Gaya Hidup

SWING IT!, Tubuh dan Psikologi dalam Kolaborasi Teater dan Fotografi

Senin, 08 April 2019 - 16:36 | 112.68k
Kolaborasi fotografi dan teater oleh Dewi Megawati Rajasyah bertajuk 'SWING IT!' (Tria Adha/TIMES Indonesia)
Kolaborasi fotografi dan teater oleh Dewi Megawati Rajasyah bertajuk 'SWING IT!' (Tria Adha/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sebuah karya apik yang merupakan kolaborasi fotografi dan teater dihadirkan oleh Dewi Megawati Rajasyah dalam pementasan bertajuk 'SWING IT!'.

Dirancang sebagai sebuah karya jangka panjang, Dewi Megawati Rajasyah berusaha menceritakan tentang pengaruh tubuh dan psikologi. Karya ini awalnya adalah sebagai media untuk membantunya membangkitkan lagi percaya diri dan menghapus ketakutan yang menghantui. 

Advertisement

Swing-It-2.jpg

Untuk fase pertama, 'SWING IT!' menggabungkan pementasan teater dan fotografi yang di dalamnya membawa unsur dan tujuan untuk mengolah tubuh dan aspek psikologis sang tokoh.

"Bagi saya karya ini adalah obat yg lebih mujarab untuk mengobati psikologis saya, gangguan bipolar juga anti sosial yg terus memacu saya terpuruk dan takut beradaptasi dengan sekitar. Penyakit yang saya alami tidak menjadi perhatian utama keluarga dan lingkungan sekitar. Mengurung diri berbulan-bulan membuat saya sering terpenjara," terang Mega, sapaan akrabnya.

Belajar mendobrak diri dengan karya, lulusan ISI yogyakarta 2012 ini dipertemukan salah satu fotografer berbakat bernama Dika Pamungkas. Dari sana muncul ide pertamanya untuk menunjukan sisi-sisi menarik dari tubuh dan psikologis dalam karya fotografi.

"Proses ini dimulai bulan Januari dan perdana ditampilkan pada tanggal 23 Maret 2019 bertempat di Gedung Samanta Krida, Universitas Brawijaya Malang dalam acara 'Artium Parthea', Parade Teater Brawijaya yang diselenggarakan oleh Teater Kutub," imbuhnya.

Mega menambahkan jika 'SWING IT!' hadir dari keinginan untuk bisa mengobati permasalahan psikis yang dihadapinya. Dan ini bukan suatu proses singkat karena ia mengaku banyak hal tabu dalam dirinya yang ingin berbicara soal tubuh dan standar keindahan, juga ketakutan-ketakutan oleh ancaman sosial yang selalu membekas dalam dirinya. 

Swing-It-3.jpg

Leader Sanggar Teater Mlasti ini menyebut banyak hal masih perlu dipilah dan dipilih agar pementasan tidak menjadi rancu antara body positive atau keinginan mengungkap jati diri dalam sakit bipolar yang dia alami. Untuk itu, selama proses penelitian berjalan, ia mengaku akan terus membawa langsung hasil yang telah terolah kepada penonton agar bisa menjadi bahan diskusi dan perbaikan karya. 

"Saya sempat berpikir tubuh saya yg membuat saya tidak berani menghadapi lingkungan. Tapi dalam sesi konsultasi saya juga memiliki sisi percaya diri yang jauh lebih baik. Hanya saja, titik rancu akan bipolar dan tubuh ini kadang bisa selaras kadang juga tak berjalan selaras," tegasnya.

Mega berharap dengan karya-karya yang ia sampaikan nanti, dirinya hanya ingin terus mengambil sisi positif dalam sebuah karya. "Proses ini diharapkan akan terus berjalan dan kebutuhan donatur dan sponsor diharapkan bisa menjadikan karya ini lebih matang lagi dari waktu ke waktu," harapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani
Sumber : TIMES Malang

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES