Ijen Geopark Bondowoso Bersiap Penilaian Lapangan UNESCO

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Ijen Geopark Bondowoso mulai merampungkan persiapan, untuk menyambut penilaian lapangan dari organisasi pendidikan dan kebudayaan dunia atau yang lebih dikenal dengan UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).
Pengurus Harian Ijen Geopark (PHIG) Bondowoso, Arief Setyo Raharjo mengatakan, hasil rekomendasi asesor UNESCO beberapa waktu lalu sudah dinyatakan bagus.
"Artinya Ijen Geopark diperkirakan sudah siap dilakukan penilaian," kata Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Bondowoso itu.
Saat ini kata dia, hanya menunggu jadwal tim dari UNESCO yang ditunda beberapa kali dikarenakan kondisi pandemi Covid-19 terutama di Eropa.
"Sebenarnya tidak hanya Ijen Geopark yang menunggu, ada beberapa geopark yang lain untuk revalidasi dari tim UNESCO," kata dia.
Geopark yang akan melakukan revalidasi diantaranya Geopark Batur di Bali; Geopark Ciletuh dan Geopark Labuhan Batu.
Sementara pengajuan baru ke UNESCO yaitu Ijen Geopark dan Geopark Maros-Pangkep di Sulawesi. Diperkirakan penilaian Maret atau April 2022. "Yang menunggu ada lima. Kalau ndak bulan tiga atau bulan empat," katanya.
Dengan begitu, timeline tim dari UNESCO sekaligus lima kegiatan, tiga geopark revalidasi dan dua geopark pengajuan baru. "Kalau geopark setiap lima tahun direvalidasi," imbuhnya.
Menurutnya, Ijen Geopark Bondowoso sudah siap 90 persen. Hanya tinggal beberapa item, seperti peningkatan kualitas jalan yang arah ke Kalipait dan Air Panas Blawan.
"Itu yang di-handle oleh teman-teman PU. Informasi terakhir dilanjutkan tahun ini," katanya saat dikonfirmasi.
Adapun keterlibatan masyarakat di sekitar situs, terutama desa, diperkuat dengan program di DPMD (Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa).
Ijen Geopark sebenarnya berada di dua wilayah yaitu Bondowoso dan Banyuwangi. Adapun kelembagaan antara Bondowoso dan Banyuwangi sudah selesai.
Saat ini pihaknya juga fokus melakukan pendampingan kelompok ekonomi sekitar situs melalui Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). Termasuk pelaku usaha wisata atau geo produk sudah diproses.
Dari Disparbudpora juga ada program homestay, dengan memberikan hibah fasilitasi ke rumah penduduk yang ada di sekitar situs. Total ada 21 titik.
"Kemudian ekraf (ekonomi kreatif) ada pelatihan dari Diskoperindag. Beberapa kios di Kawah Wurung, Plalangan, Paltuding dan Solor sudah siap," pungkasnya.
Adapun total situs geologi, biologi dan budaya Ijen Geopark di Kawasan Bondowoso yang diajukan ke UNESCO ada 16 situs. Berikut rinciannya.
Situs geologi ada sembilan. Terdiri dari Kawah Ijen/Blue Fire, Kawah Wurung, Aliran Asam Kalipait, Komplek Mata Air Panas Blawan, Lava Blawan, Air Terjun Gentongan, Aliran Lava Blalangan, Dinding Kaldera Ijen Megasari dan Taman Batu So'on Solor.
Situs Biologi terdiri dari Hutan Pelangi dan Kopi Bondowoso. Sementara situs budaya yakni Struktur Gua Butha Sumber Canting, Struktur Gua Butha Cermee, Situs Megalitik Maskuning Kulon, Singo Ulung dan Tari Petik Kopi.
Situs Ijen Geopark Bondowoso yang dibagi dalam situs geologi, biologi dan budaya di Bondowoso itu tengah diajukan menjadi warisan dunia UNESCO Global Geopark (UGG). (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Advertisement
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.