Gaya Hidup New Normal Life 2020

Surono, Sukses Menjadi Pebonsai Spesialis Ficus di Ponorogo

Jumat, 04 September 2020 - 15:30 | 141.27k
Sorono menunjukkan salah satu bonsainya. Di pekarangan sekitar rumahnya, ada ratusan tanaman bonsai dari berbagai jenis ficus baik yang sudah masuk program maupun bibit atau bakalan. (FOTO: Bambang H Irwanto/TIMES Indonesia)
Sorono menunjukkan salah satu bonsainya. Di pekarangan sekitar rumahnya, ada ratusan tanaman bonsai dari berbagai jenis ficus baik yang sudah masuk program maupun bibit atau bakalan. (FOTO: Bambang H Irwanto/TIMES Indonesia)
FOKUS

New Normal Life 2020

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PONOROGO – Bagi para pecinta bonsai di Ponorogo, nama Surono mungkin sudah tidak asing lagi. Warga Desa Nongkodono, Kauman, Ponorogo ini dikenal sebagai pebonsai dengan spesialis tanaman keluarga ficus atau beringin.

Memasuki area rumah Surono, langsung disapa bonsai berbonggol besar yang tengah diprogram akar. Rata-rata, jenis kimeng dan elegan. Kepada TIMES Indonesia, Surono menuturkan, sudah 20 tahun bergelut dengan dunia bonsai. Awalnya, dia ikut dengan teman-temannya mbolang atau mendongkel bakalan bonsai di hutan. Tetapi, karena sebagian daerah sudah mulai dilarang dan memikirkan kelestarian alam, dia putar otak. "Saya berpikir, tanaman apa ya yang mudah dibudidayakan. Dan juga mudah perawatannya," katanya, Jumat (4/9/2020).

Advertisement

maupun-bibit-atau-bakalan-2.jpg

Berbekal menjumpai temannya seorang pebonsai senior, dia membawa pulang tangkai kimeng sisa pemangkasan. "Diminta mencoba menanam. Akhirnya saya coba, ternyata tumbuh. Lalu batangnya caya cangkok, saya tanam, tumbuh dan semakin banyak," paparnya.

Dari situ dia mulai memberikan sentuhan seni tanaman keluarga ficus atau beringin. Saat ini di pekarangan rumahnya, ada ratusan pohon kimeng, sepreh, elegan, beringin dolar dan lainnya. Termasuk asem dan serut.

Surono mengakui, tak sedikit pebonsai pemula yang lebih mencari bibit atau bakalan dengan harga murah. Dia pun menyediakan banyak dan masih dalam polybag. Tapi, bonsai yang sudah jadi juga tidak sedikit. Ditanya soal harga, dia memberi gambaran di atas Rp 5 juta dan di bawah Rp 10 juta. Sedangkan bibit atau bakalan, dijual seharga puluhan ribu.

Menurutnya, bonsai memiliki pasar tersendiri. Meski diakuinya, belakangan di masa pandemi Covid-19 ada peningkatan peminat bonsai. Banyak pemula yang berburu, untuk mengisi waktu luang di rumah. "Tetapi, membuat bonsai itu jangan kemrungsung, harus sabar. Kadang pemula beli harga tinggi, mati, lalu putus asa dan trauma. Ada juga yang maunya beli bibit murah karena takut tanaman mati. Nikmati saja prosesnya, lalu lama kelamaan akan kelihatan hasilnya, dan mulai bisa dilihat indah," papar Surono.

Dia mencontohkan, di lahan pekarangan sekitar rumahnya, banyak kimeng yang ditanamliarkan untuk program akar, batang maupun ranting. Menurutnya, itu membutuhkn waktu dan kesabaran. "Tapi jika sudah mulai sesuai dengan keinginan, maka bonsai mulai bisa dinikmati. Dan ficus itu mudah ditanam, mudan perawatannya, dan kalau sudah muncul akarnya dari batang, indah," ujar Surono, warga Nongkodono, Kauman, Ponorogo. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yupi Apridayani
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES