Entertainment

“Ruwat” Boby Ari Setiawan: Meruwat Diri, Merayakan Tradisi di ARTJOG 2025

Jumat, 11 Juli 2025 - 22:41 | 10.06k
Boby Ari Setiawan bersama Dainta menuju panggung performa ARTJOG2025: Motif Amalan di Jogja Nasional Museum Yogyakarta, Jumat, 11/7/2025_Eko Susanto
Boby Ari Setiawan bersama Dainta menuju panggung performa ARTJOG2025: Motif Amalan di Jogja Nasional Museum Yogyakarta, Jumat, 11/7/2025_Eko Susanto
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Panggung performa ARTJOG 2025 kembali menjadi ruang pertemuan gagasan lintas tradisi dan ekspresi kontemporer. Jumat malam, 11 Juli 2025, koreografer asal Solo, Boby Ari Setiawan, menampilkan karya tari berjudul “Ruwat” di pelataran Jogja National Museum (JNM), Yogyakarta.

Karya ini menjadi bagian dari program pertunjukan ARTJOG 2025 yang mengusung tema Motif: Amalan. Perhelatan seni kontemporer tahunan ini berlangsung dari 20 Juni hingga 31 Agustus 2025, menampilkan karya seni visual, program inklusif, serta pentas performa yang dihadirkan setiap akhir pekan.

Advertisement

“Ruwat” adalah refleksi Boby atas perjalanannya dalam menekuni tari tradisi Jawa. Usai pertunjukan kepada Times Indonesia, ia mengatakan karya ini telah digagas sejak dua tahun lalu, berangkat dari kegelisahan terhadap bagaimana tradisi ditanggapi dan dipertahankan di tengah dunia modern.

ARTJOG2025-b.jpgBoby Ari Setiawan di panggung performa ARTJOG 2025 mementaskan koreografi tari "Ruwat", Jumat, 11/7/2025 malam, di Jogja Nasional Museum Yogyakarta_Eko Susanto

“Dua tahun lalu saya mulai berpikir tentang bagaimana tradisi bisa saya olah kembali. Saya berasal dari Solo, punya latar belakang tari tradisi sejak awal belajar tari. Dari situ saya sadar bahwa ini adalah amalan saya sendiri, sebuah latihan panjang dan rutinitas yang terus menerus saya jalani,” ujar Boby.

Dalam proses kreatifnya, Boby berkolaborasi dengan muridnya, Dainta, yang kini tinggal di Jakarta. Keduanya berdialog dalam tubuh tentang bagaimana seseorang yang bukan berlatar Jawa mampu meresapi dan mengolah tari Jawa melalui proses mendalam; melalui rasa, kepekaan terhadap alam, ritual, dan kultur lokal.

Properti lidi yang digunakan dalam pertunjukan menjadi simbol penting dalam karya ini. “Sada lanang,” ujar Boby. Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, lidi kerap digunakan sebagai alat penolak bala. Dalam koreografinya, lidi menjadi penanda untuk memecah ruang, menciptakan batas, sekaligus membuka kemungkinan.

“Saya menggunakan lidi sebagai simbol ruwat; sebuah upaya membersihkan atau menjauhkan diri dari energi buruk. Tapi sebenarnya Ruwat ini juga untuk diri saya sendiri. Sebuah ikhtiar untuk kembali ke akar, ke tradisi, dan menghidupi lagi apa yang saya pelajari sejak awal,” terang Boby.

Pertunjukan “Ruwat” di panggung performa ARTJOG 2025 menjadi penampilan ketiga setelah sebelumnya dibawakan di Jakarta dan Padang dalam KABA Festival. Namun khusus untuk ARTJOG, Boby menambahkan elemen multimedia dalam koreografinya, merespons ruang pertunjukan yang kini tampil dengan latar putih, menciptakan nuansa yang lebih terbuka dan dinamis.

Menariknya, Boby mengaku tak sadar bahwa tema besar ARTJOG tahun ini adalah Amalan. Namun ketika menyadarinya, ia justru merasa bahwa proses berkesenian yang ia lakukan adalah bentuk nyata dari amalan itu sendiri.

“Ini panggung yang baru. Sebelumnya hitam, kini putih. Ada rasa chaos dalam diri saya sendiri. Tapi dari situ kita belajar bahwa keseimbangan itu justru hadir dari ketidakseimbangan,” katanya. “Seperti konsep ibu bumi dan bapak angkasa—yin yang. Ruwat secara ekspresi adalah untuk diri sendiri, tapi secara refleksi bisa untuk semuanya, untuk bangsa.”

ARTJOG2025-c.jpgSalah satu adegan tari berjudul Ruwat yang ditampilkan Boby Ari Setiawan di panggung performa ARTJOG 2025, Jumat 11/7/2025 di Jogja Nasional Museum Yogyakarta_Eko Susanto

Lulus dari ISI Solo tahun 2008, Boby dikenal sebagai koreografer yang konsisten menjelajah ruang antara tradisi dan modernitas. Ia banyak berkolaborasi dengan seniman tari dari Belanda dan kini mengembangkan pendidikan tari Jawa lewat komunitas Wulangreh di Jakarta. Akarnya tetap tradisi, namun ia membuka ruang untuk eksperimen kontemporer.

ARTJOG 2025 melalui panggung performanya memberi kesempatan kepada seniman lintas disiplin untuk menampilkan karya yang tidak hanya ekspresif, namun juga reflektif—mengajak pengunjung menyelami amalan pribadi, sosial, maupun spiritual.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES