Nyethe, Budaya Menggambar dengan Ampas Kopi dari Tulungagung

TIMESINDONESIA, TULUNGAGUNG – ‘Tulungagung Kota Cethe’ julukan yang sering terungkapkan untuk menunjukan daerah kecil di kawasan selatan provinsi Jawa Timur. Lantas mengapa daerah yang memiliki produksi marmer yang mendunia ini dijuluki kota Cethe?
Dalam bahasa Jawa, Cethe berarti ampas kopi. Kemudian, masyarakat Tulungagung memanfaatkan ampas kopi ini menjadi budaya identitas kabupaten Tulungagung yang cukup terkenal di Indonesia yakni budaya nyethe. Nyethe adalah sebuah seni melukis di atas rokok dengan menggunakan cethe (ampas kopi) yang memiliki estetika tersendiri.
Advertisement
Budaya nyethe ini sebenarnya berawal dari kebiasaan para petani Tulungagung yang senang ngobrol dan mendiskusikan tentang hal yang berkaitan dengan pertanian sambil menyeruput secangkir kopi di warung kopi. Dan biasanya para petani itu juga menghisap rokok yang sesekali rokoknya diolesi dengan cethe.
Kegiatan minum kopi sambil berbincang-bincang sering dilakukan oleh warga Tulungagung. (Foto: Instagram/onderan_kalidawir)
Di Tulungagung sendiri ada dua jenis kopi yang biasa dijual di warung kopi, yaitu Kopi Hitam yang terbuat dari kopi murni tanpa campuran dan Kopi Ijo yang terbuat dari campuran kopi murni dan kacang hijau dengan proses pengolahan tertentu. Kedua kopi ini bisa digunakan untuk bahan nyethe asalkan bubuknya halus.
Biasanya rokok yang dicethe membentuk motif yang bermacam-macam seperti motif sulur, tulisan, tribal bahkan tokoh pewayangan juga bisa dicethe pada rokok. Nyethe bisa juga disebut batik rokok
Dewasa ini, untuk melestarikan budaya nyethe di Tulungagung sering diadakan lomba-lomba skala kabupaten.(*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |