Kisah Inspiratif, Dulu Driver Ojek Sekarang Pemilik Home Living 109 Pillow

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Siapa yang tak kenal brand home living 109 Pillow. Produsen bantal dan guling berkualitas dengan harga ramah di kantong ini sudah merajai pasar di seluruh nusantara.
109 Pillow merupakan bagian dari PT Semoga Berkah Sukses Group, yang bergerak di industri home living. Pusat produksinya berada di Sidoarjo, Jawa Timur.
Advertisement
Namun siapa sangka, sebelum sukses menjalankan bisnisnya seperti saat ini, sang pemilik Dahfi Adam harus mengarungi lautan kehidupan yang tak mudah. Ia bersama sang istri sempat merantau ke Bali untuk mencukupi kebutuhan.
Sebelum sukses seperti sekarang sebagai juragan bantal guling merk home living 109 Pillow, rupanya Dahfi pernah berprofesi sebagai driver ojek online. Ia hanya bisa menunggu orderan dari customer untuk mendapatkan uang.
"Dulu saya hanya seorang driver ojek online. Penghasilan utama saya ketika ada orderan dari customer dan itu pun tidak menentu," ungkap Dahfi.
Di sela pekerjaannya sebagai driver ojek online, Dahfi juga menyempatkan untuk jualan online. Ia bahkan memiliki produk sendiri yakni membuat secara manual gendongan bayi dan helm anak.
Tak cuma itu, Dahfi yang saat itu tinggal di rumah kontrakan harus menelan pil pahit karena rumahnya digerebek oleh polisi layaknya penggerebekan bandar narkoba.
Padahal saat itu Dahfi tengah mengerjakan produknya yaitu gendongan bayi dan juga helm. Kedua produk itu dinyatakan polisi sebagai produk ilegal karena belum mendapatkan izin SNI.
"Saya sendiri tidak tahu menahu mengenai perizinan terkait produk yang saya buat waktu itu. Karena usaha yang saya jalankan pun merupakan UMKM tanpa dampingan dan bimbingan. Saya menjalankan usaha secara otodidak belajar dari media dan YouTube," jelasnya.
Hal itu yang mendasari Dahfi tak mengetahui mengenai seluk-beluk perizinan yang bersifat hukum. Ia sama sekali tak tahu menahu kalau produk yang ia buat harus melalui perizinan hukum.
"Karena penangkapan waktu itu beberapa karyawan akhirnya menganggur. Bahan pembuatan produk dibiarkan begitu saja. Nilai produk yang waktu itu mencapai Rp 80 juta tidak bisa dilanjutkan karena perizinannya tidak ada, sedangkan untuk mengurusnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar," papar Dahfi.
Akhirnya Dahfi meminta waktu kepada polisi untuk membuat produk lain dengan mengurus ijin SNI sebagai bentuk kepatuhannya kepada hukum. Padahal saat itu, Dahfi belum tahu mau produk apa yang akan ia buat. Untunglah permintaan Dahfi tersebut disetujui dan pihak kepolisian memberikan waktu selama 1 bulan.
Ketika Dahfi tengah memikirkan nasib karyawannya itulah, berpikir keras untuk membuat produk yang bisa mempekerjakan karyawannya lagi sehingga mereka tidak menganggur.Lalu tercetuslah ide home living produk berupa bantal dan guling yang dibutuhkan banyak orang.
Dari sanalah, Dahfi mulai memikirkan hal-hal detail seperti nama merek dagang, pembuatan logo, surat perizinan ber SNI dan lain-lain.
Butuh waktu yang tidak sebentar memang, tapi Dahfi akhirnya bisa melewati semua proses tersebut dengan penuh perjuangan. Home living dengan nama home living 109 Pillow tersebut tercetus begitu saja dengan tujuan orang mudah mengingatnya.
“Lalu ditempelkan bendera Amerika Serikat dengan harapan kualitasnya sudah internasional. Tapi terjadi masalah juga waktu itu karena pada produk kami tidak boleh menambahkan bendera. Namun akhirnya diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan," ungkapnya.
Nama 109 Pillow menurut Dahfi juga mengalami beberapa kali perubahan hingga akhirnya ditambahkan angka 109. Angka tersebut merupakan nomor rumah Dahfi.
Dahfi menuturkan, nama PT Semoga Berkah Sukses juga memiliki misi tersendiri baginya. Harapan Dahfi adalah setiap orang yang membaca nama tersebut berarti mendoakan perusahaan miliknya supaya menjadi berkah dan sukses.
"Seperti namanya Semoga berkah sukses. Kami tentu butuh doa banyak orang agar usaha yang tengah kami geluti ini menjadi berkah dan sukses,"
"Moto yang kami pegang selama ini adalah bekerja keras memang perlu, tapi tidak selamanya harus bekerja keras sampai melupakan keluarga. Maka bukan hanya pekerjaan yang sukses, tapi juga membuat keluarga yang sukses," harapnya.
Dahfi selalu meningkatkan manajemen usaha home livingnya agar terhandel dengan baik. Ia mempercayakan monitoring usahanya pada aplikasi online yang memuat semua informasi usaha miliknya.
Mulai dari pemasukan, pengeluaran, stok barang dan lain-lain. Dahfi sendiri diketahui memiliki penyakit asam lambung yang membuatnya tidak boleh stress. Untuk itulah ia membutuhkan manajemen yang baik supaya tetap bisa mengontrol pekerjaan tanpa meninggalkan keluarganya.
Untuk bisa mendapatkan manajemen yang baik tersebut, Dahfi membutuhkan waktu satu tahun sampai benar-benar solid.
Salah satu kunci sukses usaha pak Dahfi adalah bebasnya riba dalam berusaha. Karena sebelumnya Dahfi pernah berhutang dan bermain riba, hingga pemasukannya terasa tidak barokah.
"Saat saya sudah bertekad untuk keluar dari riba saya mendapatkan banyak sekali ujian. Sampai akhirnya saya benar-benar bisa lepas dari riba yang justru rezeki malah datang bertubi-tubi. Waktu itu saya juga sempat berhutang sampai Rp 220 juta dan akhirnya lunas. Hingga saat ini saya bisa punya usaha tanpa riba," ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |