Gaya Hidup

Kopi Itu Digiling, Bukan Digunting

Minggu, 18 Desember 2016 - 02:12 | 64.15k
Seorang barista sedang menyiapkan seduhan kopi dalam kompetisi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif di Banyuwangi, Sabtu (17/12/2016) (Foto: Ahmad S/ TIMES Indonesia)
Seorang barista sedang menyiapkan seduhan kopi dalam kompetisi yang digelar Badan Ekonomi Kreatif di Banyuwangi, Sabtu (17/12/2016) (Foto: Ahmad S/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Indonesia menggelar acara peningkatan bisnis kopi Nusantara dengan tema 'Kopi Itu Digiling, Bukan Digunting'.

Rangkaian kegiatan yang digelar di Gedung Wanita, Kelurahan Kepatihan Banyuwangi Jawa Timur, Sabtu (17/12/2016) itu berupa lomba seduh kopi, workshop, nobar film dokumenter kopi dan nyicil kopi Nusantara.

Advertisement

Film dokumenter berjudul 'Aroma of Heaven' yang diputar menampilkan berbagai ragam kopi di Indonesia. Diantaranya kopi Jawa yang di Amerika terkenal sebagai 'a cup of Java', kopi Gayo Sumatra, kopi kuning Manggarai Flores hingga kopi Banyuwangi.

Film yang disutradarai Budi Kurniawan itu sebelumnya telah mendapat berbagai penghargaan internasional yaitu, The Best Editing di Iran dan The Best Film di Tiongkok tahun 2015.

Riki Joseph Pesik, Wakil Ketua Bekraf menjelaskan, acara ini dalam rangka membesarkan ekonomi kreatif nasional di 16 sektor. Salah satu sektor adalah kuliner, dan kopi yang menjadi salah satu sub sektor kuliner.

Meski kopi Indonesia sudah mendunia, Riki mengatakan kopi memiliki kesulitan tersendiri untuk dikembangkan secara kreatif.

"Sebenarnya kopi Indonesia sudah terkenal di dunia, tapi tidak dalam konteks yang memberi nilai tambah pada masyarakat. Kopi dibeli dari masyarakat masih bijian, belum olahan jadi," kata Riki yang sehari biasa meminum hingga 9 gelas kopi ini.

Pihaknya kini mengusahakan agar dunia kopi nasional yang sebelumnya dipandang sebagai biji menjadi brand produk jadi yang diolah masyarakat lokal.

Dengan mengolah kopi, -tidak menjual dalam bentuk biji-, kopi Indonesia akan mempunyai nilai tambah. Petani pun bisa sejahtera karena harga kopi yang sudah diolah jauh lebih tinggi dari sekadar menjual dalam bentuk biji kopi.

"Kopi Indonesia akan lebih dikenal jika sudah menjadi brand. Tidak hanya bijinya yang dimasukkan karung, lalu dijadikan komoditas dagang saja," pungkas Riki.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES