Awal Penulisan Tafshir Al-Mishbah
Pendiri Pusat Studi Al-Qur'an Prof Quraish Shihab tersebut, menuturkan kisah awal ia menulis tafsir tersebut yang ia kerjakan sejak 20 tahun yang lalu.
Ia mengatakan jika dalam proses penulisan karya tersebut, Allah memberikan kemudahan kepada dirinya dalam merangkai setiap lembaran tafsir tersebut. Padahal, ia mengakui untuk menulis tafsir itu butuh waktu yang sangat lama.
“Buya Hamka itu menyelesaikan tafsirnya saat dipenjara. Tiba-tiba saya ditugaskan jadi Duta Besar di Mesir. Maka saya ke Kairo dengan sedikit terpaksa. Di sana lah saya dipenjara. Karena tugas sebagai diplomat banyak dalam bentuk party, bertemu orang dan tidak ada problem antara Mesir dan Indonesia. Makanya saya punya banyak waktu untuk menulis,” ujarnya.
Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut pada awalnya menolak tugas yang ditawarkan oleh Habibie, namun Presiden RI ke-3 itu terus mendesaknya. Dimana, Habibie menjelaskan bahwa seorang guru besar dapat berperan sebagai diplomat, tetapi sebaliknya seorang diplomat tidak dapat menjadi guru besar.
Mulanya, Ayah dari Najwa Shihab itu memperkirakan hanya menuliskan sebanyak empat jilid buku. Akan tetapi, ia menceritakan bisa menulis tafsir tersebut hingga berjumlah 15 jilid dengan tebal 10.417 halaman.
Terlebih lagi, itu semua ia kerjakan hanya memakan waktu kurang lebih 3,5 tahun. Saat itu dalam sehari dia menulis selama 10 jam. Dia merasakan seperti tidak bisa berhenti menulis. Kemudahan-kemudahan tersebut ia rasakan sudah sejak awal penulisan tafsir, bukan hanya disadari sejak buku tafsir tersebut rampung.
“Ini bukti bahwa Tuhan mempermudah. Saya tidak pernah membayangkan bahwa sekarang malah ada versi digital. Ada kemudahan, karena memang Tuhan menjanjikan itu, saya buktikan dalam praktiknya,” ujarnya.
Selain itu, KH. Ulil Abshar Abdalla, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dengan tegas menyatakan bahwa ia telah membaca tafsir tersebut sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 2000. Baginya, karya Prof. Quraish Shihab dianggap sebagai pencapaian yang sangat istimewa dan tidak semua orang diberikan anugerah oleh Allah untuk menulis tafsir sehebat ini.
“Orang yang membaca Alquran tidak punya pengetahuan cukup mungkin agak kebingungan karena keterkaitan satu ayat dengan berikutnya itu terkadang tidak terlihat. Untuk itu, membaca Tasfir Al-Mishbah seperti membaca buku utuh karena satu bagian dengan bagian berikutnya itu dijahit sehingga membacanya nikmat betul,”ujarnya.
Salah satu target penerjemahan Tafsir Al-Mishbah ke bahasa Inggris adalah kalangan akademisi. Ulil menyatakan bahwa selain umat Islam yang ingin mempelajari tafsir Alquran, kalangan akademisi juga harus dijangkau untuk memberikan akses pada karya tafsir Alquran dari Indonesia dalam bahasa Inggris.
"Kalau teman-teman akrab dengan studi-studi Alquran di Barat, itu akses sarjana-sarjana luar untuk membaca tafsir Alquran karangan orang Indonesia yang ditulis dalam bahasa Inggris itu nyaris tidak ada. Jadi butuh eksposur," jelas Ulil. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |