Gaya Hidup

Sampah Gelas Jadi Tas Cantik

Sabtu, 17 Oktober 2015 - 20:27 | 118.71k
Tas cantik produksi ibu-ibu PKK Desa Candisari, Kecamatan Samben, Kabupaten Lamongan (foto : Ardiyanto/lamongantimes)
Tas cantik produksi ibu-ibu PKK Desa Candisari, Kecamatan Samben, Kabupaten Lamongan (foto : Ardiyanto/lamongantimes)
Kecil Besar

TIMESINDONESIATIMES INDONESIA, LAMONGAN - Bekas gelas minuman kemasan berbahan plastik biasanya sering dibuang begitu saja. Benda-benda itupun akhirnya hanya menjadi sampah yang semakin menumpuk dan sulit diurai tanah

Tetapi, sampah tak selalu menjadi bahan yang tak berguna. Di tangan-tangan kreatif, sampah bekas kemasan minuman bisa diubah menjadi aksesori yang bernilai jual tinggi dan menjadi buruan banyak orang.

Advertisement

Tengok saja yang dilakukan Yunar dengan bisnis daur ulang gelas bekas minuman yang dirintisnya bersama teman-temannya di PKK Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.

Di tangan mereka, sampah-sampah plastik, disulap menjadi tas unik, dompet, hingga tas jinjing. Benda-benda tersebut akhirnya memiliki nilai jual sekaligus bisa mendatangkan penghasilan tambahan bagi si pembuatnya.

Awalnya, Yunar menuturkan, ide untuk memanfaatkan sampah plastik menjadi benda kerajinan yang unik tersebut tidak lepas dari keprihatinan akan banyaknya sampah plastik yang menumpuk di desanya, apalagi sampah plastik sulit terurai.

Yunar tidak melangkah sendirian. Bersama dua rekannya dia berburu sampah plastik. Tujuannya, sampah tersebut bakal dijadikan barang kerajinan yang berharga. Modal lainnya adalah gunting, silet, benang dan jarum dan lain sebagainya. Bukan modal yang besar bukan.

Untuk poses pembuatannya, kata Yunar, sebelum dirangkai, gelang bibir gelas dipisahkan dari bagian badan gelas dan dibersihkan dari sisa-sisa penutupnya. Selanjutnya, gelang-gelang bibir gelas dirangkai menjadi sebuah rangkaian panjang yang diikat dengan tali senar ataupun benang.

"Butuh 130 sampai 140 buah gelas minuman untuk satu tas ukuran besar. Kalau yang kecil cuma butuh 80 bekas gelas," ujarnya.

Berikutnya, rangkaian panjang bibir gelas yang telah tersusun dirangkai bersama rangkaian panjang lainnya menjadi satu untuk membentuk dinding tas. Sebelumnya, dinding tas dilapisi dengan kain berwarna transparan guna memberi kesan rapi dan memperkokoh dinding tas.

Yunar mengatakan, untuk pegangannya terbuat dari selang transparan atau sulaman tali. Sebagai variasi sekaligus mempercantik tas Yunar dkk biasanya menambahkan bros atau hiasan sulaman bermotif bunga. "Sehari proses perbuatannya satu hari satu tas. Kalau sudah biasa gak sulit," tuturnya.

Nah, seluruh rangkaian gelang bibir gelas tadi telah terangkai menjadi tas utuh yang siap dijual atau digunakan sendiri.

Tas hasil kerajinan tangan itu ternyata mendapatkan respon positif dari teman-teman di lingkungannya. "Awalnya coba, katanya bagus terus ada banyak yang pesan, tetangga dan teman banyak yang pesan. Dari teman-teman katanya kok bagus," akunya.

Hal inilah yang memicu Yunar dan teman-temannya memproduksinya secara berkala. "Alhamdulillah lancar, sebulan 20 buah yang laku," jelasnya. 20 buah dalam sebulan itupun hanya ke tetangga dan teman-temannya.

Kedepan, selain menjual produk kerajinan ini di rumahnya, merebaknya media sosial menjadi lahan yang dimanfaatkan Yunar dan teman-temannya memperkenalkan produk kreasinya. "Kita jual sama tetangga. Juga di facebook," paparnya.

Tidak hanya cantik dan unik, kerajinan tangan ini pun juga cukup awet apabila digunakan dengan baik. "Kata pembelinya bahannya suka karena unik, tidak ada ditempat lain, harganya juga cukup murah," ucapnya.

Kini, mereka telah memproduksi beberapa jenis produk yang harganya sangat terjangkau. Untuk tas ukuran besar, harganya dipatok hanya Rp 80.000, tas kecil harganya hanya Rp 50.000. "Harganya 50 sampai 80 ribu, tergantung besar kecilnya tas.
Kalau ukuran kecil 50, kalau besar 80," sebutnya.

Praktis, bisnis dengan modal minimalis dan memanfaatkan sampah gelas plastik itu sudah memberikan untung besar, dari sebelumnya hanya sekedar iseng bertiga, kini sudah ada enam orang yang ikut bergabung. "Masih skala kecil, belum besar," tandasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES