Gaya Hidup

Belajar dari Kegagalan Orang Lain, Berikut Tips Agar Pernikahan Harmonis dan Langgeng

Minggu, 09 Oktober 2022 - 13:34 | 54.99k
Ilustrasi - Pernikahan (Foto: PEXELS/ Danu Hidayatur Rahman)
Ilustrasi - Pernikahan (Foto: PEXELS/ Danu Hidayatur Rahman)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam bukunya berjudul "Sebelum Ijab Kabul" Sri Bandiyah menyampaikan, pernikahan sejatinya bukan hanya soal mengekspresikan cinta. Bukan juga cerminan hubungan personal antar dua orang yang sepakat menjalani hidup bersama.

"Akan tetapi, pernikahan adalah peresmian hubungan sakral di antara manusia yang mempunyai banyak tujuan mulia," katanya penulis buku itu, dikutip TIMES Indonesia, Minggu (9/10/2022).

Ia menjelaskan, pernikahan menurut bahasa Arab berasal dari kata an-nikh dan az-ziwaj. Artinya adalah melalui, menginjak, berjalan di atas, menaiki, dan bersenggama atau bersetubuh.

Adapun menurut istilah syariat Islam, pernikahan artinya melakukan akad atau perjanjian untuk mengikat seorang laki-laki dan perempuan guna menghalalkan hubungan badan.

"Ikatan itu dijalin dengan rasa suka rela dan keridaan kedua belah pihak, demi mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa kasih sayang," jelasnya.

Ernikahan.jpgFoto: Dreamlandia.com

Sementara itu, menurut Undang-Undang Dasar nomor 1 tahun 1974 pasal 1, pernikahan atau perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan se orang wanita sebagai suami istri dengan tujuan mem bentuk keluarga-maksdunya rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kata dia, dari berbagai definisi atau pengertian itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang telah halal dan sah menurut undang-undang yang berlaku. Atau, tujuan pernikahan ini adalah membentuk sebuah keluarga yang langgeng dan bahagia.

"Kita bisa membayangkan seandainya semua orang tidak menikah dan hanya menjalani hubungan bebas, berdasar perasaan suka sama suka belaka, maka apakah mungkin mereka meraih sebuah keluarga yang langgeng dan bahagia? Tentunya sangat riskan jika pasangan itu memperoleh keturunan tanpa ikatan yang jelas. Mereka pun akan kesulitan melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana diatur dalam nilai ikatan pernikahan," jelasnya.

Kegagalan Pernikahan

Namun demikian, pernikahan bukan hal yang mudah dijalani. Sri Bandiyah mengatakan, Indonesia adalah negara yang menempati peringkat pertama dalam hal perceraian.

Ia mengutip, berdasarkan data yang disampaikan oleh Pengadilan Agama (PA), dari seratus pernikahan, belasan pasangan berakhir pada perceraian. Dari 2.000.000 pasangan yang menikah di tahun 2010, ada 285.184 pasangan yang bercerai.

"Sungguh 'prestasi' yang membuat kita semua sedih. Melihat banyak rumah tangga mengalami kegagalan adalah wujud keprihatinan bagi kita semua. Apalagi jika pasangan tersebut telah mempunyai anak. Bagaimana nasib anak-anak yang orangtuanya bercerai? Apakah mereka mengalami trauma karena perceraian itu?" katanya.

Pernikahan-a.jpgFoto: Futuretimeline

Tips Harmonis dalam Rumah Tangga

Dalam karyanya setebal 307 halaman itu Sri Bandiyah juga memberikan tips-tips harmonis dan langgeng dalam menjalankan mahligai rumah tangga. Apa saja?

1. Sediakan Waktu Bersama

Menurutnya, setelah menikah, ada baiknya suami-istri punya waktu bersama selain urusan kamar tidur. Misalnya waktu untuk makan dan berbincang bersama, waktu untuk pergi ke pasar bersama, ataupun waktu untuk bersilaturahmi ke tempat kerabat.

"Waktu-waktu bersama yang kita lalui bersama pasangan hidup itu bermanfaat untuk mencari chemistry (kecocokan). Tanpa sadar, kita akan memahami apa yang disukai dan tidak disukai sang pujaan hati. Sikap seperti apa yang membuat si dia marah, dan sikap apa yang membuat pasangan gembira, seiring dengan bertambahnya frekuensi kebersamaan, saling mengerti pun segera terwujud," jelasnya.

Chemistry, kata dia, yang telah terbangun akan menjadikan pasangan lebih peka terhadap apa yang kita inginkan. Begitu pula sebaliknya.

2. Jauhkan Gadget

Ia mengatakan, dunia gadget adalah dunia tanpa batas. Dunia yang membuat kita lupa akan kehadiran seseorang di sekitar. Sering terjadi, bukan, dua orang duduk bersisihan tetapi sibuk dengan gadget masing masing. Raga berdekatan, tetapi hati dan pikiran jauh melalang buana di dunia maya.

"Hal ini tentu tidak baik untuk perkembangan hubungan suami istri, terlebih bagi keluarga yang sudah memiliki momongan. Belum lagi yang anaknya sudah remaja, bakal lebih riskan jika penggunaan teknologi cerdas tersebut tidak dikendalikan. Bagaimana mau harmonis, sedangkan kedua pasangan tidak dalam satu frekuensi. Sederhananya demikian, masuk diakal, bukan?" katanya.

3. Jujur dan Terbuka

Jujur membawa pada keterbukaan. Seseorang yang senantiasa berkata dan bersikap jujur, niscaya hati nya tenteram. Kemudian hati yang tenteram itu akan membuat kepribadian tenang, sehingga dapat menjalankan kewajiban sebagai suami maupun istri dengan baik.

Ibnu Mas'ud mengutip sabda Rasulullah, "Kejujuran mengantarkan pada kebaikan, dan kebaikan mengantar kan ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicacat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sedangkan kebohongan, ia mengantarkan pada kedurhakaan, dan kedurhakaan itu mengantarkan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berkata bohong, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong."

4. Saling Membantu

Sri Bandiyah mengatakan, romantisme suami kepada istri dengan memberi hadiah coklat, mengirimkan bunga mawar, atau mengajak makan di luar perlu dibiasakan. Sekali-kali kegiatan ini, kata dia, sebaiknya dilakukan, supaya pernikahan semakin harmonis.

"Tetapi, yang tidak kalah penting dan sangat bagus dilakukan setiap hari adalah mewujudkan kelapangan hati untuk saling membantu dan berbagi peran. Jadi, tidak hanya satu arah seperti tadi," jelasnya.

"Ketahuilah, seorang istri sangat gembira saat suaminya mau membantu menjemur baju yang baru saja dicuci. Menjemur baju sejatinya bukan bagian kewajiban istri, bukan? Maka, bagi para suami, bantulah dan perhatikan kebutuhan sang istri dalam hal ini," katanya.

5. Kebutuhan Biologis

Ia juga mengatakan, hal mendasar yang kadang tidak dianggap penting oleh sebagian besar kaum wanita adalah masalah kebutuhan biologis. Padahal kata dia, hal tersebut sangatlah penting agar pernikahan menjadi harmonis.

"Memang demikian, orientasi menikah kaum wanita lebih pada kebutuhan terhadap rasa aman, rasa nyaman, dan rasa memiliki teman hidup. Namun bagi kaum pria, salah satu hal yang teramat penting atau orientasi menikahnya lebih pada soal kebutuhan hubungan intim," ujarnya soal pernikahan. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES