Asyiknya Belajar Sejarah Islam di Museum Sunan Drajat

TIMESINDONESIA, LAMONGAN – Hai sobat traveler, sudahkah anda memiliki pandangan lokasi wisata yang sekaligus menjadi tempat belajar yang asyik? Jika belum, Museum Sunan Drajat bisa menjadi tujuan wisata anda saat kembali dibuka di era New Normal nanti.
Kenapa Museum Sunan Drajat bisa menjadi lokasi wisata dan belajar? Karena di museum yang ada di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur tersebut bukan hanya sekedar menjadi tempat peninggalan benda purbakala, namun tersimpan sejarah panjang penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, yang dilakukan Wali Songo.
Advertisement
Bahkan seringkali museum dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Lamongan tersebut menjadi jujugan berbagai lembaga pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran langsung di lapangan.
"Museum adalah pusat pembelajaran yang paling efektif, saya selaku guru sejarah sangat merasakannya apabila setelah kita memberikan materi di sekolah, setidaknya siswa harus mengetahui tinggalan sejarah yang langsung dapat kita lihat di museum sebagai proses pembelajaran CTL (Kontekstual Teaching & Learning) atau belajar langsung di lapangan," kata M Nafis Abdul Rauf, Guru Sejarah SMA Negeri 3 Lamongan, Kamis, (25/6/2020).
Nafis memang kerap mengajak siswanya ke Museum Sunan Drajat untuk belajar sejarah sekaligus melihat langsung benda-benda bersejarah yang menjadi koleksi Museum Sunan Drajat.
"Berbagai macam koleksi yang terdapat di dalam Museum Sunan Drajat sangat membantu proses pembelajaran penyebaran Agama Islam di Lamongan melalui tinggalan Sunan Drajat," ujarnya.
Nafis menyebutkan, benda peninggalan Sunan Drajat cukup beragam, diantaranya peninggalan berupa tulisan seperti Kitab Layang Ambiya' dan Naskah Lontar (Mocopat).
"Pada masa Islam telah berkembang kebudayaan lisan-tulis yang dibuktikan dengan adanya naskah Badu Wanar dan serat Yusuf yang tersimpan di Museum Sunan Drajat. Selain itu, cerita lisan mengenai Sunan Drajat juga sudah cukup dikenal. Pada masa Mataram, Lamongan berkedudukan sebagai vasal yang dibuktikan sebutan cacah pada Amangkurat II," ucap Nafis.
Selain itu ada juga satu set gamelan yang dulu digunakan Sunan Drajat untuk menyebarkan Agama Islam yang terdiri bonang, angklung, ketuk, rebab, gender, dan saron.
Berdasarkan pengamatan Nafis, unsur-unsur yang terdapat pada gamelan dari periode Sunan Drajat tersebut ternyata ada semua pada gamelan abad ke-18, sebagaimana ditulis oleh Th. S. Raffles didalam karyanya The History Of Java, ataupun oleh Th. G. Th. Pigeaud dalam Literature of Java III.
"Jadi tampaknya bentuk gamelan itu tidak banyak mengalami perubahan. Pada peninggalan gamelan itu perangkat angklungnya dihiasi dengan ragam hias Singa Mengkok. Mungkin karena ragam hias Singa yang diukir dengan arah agak miring atau menyerong itu gamelan tersebut oleh masyarakat setempat dinamakan gamelan Singa Mengkok," katanya.
"Gamelan adalah seperangkat alat musik untuk mengiringi lagu-lagu Jawa. Karya sastra Jawa kuno sebagian besar dalam bentuk syair disebut kakawin. Dalam proses Islamisasi, Wali Songo telah menggunakan mocopat sebagai media dakwah. Dalam gerakan dakwah Islam Sunan Drajat menulis lagu pangkur," tutur Nafis menambahkan.
Selain itu masih banyak lagi benda-benda peninggalan yang sangat menarik untuk dijadikan media pembelajaran, diantaranya yaitu Batik Sendang, koin kuno, keramik kuno, bedug kuno, mimbar dan lain sebagainya.
"Dari banyaknya tinggalan tersebut siswa diharapkan mampu melihat, mengidentifikasi dan menjelaskan tentang peninggalan Sunan Drajat dan bagaimana proses penyebaran agama Islam yang dilakukan," ucap Nafis.
Nah bagi sobat traveler yang ingin berwisata sambil belajar di Museum Sunan Drajat, sabar dulu ya, soalnya sekarang masih ditutup sementara dan Disparbud Lamongan sedang mempersiapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 saat museum kembali dibuka. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |
Sumber | : TIMES Lamongan |