Gaya Hidup

Budaya Saling Memaafkan Timbulkan Energi Positif dan Menyehatkan

Sabtu, 22 April 2023 - 08:22 | 96.86k
ILUSTRASI - Orang Bermaafan (FOTO: popbela.com)
ILUSTRASI - Orang Bermaafan (FOTO: popbela.com)

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Umat Islam, khususnya di Indonesia akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran. Budaya di tanah air dalam momen tersebut adalah maaf-memaafkan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sudarnoto Abdul Hakim menjelaskan, secara harfiah kata 'maaf' itu berasal dari bahasa Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia. 

Advertisement

Arti maaf, kata dia, ialah pembebasan seseorang dari hukuman karena suatu kesalahan yang dilakukan. Pemberian maaf berarti memberikan ampunan dan meminta maaf berarti meminta ampunan dari seseorang atau kelompok kepada orang atau kelompok lain dan institusi. 

"Maaf dalam pengertian memberikan dan meminta maaf itu adalah sebuah mekanisme atau cara yang digunakan di hampir semua masyarakat dan budaya dalam rangka menyehatkan relasi personal dan komunitas," katanya kepada TIMES Indonesia.

Menurut tokoh Muhammadiyah itu, kesehatan relasi ini sangat dibutuhkan agar rasa kemanusiaan di mana kedaulatan, kehormatan, hak dan kewajiban setiap anggauta masyarakat memperoleh perlindungan sepenuhnya. 

"Tidak ada diskriminasi, tidak ada bully, tidak ada yang menekan dan merasa tertekan, tidak ada persekusi dan sebagainya," jelas.

Kata dia, jika ada seorang yang melakukan kesalahan kepada orang lain atau kesalahan karena melanggar aturan sosial yang berlaku di suatu masyarakat tertentu, maka ada mekanisme untuk memberikan maaf diminta ataupun tidak diminta. 

"Arahnya, agar orang tersebut bisa dibebaskan dari sanksi atau hukuman atas kesalahan yang telah dilakukan," katanya.

Ia menyampaikan, dalam tingkat tertentu, menangani dan menyelesaikan kasus atas kesalahan seseorang karena pelanggaran terhadap hukum diselesaikan secara hukum. 

Yang bersangkutan bisa diberikan hukuman sesuai dengan jenis dan tingkat kesalahan yang dilakukan. Ada hukuman yang sangat berat hingga hukuman ringan. Dalam agama juga ada kesalahan atau dosa besar dan ada juga dosa kecil. 

"Akan tetapi, tetap ada mekanisme memberikan maaf sehingga yang bersangkutan dibebaskan sama sekali dari hukuman atau diringankan hukumannya," jelasnya.

Karena itu, kata dia, budaya memaafkan saat Lebaran sangat baik dan positif pertama secara personal untuk kesehatan mental semua orang karena semua orang akan memiliki energi dan cara pandang postif. 

Selain itu, positif untuk keperluan kohesi dan integrasi sosial, juga positif untuk produktifitas warga. Menurutnya, orang-orang yang tidak mau atau tidak memiliki mental untuk meminta maaf maka akan terkena beban psikologis dan bahkan sosial yang baru karena bisa terkucilkan.

"Karena itu, yang jauh lebih sehat adalah memberikan maaf bahkan kepada siapapun yang tidak mau meminta maaf. Jangan menunggu orang meminta maaf, lalu baru dimaafkan. Dengan cara lembut atau soft seperti ini, maka setiap orang dan masyarakat akan memiliki kekuatan atau energi positif dan sehat menyehatkan," ujarnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

Konten promosi pada widget ini bukan konten yang diproduksi oleh redaksi TIMES Indonesia. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES