Entertainment

Populerkan Kembali Budaya Sunda, Titimangsa Hadirkan Pagelaran Seni Tradisi Sukabumi 1980

Sabtu, 02 Desember 2023 - 09:46 | 68.57k
Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bakal menyelenggarakan pagelaran seni dalam bingkai Lestari Tradisi bertajuk “Sukabumi 1980”. (Foto: Djarum Foundation for TIMES Indonesia)
Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bakal menyelenggarakan pagelaran seni dalam bingkai Lestari Tradisi bertajuk “Sukabumi 1980”. (Foto: Djarum Foundation for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SUKABUMI – Titimangsa bersama Bakti Budaya Djarum Foundation bakal menyelenggarakan pagelaran seni dalam bingkai Lestari Tradisi bertajuk “Sukabumi 1980”. Senada dengan namanya, Pagelaran seni yang akan mengangkat kebudayaan Sunda di penghujung tahun 2023 ini, berlangsung di Selabintana Conference Resort, Sukabumi, Jawa Barat, pada Jumat, 8 Desember 2023, mulai pukul 16.00 WIB.

Sukabumi yang berada di tanah Priangan Barat, melahirkan berbagai bentuk seni dan budaya yang terawat sebagai penghormatan atas keagungan dan karunia alam semesta. Terhampar kehidupan dengan alam kesejukan di mana kebun-kebun teh dan karet yang masyhur digarap sejak dahulu kala.

Advertisement

Tak hanya itu, Sukabumi pun tumbuh sebagai peradaban yang maju, dibangunnya rel-rel jalan kereta dan stasiun yang menghubungkan kota ke ibukota.  Sukabumi pun ikut merawat budayanya dengan melestarikan seni tradisional Sunda.

Kehalusan budi yang terkandung pada nilai-nilai yang terus dipelihara, terhimpun dalam kawih, pupuh, tari, bobodoran, ngibing dan ekspresi seni lainnya.

Sukabumi di era 1980 adalah masa jaya segala budaya terangkum dan pernah dirayakan. Di mana peradaban masyarakatnya tercerminkan dalam pola dan perilaku hidup berbangsa dan bernegara.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan, pagelaran seni ‘Sukabumi 1980’ ini tidak hanya tentang memperkenalkan sejarah pertunjukan kebudayaan Sunda pada 43 tahun yang lalu.

“Namun juga sebagai upaya untuk merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai budaya yang mungkin pernah terlupakan. Terselenggaranya kegiatan ini membuktikan, bahwa sebuah acara seni yang tidak harus berfokus di kota besar, namun acara berkualitas dengan konsep sederhana ditambah narasi yang kuat dapat diwujudkan di mana pun,” ujar dalam keterangan tertulis yang diterima Times Indonesia, Jumat malam (1/12/2023).

Titimangsa-bersama-Bakti-Budaya-Djarum-Foundation-a.jpg

Happy Salma dan Ariel Tatum berperan aktif dalam pagelaran seni Sunda di penghujung tahun 2023 ini di Selabintana Conference Resort, Sukabumi 8 Desember 2023. (Foto: Djarum Foundation for TIMES Indonesia)

Dengan menyajikan acara yang memadukan tradisi dan inovasi, Renitasari berharap acara itu menginspirasi masyarakat di daerah lain untuk melakukan hal serupa.

“Dengan demikian, komunitas seni termotivasi untuk terus berkarya melestarikan seni tradisi di tengah kehidupan modern dan semangat kecintaan akan budaya semakin menyebar di masyarakat,” imbuhnya.

Sementara itu, Happy Salma selaku produser penampil sekaligus pendiri Titimangsa menambahkan, Sukabumi 1980 adalah sebuah rangkaian pagelaran seni tradisi yang berasal dari Sunda.

“Dengan mengambil latar tempat di Sukabumi, penonton diajak mengingat kembali suasana Sukabumi di tahun 1980 an ketika diselenggarakannya pentas seni rakyat di tengah-tengah masyarakat setempat,” katanya.

Dalam pagelaran ini menghadirkan seni tari, musik karawitan, dan sinden; yang dipandu oleh Merwan Meryaman dan Jeni Aripin, serta dibawakan oleh seniman asli setempat dari Sanggar Seni Gapura Emas, Sanggar Gumintang, juga penampilan khusus oleh Ariel Tatum, Dewi Gita, Donna Agnesia, Kiara Anjar Candrakirana, dan Happy Salma.

 “Sukabumi menjadi tempat yang memiliki ikatan emosional tersendiri bagi saya, karena kota tersebut menjadi kota di mana saya lahir dan tumbuh. Di era 1980-an, Sukabumi menjadi salah satu kota di Jawa Barat yang akrab dengan kesenian tradisional,” ungkapnya.

Beragam kesenian dan kebudayaan Sunda seperti degung, pencak silat, tari Jaipong, dan berbagai kesenian khas Sunda lainnya dapat ditemukan dalam berbagai kegiatan masyarakat seperti di sekolah, upacara peresmian dan hajatan.

“Setelah pindah dan tinggal di kota lain, muncul sebuah kerinduan dengan kota yang menjadi akar dari kehidupan saya. Berangkat dari kerinduan tersebut, kami bersama Bakti Budaya Djarum Foundation berkolaborasi dalam menghadirkan kembali Pagelaran Seni Tradisi ‘Sukabumi 1980’. Semoga kegiatan ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat,” imbuh Happy Salma berharap.  

Berdasarkan kesaksian dari para seniman yang menekuni tradisi dan kebudayaan Sunda, Sukabumi di era 1980-an sangat dekat dan dihargai oleh masyarakat.

Di era tersebut, banyak paguron-paguron atau perguruan pencak silat yang kemudian dikreasikan dengan ibingan, estetika gerak tubuh, musik kendang pencak, kempul, terompet, menjadi kreasi Tari Jaipongan yang populer hingga mancanegara. Tetapi, sejak tahun 2000-an mulai menurun, karena pengaruh musikalitas luar dengan gaya modern, sehingga gamelan yang lengkap jarang sekali dibawa tampil. Kebanyakan elemen tradisi hanya digunakan sebatas memberikan kesan etnik.

Dalam beberapa tahun terakhir, Happy Salma semakin sadar bahwa ia memiliki minat yang tinggi dengan tradisi dan kebudayaan Indonesia yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur.

Selain mengenakan kain dan juga kebaya dalam berbagai aktivitas, salah satu tradisi yang ia tekuni akhir-akhir ini adalah mempelajari tari tradisional. Kecintaannya akan tari tradisional dimulai sejak 2 tahun lalu ketika dimulai mempelajari tarian khas Solo dan Yogyakarta.

“Di sini saya berkesempatan membawakan Tarian Jaipong bernama Adumanis yang kental dengan kebudayaan Sunda. Semoga penampilan kami dapat menginspirasi masyarakat, terutama generasi muda untuk mempelajari ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” ucap Ariel Tatum sebagai salah satu penampil dalam pementasan “Sukabumi 1980”.

 Ariel Tatum dan Happy Salma mengaku senang, jika nantinya generasi muda bisa merasa dekat dan tertarik dengan seni tradisi. Sebab tradisi itu tidak kaku dan menari tradisional itu menyenangkan karena lahir dari kehidupan masyarakat.

“Acara ini ingin membuat suasana suka cita penuh bahagia, serta sebagai bukti bahwa kita menghargai pemikiran dan perilaku pendahulu kita,” pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES