Bermain Layang-layang, Cara Santuy Remaja Desa di Banyuwangi Ngabuburit

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Hamparan sawah di sepanjang jalan dusun Karanganyar, desa Kajarharjo, Kecamatan Kalibaru selalu ramai dipenuhi orang. Setiap sore, kawanan remaja Banyuwangi ini dengan santai memainkan layang-layang sembari menunggu waktu berbuka puasa.
Selain menyenangkan, permainan tradisional ini dipilih sebagai opsi ngabuburit yang ramah lingkungan, berkearifan lokal dan murah.
Advertisement
Di desa Kajarharjo sendiri, jenis permainan tradisional ini sudah menjadi satu bagian dengan tradisi kearifan lokal. Udara sejuk dan gumpalan awan di sore hari menjadi sebuah pemandangan yang apik untuk dilewatkan.
Sesekali, para remaja ini bersiul. Menurut tradisi, siulan saat bermain layang-layang dapat memanggil angin agar bertiup kencang. Saat angin mulai berhembus maka layang-layang bisa segera lepas landas.
“Sejak dulu ini sudah ada. Mulai anak-anak hingga orang dewasa semua memainkan layang-layang disini,” kata salah satu remaja dusun Karanganyar, Rivaldo Pratama, Senin (4/5/2020).
Keseruan pun mulai memuncak, tatkala dua layang-layang saling beradu benang. Kemahiran sebagai pilot layang-layang dipertaruhkan. Kecepatan tangan dalam menarik serta ketepatan mengulur benang menjadi penentu layang-layang siapa yang bakal terjun bebas duluan.
Namun perlu hati-hati, tajamnya benang bisa melukai jari jemari. Sebab itu, kemahiran serta pengalaman sangat dibutuhkan dalam mengemudikan layang-layang ini. Tak hanya berhenti di sini, kesenangan lain muncul saat ada layang-layang yang putus.
Pamburu layang-layang putus pun semburat berlarian. Mereka memacu nafas dengan kepala menghadap keatas. Uniknya, meski tetap berfokus pandangan ke atas, para pemburu layangan ini tidak terdapati jatuh terjungkal atau menabrak. Seolah menjadi naluri, mereka tetap berlari berebut layangan putus.
“Justru kesederhanaan ini yang membuat kebersamaan tetap hangat. Tetap rukun dalam pertemanan meski tidak dengan kemewahan,” katanya.
Para remaja ini memilih lokasi tersebut karena jauh dari perkampungan. Sehingga tidak muncul ketakutan layang-layang menyangkut di atap rerumahan. Selain itu, udara yang segar dirasa cukup melegakan nafas. Sehingga menjadikan mereka lupa waktu dan tak terasa sudah tiba saat berbuka.
Begitu banyak cara menghabiskan waktu untuk ngabuburit menanti jam berbuka puasa. Tidak kalah menyenangkan dari game-game online atau game elektronik lainnya, permainan tradisional layang-layang juga sangat seru untuk dicoba. Seperti yang dilakukan remaja asal Banyuwangi tersebut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Banyuwangi |