Gaya Hidup

AMRO Institute: Hidup di Kota Jangan Sampai Dysbiosis, Ini Cara Mencegahnya

Selasa, 10 Agustus 2021 - 07:50 | 110.37k
Ilustrasi - Niagara mini, salah satu Taman Wisata Alam di Kecamatan Ijen (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)
Ilustrasi - Niagara mini, salah satu Taman Wisata Alam di Kecamatan Ijen (Foto: Dokumen TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Founder AMRO Institute Ge Recta Geson kembali mengingatkan pentingnya keseimbangan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini. Baik itu keseimbangan di alam makro (semesta), maupun di alam mikro (tubuh).

Di alam mikro, kata Recta, tubuh kita mengandung mikroba yang terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan protozoa. Mikroba berada pada dasar piramida kehidupan yang mendukung dan menjadi bagian dari mahluk multiseluler yang lebih kompleks. Sedang manusia berada pada puncak piramida kehidupan.  

"Dalam kehidupan ini manusia berkomunikasi dengan mikroba yang ada di alam makro (semesta) dan alam mikro (tubuh)," terang dirut PT AMA, produsen PRO EM-1 ini.

Komunikasi manusia dengan mikroba di alam makro dilakukan melalui kulit, saluran pernafasan, dan saluran pencernaan. Dengan bakteri menguntungkan atau probiotik dilakukan melalui makanan segar, masuk melalui pernafasan pada waktu beraktivitas outdoor, menempel pada kulit ketika berkebun, atau berenang di sungai dan laut.

Di alam mikro, di dalam tubuh, utamanya di usus, mikroba ini membentuk komunitas yang dinamakan mikrobiota. 

"Mikrobiota ini penting bagi kesehatan. Fungsinya adalah mencerna makanan, detoxifikasi makanan atau hasil cerna makanan, sintesa senyawa bioaktif, seperti vitamin, antioksidan, enzyme, hormon dan biosurfaktan," jelas Recta.

Fungsi mikrobiota yang sangat penting sebagai pertahanan tubuh adalah modulasi respons imun. "Kita wajib memberikan tempat atau habitat dan nutrisi untuk mikrobiota. Dengan demikian terjadi simbiosis antara kita dan mikrobiota," tandasnya. 

Hidup Seimbang di Perkotaan

Bagaimana jika manusia hidup di perkotaan? Recta menjelaskan, area perkotaan dengan kondisi yang sangat padat penduduk, sangat memungkinkan munculnya berbagai polutan tercipta lingkungan yang ekstrim. 

Kondisi ini menjadi tidak kondusif untuk hidup dan berkembangnya probiotik. Akibatnya penduduk di kota sedikit terpapar probiotik alami, sehingga mikrobiota usus menjadi kurang beragam. 

"Keadaan ini diperparah dengan berkurangnya aktivitas outdoor dan sering makan makanan cepat saji karena masyarakat kota dituntut hidup serba praktis, efisien, dan cepat," ucap Recta. 

Di perkotaan, masyarakat tidak pernah ada aktivitas berberkebun. Jarang sekali bermain di lapangan rumput, juga berenang di kolam renang yang disterilisasi dengan kaporit. 

Di pihak lain, makan makanan cepat saji yang rendah serat mengakibatkan kurang keragaman mikrobiota. "Jadi klop sudah," tegasnya.

Kurang beragamnya mikrobiota atau Dysbiosis berakibat pada masalah respons imun berlebihan atau Autoimun. Manifestasinya pada anak-anak seperti alergi, asma, diabetes type 1, autism. Lalu, Gastritis (maag akut), diabetes type 2, hipertensi, penyakit jantung koroner, serangan stroke, rematik dan lupus. Itu semua adalah manifestasi autoimun pada orang tua. 

Cara Hidup Selaras dengan Alam

Bagaimana supaya kita selaras dengan alam sehingga tidak mengalami autoimun akibat kurangnya keragaman mikrobiota usus? 

Recta menyarankan, pertama, berlibur dan lakukan aktivitas outdoor. Seperti bermain di lapangan rumput atau taman, berkebun, berenang di sungai atau laut. 

"Di sini kita akan terpapar probiotik alami," tandasnya.

Kedua, sambung dia, makan makanan bergizi seimbang. Serat dari buah dan sayuran adalah prebiotik, yakni makanan probiotik dalam usus untuk memproduksi senyawa-senyawa bioaktif yang diperlukan tubuh. 

Ketiga, cara praktis untuk mendapatkan probiotik alami adalah suplementasi PRO EM1 yang berisi multistrain probiotik hidup, aktif, dan padat. 

"Nah, melakukan ini semua akan membangun mikrobiota yang sehat," tuturnya.

Karena itu, memiliki mikrobiota yang beragam dan seimbang akan terbangun pertahanan tubuh yang kuat. Yakni imunitas dengan respons yang seimbang.

"Dengan begitu kita bisa mencegah, bahkan menyembuhkan berbagai macam penyakit baik penyakit infeksi maupun penyakit kronis," ucap founder AMRO Insitute ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Deasy Mayasari
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES