Entertainment

Festival Sulur Kembang, Cara Banyuwangi Lestarikan Tarian Tradisional

Jumat, 18 April 2025 - 17:19 | 23.09k
Peserta Festival Sulur Kembang saat menampilkan tarian Rampak Celeng. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Peserta Festival Sulur Kembang saat menampilkan tarian Rampak Celeng. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – The Sunrise of Java julukan melekat Kabupaten Banyuwangi, kembali bersinar dengan tradisi seni tari yang kian hidup seiring gelaran Festival Sulur Kembang yang ke-5.

Acara yang digeber mulai Kamis (17/4/2025), di Gesibu Blambangan ini diikuti oleh 197 peserta dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari anak-anak usia dini hingga remaja.

Advertisement

Ketua Panitia Festival Sulur Kembang, Sabar Harianto, menjelaskan bahwa festival tahun ini mengusung tema “Pulung Kehidupan”, yang menggambarkan jodoh atau seseorang yang telah mendapatkan wangsit sesuai garis nasibnya.

“Alhamdulillah, kita bisa kembali menggelar Festival Sulur Kembang. Ya harapannya ini dapat menjadi pelestarian kesenian, khususnya di sektor tari,” kata Sabar sapaan akrab Sabar Harianto, Jum’at (18/4/2025).

Selama tiga hari, mulai Kamis (17/4/2025) hingga Sabtu (19/4/2025), festival ini memperlombakan 8 tarian tradisional yang semuanya merupakan karya asli Sanggar Lang Lang Buana.

tarian-Jaranan-Buto.jpgPeserta Festival Sulur Kembang saat menampilkan tarian Jaranan Buto. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Pembagian kategori lomba disusun berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu:

  • TK/PAUD: Tari Buk-buk Cung dan Tari Semut Angkrang
  • SD/Sederajat A (Kelas 1-3): Tari Alumpang dan Tari Sapu Kerek
  • SD/Sederajat B (Kelas 4-6): Tari Rampak Celeng dan Tari Jaranan Buto
  • SMP/Sederajat: Tari Sabuk Mangir dan Tari Sri Ganyong

Lebih dari sekedar kompetisi, Festival Sulur Kembang menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengenal, mencintai, dan menjaga warisan budaya daerah.

Peserta tidak hanya berkompetisi, tetapi juga menghayati makna mendalam dari setiap tarian tradisional yang mereka bawakan.

Sabar Harianto, yang juga pemilik Sanggar Lang Lang Buana, menekankan pentingnya regenerasi dalam pelestarian seni tari. Menurutnya, bertumbuhnya bibit-bibit penari adalah simbol bahwa kesenian di Banyuwangi terus bertumbuh dari generasi ke generasi.

“Semoga kesenian budaya Banyuwangi tidak punah dan terus berkembang,” ujarnya.

Gelaran ini menjadi bukti nyata komitmen Banyuwangi dalam menjaga kekayaan budaya, sembari menginspirasi generasi penerus untuk melestarikan seni tradisional.

Festival Sulur Kembang tak hanya sekedar ajang lomba, tetapi juga cermin dari identitas dan kebanggaan masyarakat Bumi Blambangan.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES