Entertainment

Sukses di Hari Pertama Jazz Gunung Bromo 2024, Ini Dampaknya

Sabtu, 20 Juli 2024 - 09:31 | 77.67k
Founder, Kurator serta pendukung pendukung Jazz Gunung Bromo saat konferensi Pers di Papua Meeting Room, Jiwa Jawa Resort Bromo, Jawa Timur. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Founder, Kurator serta pendukung pendukung Jazz Gunung Bromo saat konferensi Pers di Papua Meeting Room, Jiwa Jawa Resort Bromo, Jawa Timur. (Foto: Rizky Putra Dinasti/TIMES Indonesia).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGOJazz Gunung Bromo 2024, yang digelar pada 19-20 Juli, kembali membuktikan diri sebagai magnet ekonomi dan budaya. Acara ini bukan hanya memanjakan pecinta musik, tetapi juga memacu perputaran ekonomi hingga Rp20 miliar di setiap pagelarannya.

Direktur Utama Jazz Gunung Indonesia, Bagas Indyatmono, menegaskan dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (19/7/2024) di Papua Meeting Room, Jiwa Jawa, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Advertisement

Menurut Bagas, keberlangsungan Jazz Gunung Bromo hingga edisi ke-16 didorong banyak faktor yang melatarbelakanginya.

Salah satunya, konsistensi dalam pemberdayaan ekonomi kreatif, musik jazz, seni budaya, serta dampak positif lainnya seperti peningkatan pendapatan perhotelan.

"Secara keseluruhan, kami hitung setidaknya capai Rp20 miliar. Itu semuanya, mulai dari tiket pesawat, hotel dan lain sebagainya," ujar Bagas.

Founder Jazz Gunung Indonesia, Sigit Pranomo, menyatakan, musik jazz harus terus dipertahankan. Banyak musisi muda yang semakin mahir dalam bermain musik jazz, dan kini penontonnya juga mencakup generasi muda.

"Dulu penontonnya teman-teman saya, sekarang penontonnya teman-teman saya dan juga teman anak saya," kata Sigit saat ditanya mengenai pengenalan musik jazz kepada kaum milenial.

Sementara itu, Founder Jazz Gunung Indonesia, Butet Kartaredjasa, yang turut hadir dalam acara, mengaku sangat mencintai musik jazz sejak dulu. Ia mengaku selalu hadir dalam setiap pagelaran musik jazz.

"Kenapa dulu saya tidak menciptakan musik jazz atau berkecimpung di kesenian musik, sebab nantinya Djaduk kehilangan job dan tidak ada kerjaan," ucap Butet, mengenang mendiang Djaduk Ferianto, adiknya.

Butet berpesan agar kesenian dan kebudayaan serta alam Indonesia yang melimpah harus dimanfaatkan dengan baik.

"Kita kaya akan budaya atau kesenian serta alam, dan itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," tutup Butet, diamini Sigit Pranomo.

Dengan fondasi yang kuat dan dedikasi yang terus terjaga, Jazz Gunung Bromo terus berkontribusi pada kemajuan budaya dan ekonomi lokal, menjadikannya salah satu acara musik terkemuka yang dinantikan setiap tahunnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES