Gaya Hidup

Mengenal Musik Ronjengan di Probolinggo yang Bangkit Kembali

Selasa, 11 September 2018 - 16:17 | 428.07k
Musik tradisional Ronejengan yang telah punah puluhan tahun lamanya, dan kini diupayakan untuk hidup kembali di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. (FOTO: Hendra for TIMES Indonesia)
Musik tradisional Ronejengan yang telah punah puluhan tahun lamanya, dan kini diupayakan untuk hidup kembali di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. (FOTO: Hendra for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Sebuah musik tradisional yang dikenal dengan nama musik Ronjengan, yang telah lama tenggelam alias sudah punah, kini oleh warga Probolinggo, Jawa Timur, dibangkitkan kembali.

Musik tersebut selama puluhan tahun punah di tengah hingar bingar masyarakat yang gemar musik Ronjengan.

Advertisement

Musik dengan nama Ronjengan ini, dalam bahasa Jawa disebut dengan lesung, yang merupakan alat tradisional warisan nenek moyang.

Alat ini terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu berukuran kecil, yang digunakan untuk mengolah padi atau gabah menjadi beras dengan cara ditumbuk menggunakan alu (seperti tongkat kayu besar dan panjang).

Dikutip dari sejarahnya, ‘Ronjengan’ ini pada zaman dahulu,  diceritakan para wanita yang bekerja menumbuk padi tidak secara serentak menumbukkan alu mereka, melainkan secara bergantian. Inilah yang pada akhirnya menghasilkan irama musik.

“Dari sini kemudian lahir kesenian musik tradisional yang punya banyak sebutan ini, dan di kecamatan Krejengan Kabupaten Probolinggo disebut sebagai kesenian ‘Ronjengan’,” kata Nurul Huda, sebagai Kades Krejengan, Kabupaten Probolinggo, saat warganya merayakan dan menghidupkan kembali musik Ronjengan itu, Selasa (11/9/2018).

“Dan cerita atau sejarah tentang musik Ronjengan ini, saya ambil dara para sesepuh di Desa Krejengan, yang sangat mengetahui seperti apa asal muasal Ronjengan itu, hingga dijadikan alat music,” jelasnya.

Nurul Huda mengisahkan, dirinya mempuyai inisiatif untuk menghidupkan kembali musik itu. Seni Ronjengan pun sukses dibangunkan kembali dengan nafas baru melalui festival musik Ronjengan antar RT lingkup desa Krejengan itu.

Festival yang digelar dalam rangka semarak selamatan desa (Kadisah) desa Krejengan tahun 2018 ini, dilaksanakan di Balai Desa Krejengan.

Kesan penasaran bercampur kerinduan seakan terpancar dari ekspresi masyarakat desa dari berbagai kalangan umur tersebut.

Menurutnya, ibarat kupu-kupu yang baru keluar dari pertapaan kepompongnya, seni Ronjengan ini pun seakan menjelma berhias warna -warni indah.

Karena turut mengkolaborasikan generasi muda di dalam masing-masing group Ronjengan itu, maka jadilah seni Ronjengan Krejengan ini menjadi sebuah suguhan seni yang apik.

“Ada seni musik, seni teater, dan seni koreografi yang terpadu harmonis bersama pernak pernik kostum yang menarik,” katanya.

Meskipun pemanfaatan alat Ronjengan itu sendiri sudah lama ditinggalkan masyarakat petani, namun adanya nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam Ronjengan, harus diangkat kembali agar menjadi sebuah pembelajaran bersama tentang adanya budaya asli yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

“Tentunya saja, kita wajib mengenal apa itu seni musik Ronjengan yang ada di Probolinggo. Budaya tradisional ini dikolaborasikan bersama sentuhan modern, ternyata memberikan harmonisasi seni yang menarik dan masyarakat sangat antusias sekali dengan gebrakan kami ini”, tutup Nurul Huda, mantan penacara ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Probolinggo

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES