Gaya Hidup

Geluti Tanaman Langka dan Bonsai, Nugroho Sulap Lahan Sempit Jadi Produktif

Senin, 28 Januari 2019 - 23:51 | 512.85k
Nugroho ketika merawat tanaman langka dan bonsai di rumahnya. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Nugroho ketika merawat tanaman langka dan bonsai di rumahnya. (FOTO: Fajar Rianto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Tinggal di perumahan dengan sisa lahan sempit tidak membuat Nugroho surut dan meninggalkan hobinya merawat tanaman langka dan bonsai.

Dari sekedar iseng membeli beberapa tanaman yang lagi ngetren, merawat dan menguasai seluk beluknya, membuat Nugroho berpikir alternatif usaha sampingan. Minimnya lahan yang ada, memaksa dirinya memilih tanaman yang tidak memakan tempat banyak, namun peluang pasarnya jelas dan memiliki nilai jual yang tinggi.

Advertisement

TIMES-Indonesia-Tanaman-Langka-dan-Bonsai.jpg

"Beberapa tanaman langka dan bonsai, itu awal usaha tiga tahun lalu," kata Nugroho kepada TIMES Indonesia di rumahnya, seputaran barat kampus Universitas Mercu Buana (UMB) Jalan Wates, Sedayu, Bantul (28/1/2019).

Tanpa ragu, dibersihkan dan mulai dimanfaatkannya sisa lahan samping rumah yang ditempatinya. Mulai saat itu dirintislah budidaya pohon kamboja Jepang, dan pohon Tin, juga kembali ditekuni hobi lamanya yang sempat terabaikan yakni merawat bonsai.

Lahan berukuran delapan meter kali dua setengah meter yang semula ditumbuhi rumput liar tersebut kini tertata rapi dan terlihat menghijau. Sudah banyak hasil budidaya Kamboja Jepang dan pohon Tin yang dilepas di pasaran dengan harga puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah.

TIMES-Indonesia-Tanaman-Langka-dan-Bonsai-3.jpg

Selain indukan pohon Tin (Ara), kini setidaknya 30-an pohon bonsai berbagai jenis dan kriteria dirawatnya (setigi, asoka, Hokiantea, asem Jawa dll), sedang sebagian pohon dan bonsai koleksi lainnya dititipkan di rumah orang tua dan juga temannya.

Dari hobi merawat dan memelihara tanamnya langka dan bonsai tersebut kini Nugroho bisa memetik hasilnya. Dari tangan dinginnya tersebut sebuah bonsai bakalan yang dibentuknya dalam kurun waktu tertentu, hingga menjadi bonsai berkelas dan bernilai jutaan hingga puluhan juta rupiah.

Meski begitu dirinya mengaku dia menghindari berburu dari alam bebas. Untuk bakalan bonsai sebagian besar merupakan hasil barter dengan teman atau membeli setengah jadi.

TIMES-Indonesia-Tanaman-Langka-dan-Bonsai-4.jpg

Bahkan beberapa koleksi merupakan hasil semaian sendiri yang kemudian dirawat sampai kini, pupa landak (anggur Brazil) dan Dewondaru, misalnya.

Sedang salah satu koleksi pribadi yang menonjol dan jadi incaran para kolektor adalah bonsai Asoka. Banyak khalayak yang sudah hapal dan mengidentikkan dirinya dengan koleksinya itu.

Tidak dipungkiri merawat pohon bernilai jutaan punya rasa khawatir juga, lebih lagi saat ini dibeberapa tempat baru marak pencurian bonsai.

Untuk menunjang hobinya tersebut dirinya masuk beberapa komunitas, juga mengikuti pameran bonsai, dari skala lokal hingga level nasional.

TIMES-Indonesia-Tanaman-Langka-dan-Bonsai-5.jpg

Dari kegiatan sampingannya tersebut Nugroho mengaku mendapat tambahan penghasilan lumayan, namun memang harus tekun, sedang soal harga tergantung jenis pohon, umur, bentuk serta bersertifikat tidaknya.

"Intinya harus jeli lihat peluang, serta potensi pasar ke depan. Kadang orang lihat bentuk awal saja, bakalan yang ekstrim misalnya, padahal susah untuk mengolahnya menjadi bonsai yang berkriteria. Kepuasan tersendiri bisa 'ngopeni' (merawat) apa yang sebelumnya disepelekan orang, membentuk sampai berkriteria hingga memikiki sertifikat. Nah...bonsai yang ada sertifikatnya itu yang cepat laku," papar Nugroho yang keseharianya bekerja di perusahaan properti di kota Yogyakarta ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Yogyakarta

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES